Inilah sosok dibalik font Film “Space Sweepers” asal Banyuwangi!

Film “Space Sweepers” yang dirilis di Korea Selatan pada tanggal 21 Februari 2021 merupakan film pertama yang mengangkat cerita luar angkasa. Film yang lisensi nya dibeli oleh Netflix untuk ditayangkan menempati rating yang baik dalam waktu penayangannya. Film yang mengambil latar waktu masa depan yaitu pada tahun 2092 menceritakan bahwa bumi sudah tidak dapat dihuni lagi karena ulah manusia. Oleh karena itu, manusia menciptakan sebuah perusahaan teknologi untuk dapat hidup di luar angkasa yang bernama UTS. Akan tetapi, hanya orang–orang yang memiliki cukup uang yang dapat pergi kesana. Sisanya tetap tinggal di bumi walaupun bumi sudah tidak layak.

Seorang desainer asal Banyuwangi, Jawa Tengah yang bernama Irwan Cahya Kusuma yang membuat font tersebut. Irwan tidak menyangka bahwa font nya akan digunakan dalam sebuah film besar. Awalnya Irwan hanya merintis bisnis kecil-kecilan seperti membuat stiker untuk barang-barang otomotif dan mendirikan jasa desain bernama Black Sheep Sticker. Akan tetapi, akibat pandemi bisnis nya tidak begitu baik. Oleh karena itu, adiknya menyarankan untuk mencoba membuat sebuah font, lalu dijual di platform digital. Kemudian, Irwan mencoba saran yang diberikan adiknya dan dia pun bergabung bersama komunitas Belfont atau belajar bikin font. Font yang Irwan buat terinspirasi dari konsep otomotif, sehingga diberi nama Swipe Race.

Dalam situasi yang sulit seperti pandemi, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya sekaligus peluang mereka untuk mencari nafkah menjadi sempit dan sedikit. Akan tetapi, tidak dengan Irwan karena dia tetap dapat membuat karya yang inovatif, walaupun hanya berada di rumah. Irwan memanfaatkan seluruh keahliannya dalam membuat font yang sebelumnya hanya sebuah bisnis yang tidak begitu menguntungkan, tetapi dia bisa membuat itu menjadi sebuah pekerjaan yang menghasilkan banyak uang untuk menghidupi keluarganya.

Dibeli Februari lalu

Pada tanggal 7 Februari 2021 di Twitter, seseorang membagikan tangkapan layar berupa email pembelian font yang digunakan untuk keperluan komersil.

Perusahaan asal Amerika Serikat yang membeli lisensi font buatannya. Bermula dari Irwan yang dikirimi email oleh perusahaan untuk menanyakan detail terkait font tersebut. Selang beberapa lama, font yang Irwan buat dibeli dengan harga yang menurutnya cukup sesuai. Akan tetapi, pihak perusahaan tidak menyebutkan untuk apa font tersebut. Irwan baru mengetahui bahwa font yang dia buat digunakan di dalam poster film terkenal saat perilisannya. Tidak butuh waktu lama, Irwan langsung menanyakan hal tersebut kepada pihak perusahaan dan mereka pun mengakui bahwa font nya digunakan untuk sebuah film buatan Korea Selatan.

Setelah terjadi peristiwa tersebut, banyak orang yang mengenal Irwan dan menggunakan jasanya untuk mendesain font yang  mereka inginkan. Irwan mengaku bahwa font yang dia jual berkisar seharga dua ratus ribu hingga dua juta saja. Kemudian, Irwan berpikir apabila dia menekuni profesi sebagai pembuat desain font dapat menjadi pekerjaan tetap nya. Irwan mengaku bahwa profesi ini sudah dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Dia juga merasakan bahwa pendapatan dalam menjual font di situs digital sangat menguntungkan baginya.

Seperti itulah kira–kira gambaran film “Space Sweepers” yang sangat disukai oleh orang–orang sejak perilisannya. Karya anak bangsa yang digunakan di film tersebut merupakan font yang tertera pada poster film. Saat ini, sudah banyak karya anak bangsa yang diakui kehebatannya oleh produsen luar negeri. Tidak heran bahwa perusahaan–perusahaan luar negeri sering mengincar anak–anak bangsa yang kreatif dan inovatif. Kita harus berbangga dengan mereka yang dapat bersaing dalam kancah global. Indonesia harus tetap mendukung rakyatnya yang memiliki keahlian  lebih untuk membuat bangsa ini dikenal secara internasional. Zaman sekarang, anak–anak muda tidak boleh mudah putus asa karena peluang untuk menuju kesuksesan masih terbuka lebar untuk mereka, yang terpenting mereka terus berusaha dan tidak mudah patah semangat.

Referensi