Asmat dan Motor Canggihnya
Asmat dan Motor Canggihnya
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang perempuan dengan segala asa yang mewarnai hidupnya. Sebagai gadis Asmat dengan orang tua yang bekerja sebagai petani seringkali membuatnya pesimis untuk melanjutkan langkahnya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketika sang ayah meninggal saat ia duduk di kelas 11, asa yang ia miliki seakan mulai runtuh dan ia sangat ingin menjaga keluarga kecilnya. Pendidikan di perguruan tinggi tidaklah murah dan orang-orang yang memiliki kesempatan itu harus bersyukur. Sebab, pendidikan merupakan jalan untuk keluar dari kemiskinan. Asa yang masih ia dekap begitu lama ditemukan dengan sebuah beasiswa dari suatu pihak. Akhirnya, ia pun lulus dan berhasil berkuliah di ibu kota, lebih tepatnya di Universitas Bina Nusantara. Rasa bahagia yang tidak terbendung mesti dihentikan dulu karena Asmat yang merupakan sebuah kampung sering tidak mendapatkan sinyal. Dia harus pulang dulu ke kampungnya. Saat itu terjadi, dia pun mencurahkan segala rasanya. Ada yang bilang bandara adalah tempat perpisahan yang paling mendalam. Itulah yang terjadi saat keluarganya mengantar ke bandara.
Ini adalah ceritaku. Cerita yang ingin kubagikan dari sudut pandang ’kecanggihan’ di Asmat yang tak kalah dengan Jakarta. Aku pun kaget dengan kota Jakarta yang memiliki banyak bangunan tinggi dan gedung-gedung yang meraih langit biru. Aku tinggal di sebuah kos yang dekat dengan kampus. Jalan kaki merupakan pilihan yang selalu kusukai. Namun, kala itu aku sangat terburu-buru dan ada peluang terlambat sampai di kampus. Aku pun mencoba untuk menaiki transportasi umum, yaitu ojek daring. Hal yang biasa aku dengar dengan suara berisiknya dan pernah membuatku berteriak karena kaget dengan suara yang ingin menyerempetku akan kunaiki. Rasanya berbeda dengan motor yang kunaiki di Asmat.
Motor listrik adalah motor yang didistribusikan di Asmat. Biasanya kami memanggilnya dengan ‘motor cas’. Pastinya kamu tahu dengan motor listrik yang sekarang sedang digencarkan untuk melindungi Bumi. Jangan sampai Bum sedih lagi saat ulang tahunnya. Apakah kamu sudah membaca cerita pendek tentang Bum? Silakan dibaca melalui laman HIMPGSD! Eh, jadi iklan! Nahh, kamu pasti tahu tentang motor listrik yang tidak menggunakan bensin. Asmat menggunakan itu karena adanya kesulitan akses untuk mendapatkan bahan bakar minyak (BBM). Hanya polisi yang biasanya menggunakan motor dengan bensin. Bahkan, kendaraan berupa mobil biasanya hanya digunakan oleh pihak rumah sakit dan pemerintah. Lalu, penggunaan plat nomor pun hanya dijadikan sebagai penanda atau pengganti stiker retribusi. Jadi, Asmat tidak memiliki STNK atau SIM dan tidak ada pajak kendaraan.
Bahan bakar yang mahal di Asmat membuat motor yang tidak memiliki suara berisik dan tidak menganggu lingkungan sekitar menjadi jalan canggih. Perawatan yang rutin dalam kurun waktu tertentu dengan mengganti kampas rem, minyak rem, dan ban menjadi cara untuk membuat motor ini tetap aman dan nyaman digunakan. Namun, ada sisi positif dan negatif dari penggunaan motor listrik ini dan dibandingkan dengan motor berbahan bakar minyak.
Kamu ingin menghemat biaya dan tidak perlu memikirkan kenaikan harga bensin? Pilihlah motor listrik. Lalu, suaranya pun tidak berisik, anti bocor seperti motor berbahan bakar minyak, dan ramah dengan Bum merupakan alasan pendukung untuk kamu memilih motor listrik. Namun, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan motor listrik yang memiliki peningkatan konsumsi senergi pada pembuatan baterai ataupun produksinya sangatlah besar. Eksploitasi material-material ini bisa memiliki dampak buruk bagi ekosistem.
Motor berbahan bakar minyak memiliki kenaikan harga BBM yang seringkali dijadikan sebuah bahan konflik. Bukankah kita sedang berupaya dalam melawan Bin dan Bul karena siasat mereka menyadarkan kita? Walau ini sulit, kita harus memiliki penggerak. Kalau bukan kamu, siapa lagi?