Guru Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Guru Bukan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, Engkau patriot pahlawan bangsa, Pembangun insan cendekia 

Apakah kamu pernah mendengar lagu Hymne Guru? Lalu, apakah kamu sudah tahu terdapat gubahan dari lirik lagu itu? Benar, terdapat perubahan pada lirik yang awalnya berbunyi “pahlawan tanpa tanda jasa” telah menjadi “pembangun insan cendekia”. Mengapa perubahan itu terjadi? Bukankah guru adalah orang yang tidak memiliki tanda jasa? Nah, inilah yang membuat “guru” sering dipandang sebelah mata. Coba kita lihat, berapa banyak lulusan-lulusan terbaik di negeri ini yang mau menjadi guru dan membantu mencerdaskan kehidupan bangsa? 

Guru adalah pahlawan tanpa jasa. Pemikiran seperti ini yang membuat kita tidak heran kalau profesi guru kerap kali kurang dihargai. Seringkali gaji yang diterima guru untuk kesejahteraannya masih kurang. Masih banyak guru yang harus mencari pekerjaan lain. Namun, seharusnya guru juga mempunyai ruang untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi pendidik yang lebih baik. Guru butuh memantapkan kemampuan dan keterampilannya agar bisa lebih baik di dalam dunia pengajaran. Apakah hal yang diajarkan di berbagai perkuliahan bidang pendidikan sudah sesuai dengan kualifikasi menjadi guru saat ini? 

Jika kita membicarakan teknologi, pasti semua orang pun tahu kalau guru harus bisa memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Selain teknologi, kemampuan guru dalam memahami perilaku murid, menyentuh sosial emosional yang tidak bisa digapai oleh AI, cara guru menyampaikan pembelajaran dengan berbagai metode yang menarik, cara guru untuk menguasai konten pembelajaran, dan lain hal, apakah sudah terpenuhi? Selain tentang frasa ”guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”, pondasi seorang pendidik juga haruslah kokoh dan pantas untuk menerima penghargaan yang lebih baik. Pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional merupakan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Itulah yang akan menjadikan guru sebagai profesi yang juga sama dan harus dihargai. Orang pintar banyak, tapi tidak semua orang yang bisa mengajar dan memiliki kompetensi layak sebagai guru. 

Guru sangatlah fundamental dan penting untuk pertumbuhan negara. Gubahan lirik menjadi “pembangun insan cendikia” adalah hal yang sangat benar. Apakah kamu pernah mendengar pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”? Peran guru sangatlah sulit. Guru yang berarti digugu dan ditiru, berarti semua tindakan dan tutur katanya dapat menjadi contoh dari murid. Terlepas dari pengaplikasian konsep ilmu pengetahuan di dunia kenyataan, guru juga harus memerhatikan berbagai kebutuhan dan karakteristik murid yang homogen. Teknologi yang cenderung membantu pekerjaan manusia dan berpeluang membuat manusia menjadi individualisme pun juga dihadapkan dengan cara guru mendidik murid agar tidak seperti itu.  

Bagi mahasiswa yang fokus di bidang pendidikan, seperti pendidikan dasar, pasti pernah dihadapkan dengan pertanyaan, “Kenapa mau jadi guru? Guru gajinya ‘kan tidak besar? Kalau mau gajinya tinggi ya jangan jadi guru,”. Rasanya, guru tabuh untuk membahas tentang finansial karena frasa “pahlawan tanpa tanda jasa”. Hal inilah yang membuat banyak guru stress karena harus mencari kerja sampingan demi mencukupi kebutuhan. Cobalah kita lihat, pekerjaan guru, gaji, kompetensi, dan standar seperti apa yang harus dipenuhi agar profesi guru jauh lebih dihargai? Memanusiakan berbagai siswa adalah pekerjaan penting dari guru juga dalam menghadapi arus teknologi. Bahkan, tuntutan dari orang tua yang ingin anak-anaknya menjadi yang terbaik. Lihatlah, tidak semudah itu bukan menjadi guru? 

Sudah seharusnya guru bisa lebih dipandang tidak sebelah mata. Generasi di masa depan juga dibangun oleh pendidikan. Bahkan, Pak Nadiem Makarim, selaku menteri dari Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengatakan bahwa cara menumpas penjajahan di dalam negeri, seperti penjajahan mental dan sebagainya adalah melalui pendidikan. Harapannya adalah profesi guru bukanlah menjadi pilihan terakhir. Namun, jadikanlah profesi guru sebagai panggilan dari hati untuk membangun insan cendikia yang lebih baik lagi. Jadilah guru yang layak dan patut untuk digugu dan ditiru. Jadilah guru yang memiliki hati besar dan siap merangkul anak-anaknya menuju jenjang yang lebih cemerlang.

Ivonni Gozali