Asal Usul Hari Raya Peh Cun atau Bacang (5 Go Gwee)

Hari raya peh cun atau bacang umumnya dikenal dengan festival perahu naga ini merupakan hari raya memperingati Qu Yuan. Qu Yuan adalah seorang sastrawan terkemuka yang berjiwa mulia dan luhur dari negeri Chu, selain itu ia juga dikenal sebagai menteri yang terpercaya dan setia.

Pada jaman itu ada tujuh negara besar, ketujuh negeri itu ialah Negeri Qi, Chu, Yan, Han, Zhao, Wei dan Qin. Negeri Qin ialah negeri yang paling kuat dan agresif, maka enam negeri yang lain itu sering bersekutu untuk bersama-sama menghadapi negeri Qin.

Di negeri Chu ternyata banyak menteri-menteri yang tidak setia. Dengan bantuan orang-orang tersebut, Tio Gi, seorang menteri negeri Qin yang cerdik dan licin berhasil meretakkan hubungan Qu Yuan dengan raja negeri Chu.

Qu Yuan dipecat dan hancurlah persatuan enam negeri tersebut (Negeri Qi, Chu, Yan, Han, Zhao dan Wei) lalu disaat kedudukan raja negeri Chu yang baru, Cho Cing Siang Ong, kembali memberikan kepercayaan kepada Qu Yuan. Ke enam negeri dapat dipersatukan kembali sekalipun tidak sekokoh dahulu.

Pada tahun 293 SM negeri Han dan Wei yang diserang negeri Qin dihancurkan dan dibinasakan. Oleh Karena peristiwa ini Qu Yuan kembali difitnah. Qu Yuan dikatakan akan membawa negeri Chu kembali mengalami nasib yang sama seperti negeri Han dan negeri Wei. Raja Cho Cing Siang Ong ternyata lebih buruk kebijaksanaannya daripada raja sebelumnya. Ia tidak saja memecat Qu Yuan, bahkan menjatuhi hukuman agar Qu Yuan dibuang ke daerah danau Tong Ting, dekat sungai Mi Luo.

Ditempat pembuangan ini Qu Yuan hampir-hampir tidak tahan. Maklum walau bagaimana pun beliau adalah seorang bangsawan negeri Chu, sehingga tidak dapat melupakan tanggung jawab kepada negara dan leluhurnya, karena itu Qu Yuan sering merasa kesepian dan timbul kejemuan akan suasana kehidupannya.

Hal ini menjadikan Qu Yuan yang telah lanjut usia itu merasa tidak berarti bagi hidup pribadinya. Setelah dirundung kebimbangan dan kesedihan, beliau memutuskan menjadikan dirinya yang telah tua itu biarlah menjadi tugu peringatan bagi rakyatnya akan peristiwa yang sangat menyedihkan atas tanah air dan negerinya itu, semoga bangkit semangat rakyatnya menegakkan kebenaran dan mencuci bersih aib yang menimpa negerinya.

Ketika itu kebetulan ialah saat hari suci Duan Wu pada tanggal 5 bulan 5 (penanggalan Imlek), beliau mendayung perahunya ke tengah-tengah sungai Mi Luo, lalu dinyanyikan nya sajak-sajak ciptaannya yang telah dikenal rakyat sekitarnya, yang mencurahkan rasa cinta tanah air dan rakyatnya. Rakyat banyak tertegun mendengar semuanya itu dan pada saat beliau sampai ke tempat yang jauh dari kerumunan orang, beliau melompat ke dalam sungai yang deras alirannya dan dalam itu.

Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai bakcang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.

Sumber:
http://www.tionghoa.info/festival-perayaan-duan-wu-bak-cang/
https://id.wikipedia.org/wiki/Peh_Cun

Suerra Yosensia Chen