Kuliner Khas Minang “Dadiah”

Dataran tinggi Sumatera Barat dikenal dengan banyak tradisi kuliner yang unik. Salah satunya adalah kawasan segitiga Agam,Tanah Datar, Lima Puluah Koto, atau yang juga dikenal dengan nama “Luhak Nan Tigo”. Daerah ini dikenal sebagai daerah yang kaya akan rempah-rempah dan teknologi pengolahan makanan di tanah Minang. 

Tak jarang jika banyak yang berasumsi bahwa daerah ini adalah kiblat tradisi kuliner Minangkabau. Salah satu makanannya yaitu Dadiah. Dadiah merupakan susu kerbau yang difermentasi dalam batang bambu. Proses fermentasi ini membuat susu kerbau jadi punya cita rasa asam yang khas seperti yoghurt. Karena itulah Dadiah juga sering disebut sebagai yoghurt khas Minang. Namun terdapat perbedaan antara yoghurt dan dadiah ini yaitu dari bahan baku. Jika yoghurt dibuat dengan menggunakan susu sapi maka dadiah hanya bisa menggunakan susu kerbau.

Saat proses fermentasi, Dadiah dimasukkan ke dalam wadah bambu lalu ditutup dengan daun pisang atau daun waru. Proses fermentasi memakan waktu 2-3 hari. Dadiah siap disantap jika sudah menggumpal.

Biasanya Dadiah dinikmati untuk sajian sarapan dengan emping dan gula merah. Sajian itu disebut sebagai Ampiang Dadiah. Ampiang sendiri adalah beras ketan yang ditumbuk pipih. Selain itu, dadiah juga bisa dinikmati dengan sambal, bawang, dan sirih. Dadiah juga cocok dijadikan lauk pendamping nasi ditambah sambal.

Namun untuk saat ini dadiah sudah jarang ditemukan dipasaran, hanya pasar atau daerah tertentu yang masih menjual dan memproduksi dadiah. 

Referensi: