Pahlawan di Era Digital: Bukan Lagi Soal Perang, tapi Peran
Setiap 10 November, kita memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang mereka yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tapi di masa sekarang, menjadi pahlawan tidak lagi harus turun ke medan perang. Zaman sudah berubah, dan bentuk perjuangan pun ikut berubah.
Kini, perjuangan bisa dilakukan lewat hal-hal kecil yang berdampak besar. Misalnya dengan membagikan informasi yang benar di media sosial, ikut kampanye sosial yang positif, atau membantu kelompok atau teman yang sedang kesulitan. Dunia digital memberi kita ruang luas untuk berbuat hal baik dan bermakna, hanya bagaimana kita memilih untuk berperan di dalamnya atau tidak.
Pemerintah juga mendorong masyarakat agar menjadi “pahlawan digital,” yaitu mereka yang menggunakan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat, bukan untuk menyebarkan kebencian atau berita palsu. Di beberapa daerah, anak muda bahkan mulai membuat gerakan literasi digital agar orang lebih bijak dalam menggunakan internet. Ini menunjukkan bahwa setiap orang punya kesempatan untuk berkontribusi, sekecil apa pun.
Menjadi pahlawan di era digital bukan soal popularitas atau seberapa banyak pengikut di media sosial, tapi soal ketulusan dan konsistensi. Karena pada akhirnya, pahlawan sejati adalah mereka yang tetap berbuat baik walau tidak ada yang melihat.
Hari Pahlawan bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang bagaimana kita meneruskan semangat perjuangan itu hari ini. Jadi, pertanyaannya sekarang: kalau dulu mereka berjuang dengan bambu runcing, kita mau berjuang dengan apa?
Referensi:
Merdeka.com. (2024, Juni 12). Menkomdigi ajak warga Sergai jadi pahlawan digital, tekankan pentingnya literasi digital Sergai. https://www.merdeka.com/peristiwa/menkomdigi-ajak-warga-sergai-jadi-pahlawan-digital-tekankan-pentingnya-literasi-digital-sergai-492209-mvk.html
Rahmawati, D., & Putra, A. H. (2024). Transformasi melalui literasi digital: Peran generasi muda dalam mewujudkan SDGs dan daya saing global. Jurnal Indopedia (Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan), 2(2), 45–56.