Perkembangan Industri Farmasi di Indonesia dan Tantangan yang Menyertai

(Sumber: https://ekbis.sindonews.com/read/26129/34/momentum-tepat-bangkitkan-industri-farmasi-lokal-1589288743)

Saat ini obat-obatan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia. Secara historis farmasi telah memainkan peran penting dalam pembangunan manusia dengan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi waktu yang dihabiskan di rumah sakit. Berkat inovasi industri farmasi yang hampir semuanya epidemi dan penyakit kronis dapat disembuhkan hari ini. Berhubungan langsung dengan kesejahteraan dan kesejahteraan manusia, industri farmasi memiliki kepentingan strategis untuk pengembangan bangsa yang sehat dan produktif. Saat ini, industri farmasi dianggap sebagai salah satu industri global terbesar dan berkembang pesat. Selain itu industri farmasi merupakan sumber utama dari penciptaan lapangan kerja dan pendapatan devisa bagi banyak negara di sekitarnya dunia termasuk di dalamnya negara Indonesia.

Industri farmasi di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat selama bertahun-tahun dan telah menjadi satu diantara banyak industri yang mampu disebut sebagai pemilik pertumbuhan tercepat di Indonesia sesuai dengan data-data yang mendukung. Namun, produksi dan konsumsi farmasi masih tersebar tidak merata di Indonesia dengan sumber produksi obat-obatan terkemuka yang masih berasal dari negara-negara maju. Indonesia saat ini telah memiliki setidaknya 206 industri farmasi, dengan keterangan yang menunjukkan bahwa 4 perusahaan farmasi diantaranya merupakan perusahaan BUMN, dan 178 merupakan perusahaan farmasi lokal, dan 24 lainnya merupakan perusahan farmasi MNC(Data, 2018).

Melalui penelitian yang dilakukan diketahui bahwa masih terdapat ancaman risiko masalah bagi industri farmasi di Indonesia, yang sebagian besar tampaknya belum memiliki solusi yang sudah ditentukan. Meskipun suatu negara memiliki hak eksklusif atas penjualan obat baru selama masa patennya, peningkatan regulasi menyebabkan biaya tambahan dan waktu pengembangan yang lebih lama dengan akibatnya mengurangi waktu hingga kedaluwarsa paten. Meningkatnya penghindaran risiko oleh tim manajemen eksekutif berkontribusi pada perlambatan kemunculan obat-obatan baru dan mengurangi toleransi risiko pada populasi pasien dan badan pengatur menyebabkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah untuk persetujuan izin edar, selain itu tekanan biaya dalam pelayanan kesehatan nasional mengarah pada tekanan penurunan harga yang progresif dan penetrasi pasar oleh obat generik meningkat pesat serta banyak orang menganggap bahwa model bisnis farmasi saat ini tidak lagi berkelanjutan. Akibat meningkatnya dominasi jalur pengembangan obat oleh biofarmasi di Indonesia, maka dapat diketahui bahwa generasi dari obat-obatan manusia berikutnya akan meninggalkan residu yang jauh lebih kecil di lingkungan daripada yang dihasilkan dari penggunaan obat-obatan saat ini.

Sumber:

Austin, D. (2021). Development in the Pharmaceutical Industry At a Glance. https://www.cbo.gov/publication/57126#_idTextAnchor003

Data, K. (2018). Efpia-Pharmafigures2018_V07-Hq.

Kementrian Perindustrian. (2021). Membangun Kemandirian Industri Farmasi Nasional. Buku Analisis Pembangunan Industri, 1–33. https://www.kemenperin.go.id/download/26388/Buku-Analisis-Industri-Farmasi-2021

Evelyn Meisita