Penggunaan Ruang Virtual dalam Berinteraksi Pembelajaran

Penggunaan Ruang Virtual dalam Berinteraksi Pembelajaran

       Dalam beberapa kurun waktu terakhir, kita dihadapkan oleh pandemi. Pandemi  yang memaksa kita untuk tetap berada di dalam rumah dan membatasi mobilitas kita di luar ruangan. Dengan hal demikian, emmbuat kita tidak bisa leluasa dalam melaukan kegiatan kita yang smeula dilakukan secara tatap muka secara langsung, dan dialihkan ke dalam daring. Pada awalnya, banyak orang tidak sepenuhnya setuju dengan perubahan model ini. Alasanya, banyak orang yang tidak bisa mengoperasikan dan menggunakannya karena alasan jaringan, biaya kuota internet yang tergolong mahal dan kurangnya sarana prasana yang memadai.  

       Setelah pandemi berangsur-angsur membaik, semua sudah banyak kembali  melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Namun tidak bisa bilang, bahwa penggunaan teknologi tidak bisa kita lepaskan. Melihat bagaimana penggunaanya selama pandemi ini, kita bisa menyaksikan bahwa teknologi membawa kemudahan dan kefleksibelitasan waktu dan tempat. Bentuk dari penggunaan teknologi sendiri adalah adanya ruang virtual yang digunakan untuk bertatap secara langsung dengan bantuan perangkat seperti laptop, hp dan sebagainya.  

      Bentuk konkret yang bisa kita lihat adalah penggunaan aplikasi ZOOM Meeting, Microsoft Teams dan Google Meet. Pada awalnya, banyak orang yang merasa kesulitan dalam mengakses dan menggunakannya. Setelah berjalannya waktu, banyak orang saat yang dapat menggunakannya. Alasannya, penggunaannya dinilai tidak terbatas tempat dan waktu, bisa dikatakan fleksibel. Apalagi di tempat yang sulit dan terpecil. Banyak orang dapat menggunakannya, asal internet dan perangkat yang memadai.  

         Ruang virtual juga memberi manfaat yang baik pada dunia pendidikan. Misalnya, penggunaan ZOOM Meeting dan Google Meet dalam pembelajaran. Guru dan siswa membutuhkan interaksi untuk menyampaikan materi pembelajaran. Diibaratkan, ZOOM Meeting dan Google Meet sebagai ruang kelas di dalam perangkat. Karena terdapat guru dan siswa yang saling memberikan ilmu dan saling belajar satu sama lain. Di awal pandemi sebelumnya, siswa dan guru juga mendapati masalah yang sama. Yakni, merasa kesulitan dalam mengaksesnya. Mulai dari jaringan yang bermasalah hingga aplikasi yang bermasalah. Namun, seiring waktu berjalan, seluruh siswa dan guru mampu mengaksesnya dengan baik.  

      Ada benarnya sebuah pepatah, “di setiap kejadian, terdapat 2 sisi yang berbeda.” dan begitu pula teknologi. Melalui teknologi yang kita gunakan inilah, kita mampu membuat pendidikan di Indonesia semakin dimudahkan. Walau tidak serta merta terjadi dalam waktu instan, namun dibutuhkan penyesuaian waktu dan adaptasi yang diperlukan untuk menerapkan teknologi di dalam aspek pendidikan di Indonesia. 

Benediktus Bagas Prasetyo Nugroho