Perkembangan Industri Manufaktur Indonesia Diiringi Lonjakan Inflasi

(Sumber: KONTAN/ Dendi Siswanto)

Inflasi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini dirasakan mulai dari kenaikan harga BBM dan tarif angkutan. Namun, tekanan inflasi masih tertahan oleh penurunan harga aneka komoditas, seperti bawang merah dan cabai. Berdasarkan rilisan data PMI oleh S&P, data realisasi inflasi pada bulan September tercatat sebesar 5,95% (YoY) yang mana masih dianggap cukup terkendali dibandingkan inflasi di berbagai negara lain yang relatif cukup tinggi. Hal tersebut terjadi karena inflasi di Indonesia ditopang oleh deflasi harga pangan bergejolak (Volatile Food) sebesar -0,79% (MtM) berkat beberapa gerakan yang dilakukan pemerintah, seperti operasi pasar, gerakan tanam pangan, dan subsidi ongkos angkutan.

Inflasi yang terjadi masih cenderung terkendali karena industri manufaktur Indonesia terus mengalami peningkatan manufaktur. Hal tersebut dapat dilihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai angka 53,7 pada bulan September 2022 yang mana naik dari 51,7 pada bulan sebelumnya. PMI Indonesia pada bulan September 2022 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di ASEAN yang berada di posisi 53,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa PMI Indonesia masih secara konsisten mengalami pertumbuhan dan terus ekspansif serta menunjukkan perbaikan yang konsisten dan juga percepatan pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi. Berdasarkan catatan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), investasi di industri manufaktur Indonesia sepanjang tahun 2021 menembus Rp325,4 triliun yang mana tumbuh 16,25% dari tahun sebelumnya. Adapun pada tahun 2022, total investasi diproyeksikan berada di kisaran angka Rp300 triliun hingga Rp310 triliun. Hal tersebut didukung dari permintaan pasar domestik dan ekspor juga masih mendukung pengembangan industri manufaktur Indonesia.

Pertumbuhan pada aktivitas industri manufaktur juga terkonfirmasi dengan adanya rata-rata peningkatan utilisasi sektor industri manufaktur pada bulan Agustus 2022, yaitu sebesar 71,40% yang mana naik dibandingkan bulan Juli 2022 sebesar 69,30%. Terdapat beberapa sektor yang mengalami kenaikan utilisasi cukup tinggi, seperti Industri Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer; Industri Makanan dan Minuman; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia; Industri Karet dan Barang dari Karet dan Plastik; dan Industri Tekstil.

Sumber:

Ekon. (2022). Menko Airlangga: Industri Manufaktur Indonesia terus Ekspansif, Diiringi Inflasi yang Masih Terkendali. https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4598/menko-airlangga-industri-manufaktur-indonesia-terus-ekspansif-diiringi-inflasi-yang-masih-terkendali. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022.

Lestari, Reni. (2022). Risiko Inflasi Pengaruhi Investasi Manufaktur Begini Kata Kemenperin. https://ekonomi.bisnis.com/read/20220404/257/1518882/risiko-inflasi-pengaruhi-investasi-manufaktur-begini-kata-kemenperin. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022.

Siswanto, Dendi. (2022). Lonjakan Inflasi Global akan Menambah Beban Industri Manufaktur. https://internasional.kontan.co.id/news/lonjakan-inflasi-global-akan-menambah-beban-industri-manufaktur?page=all. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022.

Rizky Oktavianus Sanjaya