Tradisi Kebo-keboan Sebagai Ucapan Syukur

Indonesia terkenal dengan berbagai suku, agama, dan etnis. Berbagai di antara tersebar dari Sabang hingga Merauke. Di balik banyaknya keragaman tersebut, masing-
masing memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari yang memiliki makna dibaliknya atau
menampilkan sebuah sejarah yang patut untuk dipelajari dan diilhami sebagai salah satu
kekayaan bangsa.

Ada beberapa manfaat dari kita mencintai kebudayaan bangsa sendiri. Seperti yang dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, manfaat yang diperoleh kita mencintai kebudayaan bangsa sendiri adalah :
– Sebagai sumber yang baru untuk pengetahuan dunia
– Sebagai sebuah identitas nasional di mata dunia
– Memupuk rasa toleransi antar satu sama lain
– Menumbuhkan rasa nasionalisme di masyarakat
– Menjadikan latar belakang yang memiliki perbedaan menjadi sebuah rasa persatuan bagi bangsa sendiri.

Salah satu kebudayaan yang patut dibanggakan oleh Bangsa Indonesia adalah tradisi kebo-keboan. Tradisi kebo-keboan (kerbau jadi-jadian) adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas hasil panen padi. Biasanya tradisi ini dilakukan pada bulan Satu Suro sesuai dengan penanggalan Jawa dan diikuti oleh banyak orang baik warga sekitar dan turis-turis asing yang sengaja datang ke Banyuwangi hanya untuk turut serta dalam kebudayaan Banyuwangi.


Kebo-keboan ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda, yakni di desa Alangmalang yang diyakini tradisi kebo-keboan dilaksanakan dan di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

Sejarah awal tradisi ini adalah ketika di Desa Alangmalang yang di terpa wabah langka
yang membuat seluruh tumbuhan, hewan dan hewan ternak mati serta membuat orang
kelaparan hingga meninggal dunia. Kemudian, ada sesepuh desa yang dipercayai memiliki
kekuatan yang hebat yang bernama Mbah Kanti yang mendapat wangsit (pesan) untuk
bermeditasi di bukit. Di dalam meditasinya, Dewi Sri menyampaikan kepada Mbah Kanti
untuk melakukan sebuah ritual untuk membuat desanya kembali pulih sedia kala. Setelah
bermeditasi, Mbah Kanti kembali ke desa dan melakukan apa yang disampaikan oleh Dewi
Sri. Akhirnya wabah, dan penyakit hilang. Kemudian tumbuhan, dan ternak kembali panen
dan pulih.

Ada beberapa fakta menarik di balik tradisi kebo-keboan ini diantaranya :
1. Tradisi ini tidak menggunakan kerbau sungguhan
Warga didandani menyerupai seekor kerbau yang ada di sawah untuk menggunakan membajak sawah
2. Menggunakan oli dan arang.
Mereka yang menjadi kerbau tidak menggunakan riasan yang menggunakan merek kosmetik. Namun, menggunakan oli dan arang untuk menutupi tubuh mereka sehingga menyerupai kerbau.
3. Diadakan secara ramai dan besar-besaran
Tradisi ini diadakan secara besar-besaran dan mendapat perhatian langsung dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan menjadi salah satu destinasi wisata di Banyuwangi dan menarik perhatian turis mancanegara.

Kebo-keboan menjadi salah satu tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hendaknya
dengan kita menghargai kebudayaan kita, kita akan semakin mencintai dan merawatnya
supaya tidak hilang lekang oleh waktu.

Bagas Prasetyo