Ceng Beng atau Festival Ching Ming

Hari Ceng Beng atau Qing Ming (Hanzi : 清明) adalah suatu hari ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April untuk setiap tahunnya. Warga Tionghoa biasanya akan datang ke makam kuburan orang tua atau leluhur untuk membersihkannya dan sekalian bersembahyang/pai di makam  tersebut sambil membawa buah-buahan, kue-kue, makanan, serta karangan bunga.

Kegiatan sembahyang Ceng Beng akan dimulai 10 hari sebelum tanggal 4 April ( 24 maret) dan 10 hari setelah tanggal 4 april (14 April). Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau Ceng Beng ini berawal dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M). Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol). Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M); sampai akhirnya beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya. Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtuanya, sebagai seorang kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhur nya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.

Ajaran Kong hu cu yang mendasari perayaan Ceng Beng ini, yaitu Bakti dan menghormati orang tua dan leluhur. Baik berupa mencukupi kebutuhan hidup, melayani mereka pada saat masih hidup maupun setelah mereka meninggal, hubungan antara keluarga yang hidup dengan yang meninggal adalah melakukan sembahyang, mempersembahkan  makanan pada altar saat peringatan hari almari meninggal, membersihkan kuburan pada saat Ceng Beng dan juga mengirim doa atau persembahan pada hari ke 15 bulan 7 lunar. Tujuan dari perayaan Ceng Beng ini sendiri adalah supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, agar hubungan semakin erat terjalin. Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar tengok ke makam orang tua. Ziarah ke kuburan orang tua tidak ada hubungannya dengan “memuja setan”. Semua bisa menyesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa jika sudah masuk agama tertentu, sudah tidak perlu Pai atau sembahyang ataupun sekedar untuk datang ke kubur orang tua, karena akan dianggap berhala dan sebagainya. Mestinya harus diingat juga, bahwa tanpa orang tua, kita-kita ini yang masih hidup tidak mungkin bisa ada di dunia. Jadi, jangan lupakan orang tua kita. Luangkanlah waktu karena Ceng Beng hanya setahun sekali. Perayaan Ceng Beng pada masa sekarang terkesan makin populer, hal ini disebabkan Keluarga para kerabat dan Anggota Keluarga sebahagian besar sudah merantau ke daerah lain yang jauh dari kampung halaman, hal ini membuat pada saat perayaan Ceng Beng semua harus pulang ke kampung halaman untuk melakukan ibadah leluhur. Jadi kegiatan ini juga menciptakan potensi ekonomi, dari travel, jasa penerbagan, hotel maupun kuliner dan UKM. Dan potensi ini harus disikapi oleh pemerintah daerah dengan menfasilitasi keamanan dan kenyamanan pada saat melakukan ibadah Ceng Beng. Potensi ini tidak hanya di Indonesia, tapi diseluruh dunia khusus bagi suku Tionghua yang masih Kong Hu Cu.

Mari kita layani Orang tua kita saat mereka masih butuh dilayani, jangan sia siakan mereka, banyak orang yang punya keinginan untuk  melayani orang tua tapi sudah tidak ada kesempatan karena orangtuanya sudah meninggal.

Sumber:
http://spiritriau.com/view/Opini/70650/Mengenal-Festival-Ceng-Beng-atau-Sembahyang-Kubur.html#.WNZPBC197IU
http://www.tionghoa.info/hari-ceng-beng-festival-ching-ming/

 

 

Vivilawani Marcellina