Desa Wisata Suku Baduy

Suku Kanekes adalah suku asli Banten yang tinggal di Kabupaten Lebak, Banten. Ada dua jenis suku Baduy yaitu Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Suku Baduy Dalam berpakaian putih dan memakai ikat kepala. Baduy Luar, di sisi lain, berpakaian hitam dengan topi baja biru. Mereka hidup sederhana dan selaras dengan alam di pedalaman Banten, jauh dari dunia luar. 

Kota wisata suku Baduy terletak di Desa Cibeo, Kabupaten Lebak. Rangkasbitung berjarak sekitar 40 kilometer. Pengetahuan dalam dan luar suku Baduy dapat dibedakan dengan perbedaan yang signifikan, terutama dalam hal tabu masyarakat. Masyarakat Baduy di luar Baduy juga akrab dengan teknologi berupa alat-alat elektronik, meskipun mereka tidak menggunakannya sama sekali, bahkan menolak menggunakan listrik, karena larangan adat yang berlaku.

Selama ini masyarakat Baduy hanya mengandalkan jalan kaki untuk transportasi. Mereka juga memilih untuk tidak memakai sepatu, bepergian tidak lebih dari 7 hari di luar Baduy, menggunakan alam untuk membangun segala kebutuhan mereka, seperti rumah, jembatan, dan sebagainya, memanfaatkan dan untuk alam, dan menenun atau berladang untuk memenuhi keinginan mereka sendiri akan pakaian, makanan, dan tempat tinggal.

Orang Baduy terus-menerus mengikuti konvensi dan aturan Pu’un (Kepala Suku); perjodohan masih dipraktekkan dalam budaya mereka, dan suku ini memiliki budaya gotong royong yang bertahan lama. Sunda Wiwitan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepercayaan Suku Baduy atau Kanekes yang didasarkan pada pemujaan leluhur (animisme). Prinsip-prinsipnya diwujudkan dalam tapa, kesederhanaan, dan penerimaan apa adanya, bekerja di ladang, menanam padi, dalam kedamaian dan kemakmuran, dan selaras dengan alam.

Bertani dan menjual hasil hutan menjadi mata pencaharian masyarakat Baduy. Suku Baduy dikenal dengan keramahan dan sikap toleransi yang tinggi. Ketentuan adat secara keseluruhan “Pendèk heunteu beunang disambung, lojor heunteu beunang dipotong”. (Yang pendek tidak boleh/tidak boleh disambung, dan yang panjang tidak boleh/tidak boleh dipotong). Sikap melestarikan, merawat, dan melestarikan alam ini ditunjukkan dengan menjaga lingkungan alam pegunungan, bukit, lembah, hutan, kebun, mata air, sungai, dan seluruh ekosistem yang ada di dalamnya.

Mayoritas masyarakat Baduy sudah terbiasa berinteraksi dengan pengunjung atau wisatawan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kunjungan wisatawan atau karena anggota masyarakat Baduy melakukan perjalanan ke kota.

 

Sumber : https://regional.kontan.co.id/news/mengenal-suku-baduy-suku-asli-dari-provinsi-banten?page=2 

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200708113303-269-522207/mengenal-suku-baduy-dan-wasiat-leluhurnya-untuk-menjaga-alam 

Pegipegi.com