Penerapan Ekonomi Sirkular pada Limbah Tekstil

(Sumber: https://images.app.goo.gl/k2aSViFvkDRk4CmE8)

Indonesia, salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat di Asia Tenggara, menghadapi tantangan serius terkait dampak lingkungan dari konsumsi sumber daya yang berlebihan. Indonesia berada di tengah kebangkitan global akan pentingnya praktik berkelanjutan, dan industri Indonesia sudah mulai mengambil langkah menuju ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular pada limbah, terutama limbah tekstil tidak hanya meliputi mengelola sampah dengan lebih baik dan mendaur ulang sampah yang lebih banyak, tetapi ekonomi sirkular juga merupakan sistem atau model ekonomi yang bertujuan untuk meminimalkan pemborosan, memperpanjang umur pakai produk, dan menciptakan nilai tambah dari limbah serta mengurangi kerusakan dari faktor sosial dan lingkungan. 

Salah satu industri yang menghasilkan banyak sekali limbah adalah industri mode. Sebagian besar limbah tekstil berasal dari fenomena fast fashion, yaitu kegiatan pembuatan pakaian yang diproduksi dalam jumlah yang besar dan bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen terhadap tren mode terbaru dengan harga yang rendah. Dampak negatif dari limbah ini ditandai dengan meningkatnya polusi, upah yang rendah, dan tempat kerja yang tidak aman. Bersumber dari Our Reworked World, sebanyak 33 juta ton tekstil yang diproduksi di Indonesia, dengan satu juta ton di antaranya menjadi limbah tekstil.

Terdapat upaya dari sektor industri dan pemerintah di Indonesia dalam menerapkan ekonomi sirkular dengan melakukan beberapa tindakan, diantaranya pembuatan desain produk yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan umur pakai yang lebih panjang, pemilihan bahan baku yang ramah lingkungan, dan kemungkinan daur ulang di masa depan. Salah satu proses untuk menerapkan ekonomi sirkular pada industri tekstil adalah penggunaan limbah menjadi bahan baku pakaian baru. Limbah tekstil dapat diproses menjadi serat tekstil  dengan berbagai metode, termasuk menghancurkan dan mengurai serat, melarutkan serat untuk memisahkannya, atau memanaskan dan mencairkan serat. Pengelolaan limbah B3 yang lebih baik dan penggunaan alternatif yang lebih aman dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kegiatan sewa pakaian juga dapat membantu mengurangi limbah tekstil, dan tentunya dibutuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ekonomi sirkular dalam tekstil perlu ditingkatkan mengenai perawatan pakaian.

Oleh karena itu, penerapan ekonomi sirkular pada limbah tekstil adalah langkah yang penting dalam menciptakan industri tekstil yang lebih berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah dari limbah yang ada. Konsumen atau masyarakat yang memiliki kesadaran juga cenderung memilih merek-merek yang mendukung praktik berkelanjutan dan etis dalam industri mode. Terwujudnya komitmen bersama dari berbagai pihak, perubahan ini dapat direalisasikan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat. Selain itu, ini juga bisa menjadi peluang bisnis yang signifikan karena mendorong inovasi dan kolaborasi antara berbagai pihak dalam rantai pasok tekstil.

Sumber:

Dwi, A. (2023). Implementasi Ekonomi Sirkular di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMSU. https://feb.umsu.ac.id/implementasi-ekonomi-sirkular-di-indonesia/

Ramadani, P. N. R. (2022). Fast Fashion Waste, Limbah yang Terlupakan. ITS News. https://www.its.ac.id/news/2022/11/02/fast-fashion-waste-limbah-yang-terlupakan/

Simoprangkir, H. (2023). Indonesia Terancam dengan Limbah Tekstil. MetroTV News. https://www.metrotvnews.com/read/bJECnXZ2-indonesia-terancam-dengan-limbah-tekstil 

Nugroho, R. S. (2022). Mengenal Fenomena Fast Fashion, Ciri-ciri, dan Dampaknya. Kompas. https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/15/113000165/mengenal-fenomena-fast-fashion-ciri-ciri-dan-dampaknya?page=all 

Vania, O. H. F. (2023). Ekonomi Sirkular Bisa Jadi Solusi Limbah Tekstil di Indonesia. Katadata. https://katadata.co.id/rezzaaji/ekonomi-hijau/64c06f65933f0/ekonomi-sirkular-bisa-jadi-solusi-limbah-tekstil-di-indonesia 

Rachel Yuliani