Hari Aksara Internasional
Hari Aksara Internasional
Bagaimana langkah yang bisa diambil dalam menuntaskan buta huruf? Hari Aksara Internasional atau yang dikenal dengan International Literacy Day merupakan langkah konkret yang hadir di masyarakat sebagai cara menghargai adanya “literasi” demi mengurangi angka buta huruf. Berdasarkan Sejarah, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Akara Internasional. Hari Aksara sudah diperingati sejak 56 tahun yang lalu. Namun, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum paham tentang hari aksara.
Hari aksara tidak terlepas dari literasi. Apa yang kalian ketahui tentang literasi? Apakah hanya sekadar kemampuan membaca saja? Lalu, bisa bermanfaat apa saja secara langsung? Pastinya sudah sering mendengar hal ini. Namun, apa kalian tahu bahwa literasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis? Literasi jauh memiliki makna yang lebih mendalam. Ketika kita membaca, maka kita harus bisa memahami dan memecahkan berbagai permasalahan menggunakan bahan literasi kita. Hal ini pastinya mendukung bertambahnya pengetahuan kita dan juga keterampilan.
Perlu kita sadari bahwa tanpa aksara, manusia akan kesulitan dalam banyak hal. Aksara yang membuat manusia bisa berkomunikasi dan membangun peradaban. Dalam memberantas buta huruf sejak usia dini, bukan berarti memaksakan anak usia dini untuk belajar membaca juga. Sebab, itu adalah waktu anak-anak mengeksplor dunia dan bermain. Kita bisa melakukan beragam cara yang secara tidak langsung mengasah motorik anak dalam memahami bacaan, seperti menebak arti gambar. Saat ini, Indonesia memiliki peringkat 62 dari 70 negara dalam hal literasi. Sebenarnya ini sudah mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Budaya membaca yang belum tumbuh dari lingkungan terdekat, seperti keluarga, membuat banyak orang tidak memiliki kebiasaan itu juga. Semua anak-anak harusnya senang bukan disuguhi dengan cerita ataupun animasi? Dunia sudah semakin canggih dan tidak ada alasan untuk tidak membaca. Adanya literasi berdampak besar bagi siapapun, termasuk generasi muda saat ini. Namun, begitupun dengan kurangnya tingkat literasi. Contoh nyatanya kita bisa melihat tersebarnya berita tidak benar. Banyak orang yang tidak bisa membedakannya dan termakan dengan hoax. Bukankah banyak yang sudah menjadi korbannya? Padahal dengan adanya media digital, orang-orang bisa memastikan dari sumber berita yang kredibel dan membaca berita lain yang serupa agar tahu mana yang benar atau tidak.
Teknologi yang diberikan kepada anak kecil harus bisa kita minimalisir. Bukan berarti kita kontra terhadap teknologi, tapi alangkah baiknya memberikan aktivitas-aktivitas yang bisa merangsang motorik halusnya dan juga kognitif. Anak-anak tidak memerlukan permainan yang mewah atau teknologi paling canggih. Mereka lebih butuh kualitas waktu yang banyak dari orang tua atau siapapun yang mendampinginya. Peran guru tentu untuk mengasah dan memberikan makna pembelajaran bagi anak-anak. Ketika mereka memasuki SD, maka sebuah pondasi perlahan akan terbangun. Di sinilah peran literasi. Mereka sudah mulai bisa mengakses berbagai hal di dunia digital dan membutuhkan kemampuan literasi dalam mencari informasi. Guru harus memandu dan memfasilitasi mereka dengan laman-laman kredibel serta sesuai dengan umurnya.
Sebagai calon guru dan pembelajar sepanjang hayat, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dengan salah satu caranya, yaitu literasi. Melalui berbagai kegiatan organisasi di kampus, seperti pengabdian kepada masyarakat juga ikut mendukung peran dalam bermanfaat kepada anak-anak melalui pemberian ilmu. Begitupun dengan program-program yang dilakukan oleh jurusan PGSD BINUS dengan membuat mahasiswanya berkontribusi nyata ke masyarakat. Begitupun sebagai pegiat literasi.
Berhubung saya berasal dari tanah timur, yaitu Jayapura, pastinya ada beberapa hal yang sangat jauh berbeda dengan kota-kota di pulau Jawa. Melalui berbagai pengalaman yang saya miliki, saya memutuskan untuk menjadi pegiat literasi dengan mendirikan taman baca di dekat rumah saya. Melalui langkah yang saya ambil, anak-anak pun memiliki fasilitas untuk mendapatkan bacaan. Lebih baik begini bukan? Daripada tidak mengambil langkah apapun dalam memerangi angka buta huruf dan rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Melalui gambar berikut ini, taman baca yang telah ada ini dapat dikunjungi siapapun.
Ketika saya mendirikan rumah baca ini, saya melihat betapa semangatnya anak-anak di sana untuk datang membaca buku secara rutin. Beberapa orang dewasa pun turut terlibat di sana dengan memberikan donasi buku, sumbangan berupa uang, dan menjadi volunteer. Dari sana saya melihat bahwa peran taman baca begitu besar bagi anak-anak sekitar. Pemerintah harus lebih banyak membuat fasilitas seperti ini juga agar siapapun, dimanapun, dan kapanpun bisa untuk membaca. Sebab, teknologi belum bisa menjangkau semua daerah juga.
Literasi bisa menambah wawasan dan pengetauan baru. Literasi bisa melatih kemampuan berpikir kita dan meningkatkan daya ingat. Literasi bisa memperkaya setiap kosa kata dalam diri kita. Literasi bisa meningkatkan memori dan konsentrasi kita. Jadi, budayakan literasi dan ambillah langkah nyata!