Teknologi Robot Kawanan (Swarm Robotics) untuk Misi Pencarian dan Pertolongan di Indonesia

Misi pencarian dan penyelamatan menjadi semakin penting di Indonesia. Efektifitas fase operasional misi Search and Rescue (SAR) tergantung pada jumlah aset pencarian yang mencakup area pencarian. Terbatasnya jumlah personel dan sumber daya SAR menjadi salah satu kendala cakupan wilayah pencarian yang luas. Untuk berkontribusi pada peningkatan kinerja tahap operasional misi SAR, kemungkinan penerapan teknologi swarm, yang merupakan kelompok agen tak berawak kolaboratif, akan dibahas dalam artikel ini.

Kondisi geografis wilayah Indonesia dan peningkatan frekuensi transportasi dan lalu lintas baik darat, air dan udara, menjadi faktor utama dalam perencanaan dan operasi misi pencarian dan penyelamatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi misi pencarian adalah lokasi jatuhnya pesawat yang membutuhkan waktu untuk mencapai pangkalan SAR sementara. Dengan menggunakan teknologi Swarm, waktu pencarian di area yang terkena dampak dapat dikurangi dan dapat membantu tim pencari menjangkau area pencarian yang lebih luas. Teknologi swarm yang terinspirasi dari perilaku kelompok hewan sosial mampu bekerja tanpa kru, memiliki kontrol yang terdesentralisasi, dan mampu melakukan misi secara kolektif.

Berikut   ini   adalah   beberapa   karakteristik   yang dimiliki oleh teknologi robot kawanan adalah:

  • Memiliki sistem kendali otonom,
  • Berada pada   lingkungan   dinamis   yang disebabkan  oleh  interaksi  antar  individu dan interaksi individu dengan lingkungan,
  • Setiap individu    memiliki sensor    dan kemampuan  komunikasi  dengan  individu lain dalam area terbatas,
  • Memiliki sistem kendali yang terdesentralisasi,
  • Setiap individu tidak memiliki pengetahuan tentang perilaku pada strata kawanan,
  • Dapat memiliki kemampuan untuk menerima atau mengirim data pelaporan.

Dengan menggunakan kawanan, Teknik pencarian pun dapat dikembangkan dan memiliki area pendeteksian yang lebih luas. Penyelarasan kecepatan dan penghindaran benturan dapat diaplikasikan pada kawanan pencari, Selain bergerak  bersama, penggunaan sistem kawanan pun dapat dilakukan dengan membagi area pencarian. Aplikasi selanjutnya adalah mengalokasikan tugas dan consensus yang berbeda untuk setiap anggota kawanan. Misalnya untuk daerah pencarian yang penuh ketidakpastian, seperti kemungkinan korban hanyut terbawa arus laut, pembagian tugas dapat dilakukan. Dimungkinkan untuk mengalokasikan tugas pada robot penelitian gerombolan, misalnya antara tim peneliti lokal dan tim peneliti berbasis laut. Jumlah anggota pada pembagian tugas ini dapat ditentukan berdasarkan statistik pendeteksian korban, semakin besar deteksi korban, semakin besar jumlah anggota yang dikerahkan untuk tugas yang dimaksud.