Eksistensi Batik di Era Revolusi Industri 4.0

Sumber: (BatikDesign, 2011)

Jessie Kensuni

2301934184

Batik merupakan sebuah karya seni khas Indonesia yang berbentuk kain dan dilengkapi dengan motif atau corak yang beragam. Motif pada kain batik memiliki ciri khasnya masing-masing sesuai dengan daerah asal pembuatan batik, contohnya adalah motif batik mega mendung yang menjadi ciri khas di daerah Cirebon dan motif batik simbut yang menjadi ciri khas di daerah Banten. Batik pun dinilai menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi bukan hanya karena keberagaman motifnya saja, melainkan juga proses pembuatan batik yang dikerjakan menggunakan tangan dan teknik yang cukup rumit.  Oleh karena itu, pada 2 Oktober 2009, UNESCO secara resmi mengakui batik sebagai warisan budaya dunia yang datang dari Indonesia. Pengakuan dari UNESCO membawa banyak hal baik bagi Indonesia, seperti semakin dikenalnya batik di mancanegara. Dilansir dari Medco Foundation, Indonesia bahkan pernah mendapatkan penghasilan dari ekspor batik ke luar negeri sampai 149,9 juta USD di tahun 2016. 

Akan tetapi, di era revolusi industri 4.0 eksistensi batik terancam menurun karena produksi kain batik masih menggunakan cara tradisional. Pembuatan kain batik lebih banyak menggunakan tenaga kerja manusia. Menurut Eskani dkk (2019), jumlah pekerja di industri batik bahkan mencapai 212 ribu orang, padahal, di era revolusi industri 4.0, industri produksi lebih menggantungkan segala pekerjaan pada teknologi-teknologi canggih. Hal ini menjadi salah satu faktor utama kurangnya daya saing industri batik di era revolusi industri 4.0.

Demi menyelamatkan eksistensi batik, pemerintah perlu merancang strategi perubahan dan penyesuaian bagi industri batik itu sendiri. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan produksi functional clothing, dengan menggunakan agen finishing dan nanoteknologi pada kain batik (Eskani, 2019). Pemerintah juga perlu mengajak generasi muda untuk berkontribusi secara langsung dalam memberikan ide-ide inovatif mereka baik dalam bidang industri maupun teknologi. Oleh karena itu, dengan adanya strategi penyesuaian dan kolaborasi antara pemerintah dan generasi muda diharapkan dapat memperbaiki eksistensi industri batik sehingga dapat sejalan dengan era revolusi industri 4.0 yang terjadi.

 

Sumber:

Audi, A. (n.d.). Batik sebagai Warisan Budaya Dunia. Retrieved June 6, 2021, from Medco Foundation: https://www.medcofoundation.org/batik-sebagai-warisan-budaya-dunia/

Blogunik. (2020, December 9). Berbagai Macam Motif Batik dan Asalnya. Retrieved June 6, 2021, from https://blogunik.com/berbagai-macam-motif-batik-dan-asalnya/

Eskani, I. H. (2019). Batik Fungsional Sebagai Salah Satu Strategi Pengembangan Industri Batik dalam Memasuki Era Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019.

Nugroho, W. S. (2019, October 8). Hadapi Revolusi Industri 4.0, Industri Kerajinan dan Batik Perlu Gaet Milenial. Retrieved June 6, 2021, from https://jogja.tribunnews.com/2019/10/08/hadapi-revolusi-industri-40-industri-kerajinan-dan-batik-perlu-gaet-milenial

UNESCO, K. (2017, October 2). Hari Ini 8 Tahun Lalu, UNESCO Akui Batik sebagai Warisan Dunia Asal Indonesia. Retrieved June 6, 2021, from https://kwriu.kemdikbud.go.id/berita/hari-ini-8-tahun-lalu-unesco-akui-batik-sebagai-warisan-dunia-asal-indonesia/