MENELUSURI PROPORSI BANGUNAN RUMAH TINGGAL PENDUDUK PADA JAMAN KERAJAAN MAJAPAHIT (Dalam rangka rekontruksi bangunan situs arkeologi untuk Kawasan Wisata Budaya Majapahit di Trowulan)

Kata kunci : bangunan, Kerajaan Majapahit, situs arkeologi

Sasongko, Soepono; Winarto, Yosafat*)
LPPM UNS, Penelitian, DP2M, Hibah Bersaing, 2009

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, secara umum bertujuan menemukan ukuran atau proporsi bangunan rumah tinggal penduduk pada masa Kerajaan Majapahit yang sangat diperlukan guna merekonstruksi bangunan tersebut dalam rangka pembangunan Kawasan Wisata Budaya Majapahit atau Majapahit Park. Adapun tujuan khusus pada tahap pertama ini adalah mengetahui latar belakang pengalaman estetis yang ada pada wilayah budaya masa kerajaan Majapahit, mengetahui bentuk dasar dan konsep ruang pada bangunan rumah tinggal dan pembuatan sketsa awal bentuk rumah penduduk jaman Majapahit.
Metode penelitian yang digunakan pada tahap pertama ini bersifat eksploratif terhadap berbagai potensi yang terkait dengan bentuk bangunan rumah tinggal penduduk pada masa Kerajaan Majapahit. Untuk tujuan tersebut telah dilakukan penggalian data dan informasi melalui berbagai sumber dengan metode diskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini data telah digali dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu kitab-kitab yang di buat pada masa Kerajaan Majapahit dan sebelumnya, para arkeolog baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat ekskavasi situs Segaran II, artefak-artefak seperti relief candi, miniatur bangunan terakota, hasil temuan akskavasi situs Segaran II dan lain- lainnya. Sedangkan sumber sekunder berujud dokumen, arsip yang terkait dengan bangunan rumah tinggal penduduk pada masa Kerajaan Majapahit.
Teknik pengumpulan dan penjaringan data penelitian ini, memanfaatkan teknik wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen. Sedangkan untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik triangulasi sumber data. Untuk menganalisis data dimanfaatkan teknik analisis kontekstual.

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasannya yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan berikut di bawah ini :

1. Jenis bangunan ini merupakan bangunan profan yang berfungsi sebagai rumah tinggal penduduk dari lingkungan rakyat biasa karena dilihat dari keluasan denah yang ditemukan, serta unsur-unsur bangunan dan sarana prasarananya yang sederhana. Bangunan ini termasuk dalam jenis bangunan tertutup, artinya menggunakan dinding tertutup secara permanen.

2. Kaki bangunan
Denah bangunan berukuran 5,20 m x 2,15 m ini memiliki batur setinggi 0,52 m yang dikelilingi susunan bata dengan perekat tanah (spesi) 1 cm setinggi 10 lapis bata tanpa diplester. Denah bangunan dikelilingi selokan air dengan lebar 7-8 cm terbuat dari bata yang dipasang tegak sepanjang selokan. Posisi undakan berada tepat di tengah depan bangunan. Lantai bangunan diduga menggunakan bahan bata sebagai pengerasannya. Tidak ditemukan umpak sebagai penyangga tiang seperti pada temuan situs yang lainnya.

3. Badan bangunan
Tiang bangunan bertumpu langsung pada lantai batur sebab tidak ditemukan umpak. Bangunan ini diduga keras menggunakan dinding tertutup permanen, karena hanya terdapat satu undakan yang berada di tengah bagian depan bangunan, yang berarti mengindikasikan adanya satu jalan masuk atau pintu bangunan. Bahan dinding dan tiang diduga dari bahan organik yang mudah rusak atau larut dalam tanah, sehingga bahan tersebut tidak bertahan lama. Bahan dinding diduga terbuat dari kayu, hal ini dilihat dari gambaran dari miniatur bangunan terakota yang berbentuk seperti panil-panil moduler memanjang kearah atas (vertikal). Jumlah tiang diduga 4 buah, sedangkan pintu diduga berada lurus di atas undakan dengan dua daun pintu.

4. Kepala bangunan
Bentuk atap limasan dengan hiasan ukel pada ujung-ujung atap dan kemuncak pada bubungannya. Material atap terbuat dari bahan genteng terakota yang disusun selang-seling seperti susunan sirap. Struktur penyangganya yaitu reng diduga menggunakan bahan bambu belah sedangkan usuk menggunakan bahan bambu silinder (utuh). Pengikat struktur atap (reng dan usuk) diduga menggunakan tali yang terbuat dari ijuk, seperti model struktur rumah tradisionil Bali, Jawa atau lainnya di Nusantara. Sedangkan struktur kuda-kuda diduga terbuat dari bahan kayu karena terkait dengan struktur dinding kayu sehingga kokoh.

 

Link: https://lppm.uns.ac.id/id/2010/04/26/menelusuri-proporsi-bangunan-rumah-tinggal-penduduk-pada-jaman-kerajaan-majapahit-dalam-rangka-rekontruksi-bangunan-situs-arkeologi-untuk-kawasan-wisata-budaya-majapahit-di-trowulan/