PENGGUNAAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM AUTOMASI SENJATA
Sumber Gambar : https://goo.gl/UWjAuK (URL diperpendek)
Kecerdasan buatan atau yang dikenal dalam bahasa inggris Artificial Intelligence adalah kecerdasan yang disusun dan diajarkan ke komputer melalui susunan algoritma yang ditulis. Dengan susunan algoritma ini, komputer mampu bertindak sedikitnya menyerupai pikiran manusia yang mampu menyelesaikan logika fuzzy (bukan hanya binary, 1 dan 0). Penggunaan kecerdasan ini sangat luas, seperti pada self-driving car, dimana mobil tidak perlu lagi pengemudi untuk mencapai suatu tempat dan mampu menghindari pejalan kaki yang ada, namun dibalik semua manfaat yang ada dari kecerdasan buatan (AI), banyak sisi gelap yang ditakuti orang, seperti penerapannya pada automasi senjata pembunuh,
Lebih dari 100 CEO dari perusahaan-perusahaan (AI) Artificial Intelligence dan robotik telah menanda-tangani surat peringatan terbuka yang menyatakan bahwa karya dan produk mereka dapat disalahgunakan menjadi senjata pintar yang mematikan – “killer robots”. Mereka berargumen bahwa untuk membangun senjata seperti demikian dapat diibaratkan seperti membuka kotak Pandora. Hal ini dapat menjadi babak baru dunia peperangan senjata.
Lebih dari 30 negara sudah dan sedang membangun drone bersenjata, dimana tiap perkembangannya, drone akan memiliki lebih banyak bagian-bagian tambahan. Automasi sejak lama telah digunakan dalam sistem persenjataan untuk mengindentifikasi target dan kendali misil. Beruntung hingga saat ini, manusia masih memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan untuk membunuh atau tidak. Pihak militer pun hanya menggunakan automasi senjata pada pengaturan-pengaturan tertentu yang bersifat melindungi dari serangan roket berkecepatan tinggi dan misil. Perubahan pada teknologi automasi. Pola pikir mesin seperti mobil tanpa kemudi yang diatur untuk menghindari pejalan kaki, dapat berubah menjadi senjata masa depan yang memburu dan mengincar manusia.
Dalam 3 tahun ini, negara-negara besar telah mengadakan rapat melalui United Nations untuk membahas tentang automasi senjata pembunuh. Lebih dari 60 organisasi telah menyorakkan pelarangan tentang autonomous weapons ini. Namun demikian, kebanyakan negara tetap bertaruh dan cuek, walau beberapa dari mereka telah berhenti mengikuti perkembangan automasi senjata ini.
Terjadi sebuah ironi, dimana beberapa CEO dari perusahaan robotik dan Artificial Intelligence yang memberi peringatan akan bahaya dari AI justru membangun teknologi yang mereka khawatirkan akan disalahgunakan. Yang orang awam ingin ketika melihat dari sudut pandang bahaya dari teknologi AI adalah para pemilik perusahaan memperlambat risetnya hingga pemerintah mampu menyesuaikan regulasinya.
Pada kenyataannya, jika harapan tentang pemberhentian riset AI untuk persenjataan dihentikan oleh beberapa perusahaan tersebut, ini justru akan menjadi peluang bagi startup-startup lain yang lebih berbahaya dan sulit terkontrol. Kita tidak bisa menyingkan teknologi automasi begitu saja, karena telah ada dalam kehidupan sehari-hari seperti drone, dsb. Melarang penggunaan automasi senjata lebih mudah dikatakan dibanding pelaksanaannya.
Jadi kesimpulannya, teknologi AI sejauh ini baik asalkan tidak disalahgunakan seperti halnya menjadi otak automasi senjata. Pemerintah pun tidak boleh menghambat perkembangan Artificial Intelligence di negaranya karena akan menghambat kemajuan di negaranya. Yang harus pemerintah lakukan adalah bekerja sama dengan negara-negara lain dalam mengatur regulasi persenjataan di dunia.
Sumber Penulisan / Daftar Pusataka :
http://time.com/4948633/robots-artificial-intelligence-war/
https://www.forbes.com/sites/gilpress/2017/01/23/top-10-hot-artificial-intelligence-ai-technologies/#3f516ce71928
https://blog.openai.com/