Naiknya Harga BBM
KERIBUTAN APA YANG TENGAH TERJADI AKHIR-AKHIR INI
Keributan yang tengah terjadi di dalam masyarakat yang lebih tepatnya pada awal bulan September ini, hal tersebut diawali ketika Presiden Jokowi akhirnya meresmikan kenaikan harga BBM Subsidi tepat pada tanggal 3 September 2022, sehingga harga BBM lainnya harus mengalami penyesuaian dari kenaikan BBM subsidi tersebut. Beliau berpendapat bahwa pemerintah dalam keadaan yang sulit, sehingga menaikkan harga BBM subsidi menjadi pilihan yang terakhir. Namun, keputusan ini menimbulkan banyak penolakan dari masyarakat yang menimbulkan unjuk rasa baik dari kalangan mahasiswa maupun umum.
RASIONALITAS DARI KENAIKAN BBM
Sejalan dengan hukum penawaran, jumlah produksi minyak mentah akan berpengaruh terhadap harga minyak itu sendiri. Khususnya di Indonesia, ada berbagai faktor diantaranya ketersediaan sumber minyak bumi yang terbatas, letak lokasi yang kurang teridentifikasi secara tepat, teknologi produksi, sumber daya pengelola yang belum optimal, serta berbagai faktor strategis dan teknis lainnya menyebabkan produksi minyak mentah mengalami kecenderungan yang menurun dari tahun ke tahun.
Penurunan jumlah produksi minyak mentah di Indonesia, menyebabkan pemenuhan kebutuhan minyak di dalam negeri tidak terpenuhi. Dengan belum optimalnya berbagai pengelolaan terhadap sumber daya minyak di satu sisi, dan di sisi lain adanya kebutuhan minyak yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat Indonesia, menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium) antara supply dan demand. Sehingga, Indonesia harus mengimpor minyak dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah impor minyak yang dilakukan Indonesia sempat mengalami penurunan pada tahun 2014-2020, dari 45,3 Juta ton pada tahun 2014 hingga menjadi 31,3 Juta ton pada tahun 2020. Akan tetapi, pada tahun 2021 mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada saat datangnya pandemi COVID-19 yang mengganggu berbagai sektor yang ada di kehidupan masyarakat, seperti sektor perminyakan dengan jumlah mencapai 35,7 Juta ton. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu dalam memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri secara mandiri.
MISKONSEPSI DARI KENAIKAN BBM
Alasan pemerintah menaikkan harga BBM yang dipicu oleh semakin besarnya beban subsidi dan ketidaktepatan sasaran pemberian subsidi BBM barangkali perlu ditinjau kembali. Jika pemerintah melihat subsidi sebagai sebuah beban, maka tentunya hal ini memang akan terasa memberatkan. Sedangkan jika subsidi dipandang sebagai bentuk untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, subsidi tidak dapat dikatakan sebagai beban bagi pemerintah.
Harga minyak dunia tercatat telah mengalami penurunan, dimana hal itu terjadi terhadap harga minyak dunia yang menimbulkan miskonsepsi terhadap pemerintah oleh masyarakat Indonesia karena harga bahan bakar minyak di Indonesia mengalami kenaikan pada bahan bakar minyak bersubsidi yang Pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada tanggal 3 September 2022 yang menetapkan harga baru pada Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter, Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter. Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi seiring membengkaknya nilai subsidi energi yang mencapai Rp 502,4 triliun. Sri Mulyani menyatakan belanja yang tadinya untuk subsidi digunakan memberikan bantuan sosial bagi masyarakat.
DAMPAK YANG DAPAT DITIMBULKAN DARI KENAIKAN BBM
Perlu diketahui konsumsi Pertalite di Indonesia mencapai 80% dari total bensin. Sehingga kenaikan harga Pertalite tentu akan mendorong kenaikan inflasi, yang mungkin saja meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) di awal bulan ini mengumumkan data inflasi Indonesia periode Juli 2022 yang tumbuh 0,64% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju inflasi ter akselerasi. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015. Dampak kenaikan BBM ternyata tidak hanya pada ekonomi, tapi juga akan berimbas pada aspek sosial masyarakat Indonesia. BBM sangat diperlukan untuk operasional perusahaan, sehingga jika harganya kian mahal akan membebani biaya produksi hampir seluruh sektor dan lini bisnis.
Akibatnya, perusahaan akan meminimalisir biaya operasional, misalnya dengan menghentikan rekrutmen karyawan baru hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kenaikan BBM berpotensi akan meningkatkan angka pengangguran yang tentunya akan menambah tingkat kemiskinan Indonesia. Padahal per Maret 2022, BPS telah melaporkan adanya penurunan tingkat kemiskinan setelah pandemi. Dengan demikian, kenaikan BBM dapat menimbulkan baik dampak terhadap kegiatan ekonomi dan bisnis secara keseluruhan di Indonesia.