PASOLA : Upacara Tradisional Suku Sumba NTT
Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia adalah negara kepulaun terbesar didunia yang memiliki 17.000 lebih pulau yang memiliki keunikannya masing-masing dari berbagai daerah, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan dan keragaman sosial yang unik. Salah satu keberagaman budaya yang ada di Indonesia adalah PASOLA yang berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia, PASOLA merupakan sebuah tradisi upacara suku sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kata PASOLA berasal dari kata “sola” atau “hola”, yang berarti sejenis lembing kayu yang berujung tumpul yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Pasola adalah permainan ketangkasan yaitu saling melempar lebing antara satu orang dengan yang lain dalam dua kelompok menggunakan lembing atau tombak yang memiliki ujung yang tumpul. Pasola merupakan upacara adat tradisional orang Sumba yang masih menganut agama asli yaitu Merapu (agama lokal masyarakat sumba). Pasola dilaksanakan antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya, di beberapa kampung di sumba Barat. Nama-nama kampung tersebut adalah sebagai berikut: Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura.
Salah satu syarat untuk melaksanakan Pasola adalah terlebih dahulu melakukan tradisi nyale. Adat nyale adalah salah satu upacara ucapan syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai. Adat nyale yang dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut (dalam bahasa setempat disebut nyale) keluar di tepi pantai. Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, sekitar jam 07.00 WITA. Tanpa mendapatkan nyale, Pasola tidak dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika sudah mendapatkan nyale maka Pasola dapat dilaksanakan. Pasola yang akan dilaksanakan di bentangan padang luas, akan disaksikan oleh segenap warga dari kedua kelompok yang bertanding, masyarakat umum, dan wisatawan asing maupun lokal.
Setiap kelompok dalam pertandingan terdiri atas 100 lebih pemudah yang bersebjatakan tombak yang memiliki ujung yang tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 cm. Walau pun tombak memiliki ujung yang tumpul namun dapat menyebabkan korban jiwa jika mengenai lawan. Menurut kepercayaan, Merapu Para korban jiwa tersebut mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan kesalan atau pelanggaran. Dalam permainan pasola, penonton dapat melihat secara langsung dua kelompok ksatria sumba yang sedang berhadap-hadapan dan saling berlawanan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil melesetkan lembing ke arah lawan. Penonton yang melihat Pasola tersebut mereka sudah sangat tangkas dalam menghindari lembing kayu yang dilempar oleh para peserta pasola. Pasola biasanya dimulai pagi hari sekitar jam 8 hingga sore hari namun jika belum selesai maka dapat dilanjutkan hingga malam atau dapat dilanjutkan keesokan harinya dengan kelompok dan lawan yang sama.