Inflasi dan Pengaruhnya bagi Sektor Manufaktur Indonesia
(Sumber: national.kontan.co.id)
Kondisi ekonomi global saat ini sedang berada pada masa-masa terburuknya. Hal ini terjadi akibat disrupsi rantai pasok dan perekonomian yang sempat lumpuh saat pandemi COVID-19 melanda. Selain itu, ekonomi global juga terdampak akibat konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, beberapa kebijakan moneter di negara-negara maju, serta laju inflasi di seluruh dunia yang melonjak dengan cepat, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia diprediksi IMF (International Monetary Fund) akan mengalami inflasi sebesar 4,6 persen di tahun 2022 dan naik ke angka 5,3 persen di tahun 2023 nanti. Beberapa sektor perekonomian Indonesia terkena dampak dari adanya inflasi dan kenaikan harga bahan baku ini, salah satu sektor tersebut adalah sektor manufaktur.
Industri manufaktur Indonesia berada pada jalur pemulihan yang tepat. Dilansir dari data PMI (Purchasing Managers’ Index), industri manufaktur Indonesia mencapai 53,7 persen pada bulan September 2022, naik dari bulan sebelumnya. Hasil tersebut menandakan adanya pertumbuhan aktivitas industri manufaktur yang terdorong oleh aktivitas pemulihan ekonomi yang terus berlanjut di Indonesia. Informasi ini didukung dengan adanya peningkatan utilisasi sektor industri manufaktur di bulan Agustus 2022 sebesar 71,40 persen yang naik dibandingkan dengan utilisasi di bulan Juli 2022 sebesar 69,30 persen. Terdapat beberapa sektor industri yang mengalami kenaikan utilisasi, seperti industri kendaraan bermotor, trailer dan semi-trailer, industri alat angkut, reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, industri minuman, industri makanan, industri bahan kimia, industri kertas, industri karet dan plastik, serta industri tekstil.
Kementerian Perindustrian Indonesia menyatakan belum ada dampak signifikan dari inflasi dan kenaikan harga bahan baku terhadap rencana investasi yang ada. Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11 persen juga dinilai tidak menggoyahkan niat para investor untuk berinvestasi di sektor ini. Sektor tekstil dan logam merupakan beberapa sektor yang masih memiliki nilai keunggulan kompetitif saat ini. Dilansir dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), investasi pada industri manufaktur sepanjang tahun 2021 menembus Rp325,4 triliun, yakni mengalami kenaikan sebesar 16,25 persen dibandingkan capaian 2020 yang hanya sebesar Rp272,9 triliun. Sedangkan, tahun ini total investasi diprediksi berada pada kisaran Rp300 triliun hingga Rp310 triliun yang didukung oleh demand domestik maupun luar negeri.
Kinerja yang mengesankan dari aktivitas sektor ini merupakan bukti ketahanan ekonomi domestik, mengingat kondisi ekonomi global yang sulit bahkan diperkirakan akan tergelincir ke dalam resesi di tahun-tahun mendatang. Seperti yang diketahui, proyeksi pertumbuhan ekonomi global terus direvisi, baik oleh IMF maupun Bank Dunia. Situasi ini menunjukkan bahwa permintaan eksternal, terutama dari rekan dagang utama, dapat melemah. Meskipun begitu, permintaan domestik yang terus meningkat dapat membantu menjembatani kesenjangan suplai domestik. Dengan cara ini, mengamankan suplai di tengah permintaan yang tinggi dapat membantu menjaga stabilitas harga. Sementara itu, terkait dengan kendala kenaikan harga bahan baku, pemerintah sedang berupaya mencari alternatif sumber pemasok. Suplai bahan baku dari dalam negeri akan diprioritaskan selagi melirik peluang mendapat suplai dari negara lain, salah satunya melalui keringanan impor.
Sumber:
DPMPTSP Banten. (2022, April 6). Risiko Inflasi Pengaruhi Investasi Manufaktur, Begini Kata Kemenperin. Retrieved from dpmptsp.bantenprov.go.id: https://dpmptsp.bantenprov.go.id/Berita/topic/1123
Moegiarso, S. (2022, Oktober 3). Menko Airlangga: Industri Manufaktur Indonesia terus Ekspansif, Diiringi Inflasi yang Masih Terkendali. Retrieved from ekon.go.id: https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4598/menko-airlangga-industri-manufaktur-indonesia-terus-ekspansif-diiringi-inflasi-yang-masih-terkendali
Santia, T. (2022, Oktober 13). Prediksi Imf: Inflasi Indonesia 46 Persen di 2022 dan Naik Ke55 Persen Pada 2023. Retrieved from Liputan6.com: https://www.liputan6.com/bisnis/read/5096098/prediksi-imf-inflasi-indonesia-46-persen-di-2022-dan-naik-ke-55-persen-pada-2023