Eksperimen Navigasi Luar Angkasa “Seperti GPS” dari NASA akan Meluncur dengan Roket SpaceX

Saat pulsar pertama ditemukan pada tahun 1961, ilmuwan takjub akan sinyal-sinyal presisi yang berpendar dari benda-benda langit, dimana akan terlihat dari bumi sebagai bintang yang berkelip. Sinyal tersebut diberikan designasi LGM-1, yang merupakan kepanjangan dari “Little Green Men”. Mungkin kehidupan di luar bumi telah menyalakan pulsar tersebut sebagai sejenis suar, menurut spekulasi banyak orang.

            “Kita tidak begitu percaya bahwa kita menerima sinyal dari peradaban lain” ujar penemu Jocelyn Bell Burnell pada sebuah pidato beberapa tahun setelah penemuan, dikutip dari Popular Science, “namun ide tersebut telah terpikirkan oleh kami dan kami tidak memiliki bukti bahwa sinyal tersebut sepenuhnya emisi radio alami.”

            Sekarang kita tahu bahwa pulsar merupakan bintang neutron yang amat padat dan terjadi secara alami, dihasilkan oleh bintang yang kehabisan energi dan meluruh. Mereka berotasi dengan cepat sambil memendarkan radiasi elektromagnetik, menghasilkan ilusi pulsa yang tetap. Sekarang, manusia menggunakan pulsar tersebut sebagai alat bantu navigasi. Sebuah instrumen baru NASA dijadwalkan untuk meluncur bersama Dragon CRS-11 milik SpaceX pada 3 Juni lalu, yang akan mencoba untuk melihat apakah pulsar adalah cara yang baik untuk navigasi luar angkasa.

                Agensi proyek Station Explorer for X-ray Timing and Navigation Technology (SEXTANT) milik NASA mengatakan bahwa mereka akan mendemonstrasikan kapabilitas penentuan posisi mutlak seperti GPS dengan mengamati pulsar milisekon, yang akan memungkinkan navigasi otonom ke seluruh tata surya dan lebih jauh lagi.

            Kita sudah menemukan lebih dari 1.800 pulsar, yang merupakan inti sisa dari bintang yang lebih tua yang mengalami supernova atau meledak. Seiring rotasi, pulsar mengirim sinyal dengan presisi. Sinyal dapat terlihat dalam jarak panjang gelombang tertentu, dari radio ke X-ray hingga gamma ray. Rotasi pulsar juga presisi, menurut NASA, bahwa mereka sama dalam akurasi hingga ke clock atomik yang digunakan di dalam satelit GPS untuk bernavigasi di bumi. Seperti mercu suar, pulsar akan menjadi penanda yang dapat digunakan astronot sebagai petunjuk untuk mencari jalan di jagat raya ini. Navigasi x-ray juga menurut NASA akan berpotensi untuk memungkinkan keberadaan manusia dalam jangka panjang di seluruh tata surya, juga meningkatkan dan memungkinkan ilmu pengetahuan pada tata surya luar dan lebih jauh.

            Neutron Star Interior Composition Explorer (NICER) adalah instrumen NASA yang diluncurkan bersama misi SpaceX. Meskipun tidak semua bintang neutron berotasi dengan cepat seperti pulsar, pulsar dan tipe-tipe lain bintang neutron sangat padat. Ilmuwan-ilmuwan tidak yakin bagaimana benda fisik akan berperilaku dalam lingkungan ini, dan NICER akan membantu mereka menginvestigasi. Software SEXTANT pada NICEr juga akan menghitung perubahan pada waktu kedatangan emisi pulsar seiring mengorbitnya International Space Station (ISS). Tujuannya adalah untuk melihat apakan penghitungan SEXTANT akan orbit ISS menyamai orbit sesungguhnya dari ISS. Jika sama, maka konsep navigasi dapat bekerja di luar angkasa.

            NASA berharap untuk mengirim astronot-astronot ke Mars pada tahun 2030-an, dan baru-baru ini mengumumkan stasiun luar angkasa kecil di bulan sebagai batu loncatan untuk ambisi tersebut, yang akan mencakup power bus, habitat kecil untuk menambah waktu awak, kapabilitas docking, airlock dan modul logistik untuk memungkinkan penelitian. Stasiun luar angkasa kecil ini akan menjadi fase pertama, dimana fase keuda akan mengikutsertakan sebuah pesawat transport luar angkasa yang dapat digunakan ulang untuk mengirim awak ke Mars.

 

Sumber Penulisan/Daftar Pustaka:

 

Nicholas Julian