Menghapus “Budaya” Malu Bertanya

 

Sumber gambar: http://glimrandeglimtar.blogspot.co.id

Ada suatu paradigma pada masyarakat Indonesia bahwa bertanya adalah sesuatu yang memalukan. Bertanya merupakan sebuah aib karena jika bertanya dianggap bodoh atau tidak tahu. Sejak dini, keinginan atau inisatif seorang anak untuk bertanya selalu ditekan. Baik guru, orang tua, atau pun lingkungan secara tidak sadar selalu tidak memberi kesempatan atau sering menjatuhkan pertanyaan seorang anak. Lalu orang tua atau guru seringkali merasa jika tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya, akan merasa diremehkan. Budaya malu dan takut bertanya ini terus berlangsung dari satu generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang melekat dalam masyarakat Indonesia.

Padahal bertanya adalah suatu cara untuk menghilangkan keraguan terhadap sebuah informasi agar tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari. Bertanya juga melatih seseorang untuk berpikir secara kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Bertanya itu harus dibiasakan dan dipelajari. Memang terkesan aneh, tapi pada kenyataannya memang bertanya itu sulit. Karena untuk bisa bertanya, berarti kita harus mengetahui apa yang kita tanyakan. Kita harus mengetahui permasalahan dari hal yang dipertanyakan.

Oleh karena itu, kebiasaan untuk bertanya dan berpikir kritis harus dilatih sejak dini. Lebih tepatnya adalah saat usia Sekolah Dasar. Karena sifat alami seorang anak adalah rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya. Maka anak kecil akan sering bertanya untuk mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Dalam hal ini, guru dan orang tua harus siap dengan segala pertanyaan. Tidak diperkenankan baik guru maupun orang tua untuk mematahkan rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan memarahi atau menertawakan pertanyaan mereka. Karena akan menimbulkan trauma pada diri anak sehingga mereka tidak mau untuk bertanya lagi.

Sekolah adalah salah satu dari tiga pilar utama pendidikan. Lalu pertanyaanya adalah “Bagaimana membuat suatu sistem pembelajaran yang dapat melatih kemampuan bertanya siswa?” Seperti yang kita semua ketahui bahwa kemampuan bertanya dan berpikir kritis tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, melainkan memerlukan proses pembelajaran yang mendukung. Baik dalam segi guru yang memadai maupun materi yang disajikan secara menarik dan merangsang rasa ingin tahu siswa.

Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan oleh Jerome Bruner. Pembelajaran inkuiri biasa disebut dengan model pembelajaran penemuan. Pembelajaran inkuiri membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan dianalisis dengan baik. Model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih banyak berdiskusi untuk memecahkan masalah. Guru hanya sebagai fasillitator saja, dalam arti siswa dituntut untuk lebih banyak bertanya.

Langkah-langka model pembelajaran inkuiri:

  1. Orientasi terhadap Masalah

Seringkali siswa tidak menyadari pada suatu keadaan atau fenomena terdapat suatu permasalahan, atau sesuatu yang dapat dijadikan pertanyaan untuk dipelajari secara lebih mendalam. Untuk mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru harus memiliki kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan benar-benar menarik bagi siswa. Rasa ingin tahu akan suatu hal akan membimbing siswa terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-sama di kelas atau kelompoknya

  1. Merumuskan Masalah

Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan mengarahkan siswa pada “pertanyaan besar dan penting” yang seharusnya menjadi tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk merumuskan permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih. Tetapi, memang seharusnya guru berusaha membuat mereka untuk memiliki kemampuan ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa. Pertanyaan dan permasalahan yang baik akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang sedang dipelajari.

  1. Mengajukan Hipotesis

Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari, mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data atau informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.

  1. Mengumpulkan Informasi (Data)

Langkah ke-4 ini juga merupakan tahapan yang sangat penting. Pada tahap keempat model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya harus mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan data mana yang relevan dengan tujuan atau pemecahan masalah mereka.  Informasi dan data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yang mungkin. Guru bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik. Siswa akan lebih banyak membaca secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan sebagainya.

  1. Menguji Hipotesis

Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dilangkah sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi semacam perbedaan antara informasi yang baru mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Proses berpikir kreatif, kritis, dan analitis akan dibutuhkan di tahap ini, sehingga mereka dapat menguji hipotesis.

  1. Menyimpulkan

Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan dapat membuat kesimpulan tentang hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran ini, siswa menyadari bahwa pengetahuan awal yang mereka miliki keliru atau dapat pula sebaliknya, di mana pengetahuan baru yang mereka peroleh semakin memperkuat pengetahuan lama yang telah mereka miliki. Atau dengan kata lain, siswa dapat lebih dalam memahami konsep materi yang dipelajari.

Referensi:

http://arumanditya-r-fib14.web.unair.ac.id/artikel_detail-120552-Ilmu%20Budaya-Budaya%20Bertanya%20bagi%20Masyarakat%20Indonesia.html

http://novehasanah.blogspot.co.id/2016/01/langkah-model-pembelajaran-inkuiri.html

 

Lisa Dian Putriani