Upaya Nestlé dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
(Sumber: http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552a4ad76ea834ec048b4567.jpeg)
Adanya kegiatan industri memberikan berbagai keuntungan baik bagi negara maupun masyarakat. Keuntungan yang diberikan antara lain, sebagai sumber lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan devisa negara, dan lain sebagainya. Banyaknya keuntungan yang diberikan tidak menjamin bahwa industri tidak menyebabkan kerugian. Salah satu kerugian yang disebabkan oleh industri adalah terkait kerusakan alam atau lingkungan. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu masalah yang cukup serius di Indonesia terlebih karena adanya industri. Contoh dari kerugian yang dihasilkan oleh industri adalah polusi udara, limbah pabrik yang mencemari laut sehingga merusak ekosistem laut, berkurangnya lahan hijau atau lahan pertanian karena dialihfungsikan menjadi lahan atau pabrik industri, dan masih banyak lagi kerugian lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya oleh para pelaku industri untuk meminimalisir masalah kerusakan lingkungan ini.
Salah satu perusahaan industri di Indonesia yang berasal dari Swiss dan bergerak dalam bidang FMCG atau Fast Moving Consumer Goods, yaitu Nestlé telah menerapkan beberapa cara untuk meminimalisir masalah terkait kerusakan lingkungan. Perusahaan Nestlé sejak pertengahan tahun 2008 telah menjadikan co-generation plant sebagai bagian penting dalam proses produksi produknya. Co-generation plant merupakan teknologi generator gabungan yang menggunakan gas alam dan digunakan sebagai pengganti alat penghasil uap dan pembangkit listrik konvensional berbahan bakar diesel yang tentunya tidak ramah lingkungan. Gas alam ini berguna untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan gas panas. Gas panas tersebut dialihkan ke heat recovery generator untuk menghasilkan uap. Tercatat penggunaan teknologi ini berdampak baik terhadap pengurangan penggunaan bahan bakar minyak bumi, yaitu sebesar 24 persen. Selain itu, teknologi berbahan gas alam ini pun menghasilkan jauh lebih sedikit gas karbondioksida yang merupakan penyumbang terbesar dalam efek rumah kaca. Data yang tercatat oleh pihak Nestlé menunjukkan bahwa seluruh perusahaannya di Indonesia mampu mengurangi emisi gas karbon dioksida sebanyak 30 persen. Hal ini membuktikan bahwa teknologi co-generation plant tersebut mampu meminimalisir kerusakan alam atau lingkungan. Upaya kedua yang dilakukan pihak Nestlé dalam meminimalisir kerusakan lingkungan adalah dengan menggunakan teknologi Membrane Bio-reactor. Teknologi ini digunakan untuk pengolahan limbah cair. Limbah cair yang sudah diolah tersebut nantinya dapat digunakan kembali untuk berbagai hal, seperti menyiram tanaman di lingkungan pabrik dan membersihkan area-area non-produksi.
Dibalik berbagai keuntungan yang diberikan oleh kegiatan industri, ada pula kerugian yang dihasilkan, salah satunya adalah kerusakan lingkungan. Perusahaan Nestlé dalam meminimalisir masalah tersebut, menggunakan co-generation plant sebagai bagian penting dalam proses produksi produk. Co-generation plant ini terbukti dapat meminimalisir masalah tersebut karena mampu mengurangi emisi gas karbon dioksida sebanyak 30 persen. Selain itu, teknologi lainnya adalah Membrane Bio-reactor yang berfungsi untuk mengolah limbah cair menjadi air yang aman dan dapat digunakan untuk menyiram tanaman di lingkungan pabrik ataupun untuk membersihkan area-area non-produksi lainnya. Diperlukan kesadaran oleh para pelaku industri dalam menangani masalah kerusakan lingkungan ini dan perusahaan industri lainnya dapat belajar dari Nestlé dalam melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup.
Sumber:
Inisiatif Nestlé Dalam Pengolahan Limbah yang Ramah Lingkungan. (2021, 09). Retrieved from Nestle: https://www.nestle.co.id/kisah/pengolahan-limbah-yang-ramah-lingkungan
Upaya-Upaya Produksi dan Jejak Langkah Kami dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. (2022). Retrieved from Nestle: https://www.nestle.co.id/csv/airdanlingkunganhidup/upayaupayaproduksi