“GURU INSPIRATIF IMPIANKU”

  Adakah pengalaman yang menginspirasi anda ketika masih di sekolah Dasar,  sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, demikian seorang Dosen mengajukan pertanyaan  kepada para mahasiswanya  dalam suatu perkuliahan class management. Beberapa mahasiswa mensharingkan pengalaman bahwa ketika di SD terinspirasi dengan gurunya yang berpenampilan rapi,cara mengajarnya sangat menarik, ada juga yang terinspirasi dengan gurunya yang sabar mengajarkan matematika perkalian, sampai ia bisa. Kebanyakan dari mereka terinspirasi dari pengalaman sejak disekolah dasar.  Proses pendidikan bukan  baru saja dimulai disekolah, proses pendidikan telah mulai dari rumah. Sesorang anak tidak hanya memperolah pendidikan dari gurunya tetapi pertama dan terutama adalah belajar menerima pengetahuan dari orang tua, anggota keluarga dan lingkungan dimana dia berada. Ini yang dinamakan pendidikan nonformal. Sebuah pengalaman merupakan pendidikan yang mengajarkan suatu pengalaman dalam hidup yang dapat membentuk karakter sesesorang.

Konsep yang perlu ditanamkan kepada anak-anak. Mereka perlu diberitahu bahwa pendidikanbukan hanya pengetahuan atau hanya mengenal buku dan tulisan atau hal-hal belajar hafalan, tetapi memiliki makna yang jauh lebih dalam berarti membuka wawasan untuk belajar hal-hal yang baru, dan membuat kita memiliki tujuan yang jelas dan menerima perubahan, dan menanamkan dalam diri kita kemampuan untuk berpikir dari pengalaman yang menginspirasi dapat memotivasi untuk mengalami perubahan dalam sikap dan prilaku. Sebuah pengalaman yang sangat menarik bagi saya ketika saya menjadi pendamping asrama putra usia SD dan SMP, seorang  anak kelas II SD sebut saja namanya Marco. Marco mempunya kebiasaan yang sangat berbeda dengan teman-temannya.  Marco sering kali malas belajar, tidak mau mengerjakan tugas, walaupun dari segi akademik Marco cukup cerdas,  tidak mau menulis, tidak fokus, suka mengumpulkan barang-barang bekas/ sampah dan dimasukan dialmari pakaiannya. Guru kelas  mengalami kesulitan dalam menangani anak tersebut. Saya sadar bahwa saya belum memiliki kemampuan untuk menangani anak berkebutuhan khusus, dilema yang menjadi pegumulan dalam diri saya. Saya berjuang keras dengan mengorbankan waktu dan tenaga untuk memberi perhatian yang lebih kepadanya. Suatu saat saya rela menjadi murid kelas II SD  untuk menemaninya Marco ketika proses belajar mengajar, sehingga ia bisa tenang, mau menulis dan membaca, mau memperhatikan gurunya ketika menjelaskan materi. Tetapi tidak setiap hari saya melakukan hal-hal demikian. Karena ada tugas lain yang harus saya lakukan. Bermodalkan kesabaran dan pengorbanan supaya Marco merasakan perhatian dan kasih saying dari pendamping dan gurunya. Kerja sama dengan orang tua terus terjalin, minimal sebulan sekali orang tua mengunjunginya. Pada suatu saat kami sadar bahwa kemampuan kami terbatas untuk mendampingi Marco, dalam perjalanan waktu saya dan guru kelas melihat bahwa Marco kurang menunjukkan perkembangan yang baik, akademiknya juga sangat menurun, karena ia tidak mau belajar, kami juga melibatkan psikolog disekolah,kami berusaha untuk mendamping Marco selama satu tahun, atas saran psikolog bahwa Marco membutuhkan kasih saying orang tuanya dan harus tinggal bersama orang tuanya, karena secara fisik Marco juga menjalani terapi syaraf. Dengan berat hati kamipun melepaskan Marco untuk kembali kepada orang tuanya. Ia sering menelpon keasrama dan kepada gurunya, bahwa Ia rindu untuk kembali ke asrama.. Mungkin komunitas asrama yang membuat dia nyaman,  ia ingin mengalami kembali masa-masa bermain bersama teman-teman diasrama.. Dalam keyakinan bahwa anak itu dapat menemukan cinta dan pendidikan yang yang dibutuhkan yang dapatkan dari orang tua dan anggota keluarganya.

Pendidikan tidak hanya tetap terbatas pada buku dan ruang kelas saja, tetapi sumber-sumber pendidikan dapat dicari dimana saja. Pendidikan jasmani juga mempunyai peranan penting, karena membuat tubuh kita sehat, jika tubuh kita sehat menguatkan pikiran untuk mencari pengetahuan yang lebih. Bagi anak yang memiliki kebutuhan istimewa pun harus dibedakan perlakuannya. Pendidikan berkembang dari satu individu bukan hanya berintelek dan menjalani hidup, tetapi bagaimana orang itu hidup dan berpikir lebih penting lagi adalah menjadi manusia yang utuh.

 

Salam Pendidikan

Klara Sulastrina