Delapan Kebajikan atau Ba De (八德)

Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-u6b_7f6VRhU/WjSh-IrzBuI/AAAAAAAAAaU/OD-yTBVIQpQjwdGOkOmpB_MI4-WK144hgCLcBGAs/s1600/ba%2Bde.png

Delapan kebajikan atau biasa disebut Ba De merupakan delapan perilaku yang diajarkan oleh Nabi Kongzi. Delapan kebajikan tersebut harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut perilaku delapan kebajikan:

  1. Xiao (Berbakti) 孝

Berbakti artinya patuh dengan setulus-tulusnya terhadap orang tua, guru, dan leluhur. Berbakti di dalam agama Khonghucu terbagi menjadi 2, yaitu Awal Laku Bakti dan Akhir Laku Bakti. Awal Laku Bakti adalah cara kita berbakti terhadap tubuh fisik kita, seperti menjaga kesehatan, menjaga pola makan, dll. Sedangkan Akhir Laku Bakti adalah cara kita berbakti untuk menjaga nama baik orang tua kita di dunia. Perilaku Berbakti ini sudah dijelaskan dalam Kitab Xiao Jing bahwa “Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah Pokok Kebajikan dan daripadanya Ajaran Agama akan berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut, dan kulit yang diterima ayah bunda, maka perbuatan dengan tidak berani membiarkannya rusak dan luka, itulah Permulaan Laku Bakti. Menegakkan diri hidup menempuh Jalan Suci, meninggalkan nama baik orang tua di zaman kemudian, sehingga memuliakan ayah bunda, itulah Akhir Laku Bakti.” 

2. Ti (Rendah Hati) 悌

Rendah Hati artinya perilaku yang tidak menonjolkan segala sesuatu yang dia miliki. Contohnya tidak sombong, baik tentang harta, jabatan, dll.

3. Zhong (Satya) 忠

Satya artinya perilaku memegang teguh sesuatu yang sudah menjadi hak miliknya. Bentuk nyata dari perilaku Satya ini adalah setia, baik kepada Tian, ajaran Nabi, orang tua, teman, saudara, dll. Satya kepada Tian dapat dilakukan dengan cara mentaati segala Firman-Nya. Satya kepada Nabi dapat dilakukan dengan memahami lalu menerapkan Sabda-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Satya kepada orang tua dapat dilakukan dengan cara selalu berbakti atas semua nasehatnya. Satya kepada teman atau saudara dapat dilakukan dengan selalu menjaga sikap agar tidak berlaku susila dalam bergaul.

4. Xin (Dapat dipercaya) 信

Kepercayaan artinya rasa untuk dapat dipercaya atau dapat menepati janji. Jika kita sering berbohong, maka orang tidak akan percaya terhadap apapun yang kita katakan atau lakukan. Sebaliknya jika kita selalu berlaku jujur, maka orang-orang akan semakin percaya dengan kita.

5. Li (Susila) 禮

Susila artinya sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. Perilaku susila menjadi cermin bagi seseorang untuk berbuat sesuatu. Perilaku susila ini juga telah ditegaskan dalam Kitab Lunyu-Sabda Suci XII: 1, yang berbunyi “Yang Tidak Susila jangan dilihat, yang Tidak Susila jangan didengar, yang Tidak Susila jangan diucapkan dan yang Tidak Susila jangan dilakukan.” Maka dari itu, kita harus bisa mengontrol tata krama kita dalam bergaul di masyarakat agar tidak melanggar susila.

6. Yi (Kebenaran) 義

Kebenaran artinya rasa solidaritas, rasa senasib sepenanggungan, dan mau membela kebenaran serta dapat menolak hal-hal yang tidak baik. Contohnya menaati norma-norma yang berlaku.

7. Lian (Suci Hati) 廉

Suci hati artinya mempraktikkan cara hidup yang sederhana dan tidak melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Contohnya tidak iri dan dengki terhadap sesama, menghargai dan menghormati teman tanpa ada maksud terselubung, dll.

8. Chi (Tahu Malu) 恥

Tahu malu artinya dapat mengontrol diri untuk tidak berbuat hal-hal yang bisa merusak moral. Contohnya tidak menyontek, tidak berbohong, tidak jahil kepada teman, dll.

 

Referensi:

Budiarti. I & Yugi. Y. (2018). Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/k13/bukusiswa/Kelas%20III%20Konghucu%20BS%20press.pdf

Sari. N & Yudi. (2018). Pendidikan Agama Konghucu dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. https://online.flipbuilder.com/nuvn/libh/index.html#p=2 

Putri Agnes Thalia