Kecerdasan Buatan vs Manusia
Kecerdasan Buatan vs Manusia
Teknologi telah menjadi suatu bagian integral dari kehidupan sehari-hari manusia. Diperkirakan bahwa 75% aktivitas yang dilakukan manusia selalu menggunakan dan melibatkan teknologi, baik itu secara verbal, seperti kendaraan, kulkas, televisi, ataupun non-verbal seperti internet dan sejenisnya. Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat l membuat artificial intelligence (AI) sudah tidak terdengar asing lagi di masyarakat bahkan mendunia.
Artifical intelligence atau yang sering disebut dengan kecerdasan buatan ini memiliki peranan yang sangat penting saat ini, terlebih pada masa pandemi yang masih melanda hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Artifical intelligence yang semakin canggih dan kreatif memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia baik itu di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, bisnis dan lainnya.
Implementasi kecerdasan buatan memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan. Al mampu menjawab berbagai masalah yang sedang terjadi, tetapi di sisi lain Al juga menjadi ancaman manusia karena banyak pekerjaan yang perlahan-lahan diganti oleh Al. Namun, pada hakikatnya AI memang bisa menggantikan beberapa pekerjaan manusia. Apa yang membuat alat ajaib ini berbeda dan membuat manusia menjadi sosok yang lebih ‘luar biasa’? Al tidak akan bisa mengantikan sisi emosional manusia. Melalui algoritma kata-kata yang didapatkan dari seluruh penjuru dunia membuatnya bisa mengeluarkan bahasa. Namun, bukankah sejatinya tujuan berbahasa adalah terjadi percakapan dua arah dan melibatkan perasaan serta logika? Masyarakat dunia khususnya Indonesia harus terus memelihara serta mengembangkan kecerdasan kognitif, sosial emosional, dan hal lainnya sehingga pada masa yang akan datang keberadaannya tetap menjadi ‘otak kehidupan bumi’. Sebab, teknologi yang paling canggih adalah otak manusia.
Implementasi teknologi Al ini sudah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan Google. Kecanggihan AI mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Khususnya pada bidang Kesehatan, AI digunakan untuk mendeteksi virus corona 19, mengukur suhu tubuh manusia, dan dengan adanya AI ini juga membantu pekerjaan tenaga kesehatan masyarakat. AI juga menjangkau bagian pendidikan yang mana membuat pendidikan lebih relevan bagi para murid, dapat mengubah cara menulis, seperti mengedit respons atau menulis dengan keterampilan menulis. AI juga dapat menunjang implementasi kurikulum di sekolah, menata ulang prioritas sekolah, dan masih banyak lagi implementasi AI di bidang pendidikan. Di bidang bisnis dan ekonomi pun AI sudah menyelam melalui implementasi dalam menganalisis data, tren pasar, preferensi produk dengan lebih cepat dan efektif, serta dapat meningkatkan layanan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Menyalakan AC, lampu, TV, dan lainnya seperti penggunaan alat dari kantong ajaib Doraemon sudah bisa dilakukan AI. Hal ini menandakan implementasi AI dalam berbagai sektor kehidupan manusia memberikan dampak yang positif dan dapat membantu menyelesaikan pekerjaan manusia. Implementasi AI dalam bidang Kesehatan, seperti dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan pengobatan media, adanya sistem bedah yang menggunakan teknologi robot untuk melakukan operasi yang lebih akurat.
Melalui semua manfaat itu, apakah AI bisa menerobos peran guru di dunia pendidikan? Banyak orang yang mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Kamu pernah menonton pertandingan bola voli? Bola lawan pasti harus dihindari. Kita bisa melakukan berbagai teknik agar membuat lawan terkejut. Namun, kita juga harus bisa memahami dan memindahkan jiwa kita untuk seakan berada di posisi lawan. Kita jadi tahu cara ‘menggunakannya’ tanpa harus menghindari. Justru kalau menghindariz nanti lawan yang akan mendapatkan poin. Hal itu sama dengan peran AI di bidang pendidikan. AI bisa menggantikan peran guru sebagai ‘pemberi nilai akhir’. Namun, kalau guru menggunakan AI untuk mempercantik pembelajarannya, lalu mengiringi dengan hal yang tidak bisa dilakukan AI, bukankah ini akan jadi super combo? Apa sih hal yang tidak bisa digantikan oleh AI?
Pembentukan karakter, menghibur siswa ketika belum benar dalam menjawab, membuat euforia kelas menjadi menyenangkan, dan pembentuk ikatan kelas yang menjadi terus bersambung adalah peran guru yang tidak akan pernah bisa digantikan AI. AI bisa saja kalau hanya mengganti peran ‘guru’. Namun, bisakah mengganti peran ‘digugu dan ditiru’ ?
Pembawa berita di televisi di beberapa stasiun televisi terkenal sudah ada yang digantikan dengan AI. Penyanyi internasional pun bisa direkayasa oleh AI untuk menyanyikan lagu Indonesia. Jika dibilang pengaruh negatif, ini merupakan ancaman yang harus diselesaikan dengan memandangnya sebagai tantangan.
Pada hakikatnya, AI bisa menggantikan beberapa pekerjaan manusia, tapi AI tidak akan pernah bisa mengantikan sisi manusia dengan otak sebagai teknologi paling canggih dan sifat memanusiakan manusia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda yang terus beradaptasi, kita harus bisa mengembangkan karakter manusia sesungguhnya hingga keberadaan kita tetap akan dibutuhkan. Sejatinya manusia yang memiliki kepedulian dan cinta kasih terhadap sesama guna memperbaiki kehidupan adalah hal yang bisa menjaga dunia tetap pada porosnya.
Referensi :
Utami, S. N. (2021, Juli). Dipetik Mei 09, 2023, dari Artificial Intelligence (AI): Pengertian, Perkembangan, Cara Kerja, dan Dampaknya:
https://r.search.yahoo.com/_fartificial-intelligence-ai-pengertian-perkembangan-ca