Museum Purbakala Sangiran
Dengan luas total 59,21 kilometer persegi, situs Sangiran terbagi menjadi dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah: Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran kini dikenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, sebagai situs yang dapat memberikan informasi berharga mengenai evolusi manusia (perubahan fisik), fauna, budaya, dan evolusi lingkungan sejak dua juta tahun yang lalu. Situs Sangiran telah diklasifikasikan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO karena signifikansinya. Situs Sangiran, juga dikenal sebagai Situs Manusia Purba Sangiran, dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia Nomor 593 oleh UNESCO pada tahun 1996. Gugus pertama adalah Gugus Krikilan, yang berfungsi sebagai pusat pengunjung atau pusat kunjungan Situs Sangiran, memberikan informasi yang komprehensif.
Selain itu terdapat Gugus Dayu, Gugus Bukur, Gugus Ngebung, dan Museum Manyerejob.
Situs ini buka dari hari selasa hingga Minggu, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, Pengunjung dapat menikmati wisata edukatif di situs manusia purba ini hanya dengan Rp 10.000 per orang. Pada tahun 1934, seorang sarjana Belanda bernama Von Koenigswald melakukan studi di lokasi Sangiran. Dalam studinya di Situs Sangiran saat itu, Von Koenigswald menemukan artefak batu dari peradaban manusia purba. Selanjutnya, Situs Sangiran menghasilkan sisa-sisa manusia purba pertama pada tahun 1936.
Dari tahun ke tahun, semakin banyak penelitian dilakukan di Sangiran, yang menghasilkan berbagai temuan, antara lain fosil manusia, fosil hewan, perkakas tulang, dan perkakas batu. Upaya penyadaran akan relevansi fosil untuk penelitian terus dilakukan untuk mensosialisasikan pelestarian situs purbakala. Selain itu, penelitian yang sedang berlangsung, pameran keliling di berbagai lokasi setiap tahun, bioskop keliling, pembuatan buku/jurnal, konservasi fosil, dan kegiatan lainnya semuanya sedang berlangsung. Operasi ini telah dianggarkan setiap tahun sehingga mereka saat ini dapat memerangi penjualan ilegal dan kegiatan perburuan fosil di lingkungan tersebut.