Implementasi Line Balancing Dalam Industri Tekstil
(Sumber: https://pasardana.id/news/2024/9/2/kemenperin-siapkan-tiga-strategi-untuk-pulihkan-industri-tekstil/#)
Pengimplementasian line balancing menjadi salah satu strategi signifikan yang mampu untuk mengoptimalkan keseimbangan, efisiensi, dan efektivitas proses produksi, terlebih pada sektor industri tekstil. Industri tekstil di Indonesia, mencakup produksi kain, garmen, serta termasuk produk tekstil lainnya, kerap menghadapi kendala seperti pendistribusian beban kerja yang tidak seimbang antar stasiun kerja. Hal tersebut menyebabkan hambatan dalam produksi (bottleneck), waktu tidak produktif, dan minimnya tingkat produktivitas. Maka dari itu, dengan menerapkannya line balancing memungkinkan proses produksi agar berjalan lancar, mampu mencapai target produksi, serta pemanfaatan sumber daya yang maksimal (Basalamah, Azizah, Kholifah, & Suroso, 2021).
Implementasi line balancing dapat terlihat melalui salah satu studi kasus di PT Starcam Apparel Indonesia, dengan hasil produksi sleeveless dress. Salah satu metode dari line balancing, yaitu dengan penggunaan metode Helgesson Birnie/RPW, perusahaan mampu meminimalkan waktu tidak produktif dari 1.436 detik menjadi 59 detik, serta mengoptimalkan efisiensi dalam proses produksi dari 61,77% hingga menjadi 90,83%. Selain itu, penurunan secara signifikan pada nilai smoothing index yang mengindikasikan akan ketidakseimbangan beban kerja, menunjukkan bahwa distribusi terhadap beban kerja menjadi seimbang (Afifah, 2023). Hal serupa juga dapat terlihat di PT ABC pada proses kain grey, dengan salah satu metode line balancing yaitu penggunaan metode Largest Candidate Rule, perusahaan mampu meminimalkan jumlah workstation dari 6 hingga menjadi 4 serta mampu memberi peningkatan efisiensi proses produksi hingga 71,77% (Sibarani, Dewanto, & Faujiyah, 2023).
Line balancing yang diimplementasikan tidak hanya sebatas berpengaruh pada peningkatan output, namun perusahaan juga terbantu akan terpenuhinya permintaan pelanggan dengan tepat waktu dan menurunkan biaya produksi akibat tingginya waktu tidak produktif (idle). Keseimbangan beban kerja, maka pekerja mampu bekerja dengan maksimal serta menurunnya risiko keterlambatan (Sibarani, Dewanto, & Faujiyah, 2023). Hal tersebut dapat menegaskan bahwa metode line balancing mampu menjadi salah satu faktor utama dalam peningkatan daya kompetitif industri tekstil Indonesia di tengah situasi persaingan global yang semakin intens.
Dengan demikian, line balancing yang diimplementasikan telah terbukti secara efektif mampu memberi peningkatan efisiensi, mengurangi waktu tidak produktif (idle), serta memberi keseimbangan pada distribusi beban kerja dalam proses produksi, khususnya industri tekstil. Sebagai hasilnya, peningkatan produktivitas, penurunan biaya produksi, serta permintaan pasar yang dipenuhi dengan maksimal dapat perusahaan lakukan.
Sumber:
Afifah, D. H. (2023). PENERAPAN LINE BALANCING DENGAN METODE HEURISTIK PADA LINI PRODUKSI SEWING 11A PRODUK SLEEVELESS DRESS G8ER16 (STUDI KASUS: PT Starcam Apparel Indonesia Factory A). Industrial Engineering Online Journal, 12, 1-9.
Basalamah, M. R., Azizah, H. N., Kholifah, U., & Suroso, H. C. (2021). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri Berkelanjutan. Surabaya: Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Sibarani, A. A., Dewanto, R. R., & Faujiyah, F. (2023). Analisis Line BalancingProduksi Kain GreyPadaPerusahaan Textile. Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiahdalam Bidang Teknik Industri, 9, 425-435.