MRT Jakarta
MRT Jakarta, singkatan dari Moda Raya Terpadu Jakarta (Bahasa inggris: Jakarta Mass Rapid Transit), adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2014 dan diresmikan pada 24 Maret 2019.
Layanan MRT ini diberi nama “Ratangga”. Kata ratangga merupakan kata bahasa Jawa Kuno yang berarti “kendaraan beroda” atau “kereta”. Operator layanan ini, PT MRT Jakarta, merupakan badan usaha milik daerah yang modalnya dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Rute MRT fase pertama ini adalah Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, Stasiun Cipete Raya, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, Stasiun Blok M, Stasiun Asean, Stasiun Senayan, Stasiun Istora, Stasiun Benhil, Stasiun Setiabudi, Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Bundaran HI.
Proyek Moda Raya Terpadu (MRT) fase II bakal dibangun di bawah tanah seluruhnya. Tidak seperti fase I yang memiliki lintasan bahkan stasiun layang, nantinya keseluruhan MRT fase II dibangun di bawah tanah. Direktur Utama MRT Jakarta William Syahbandar memastikan 100% fase II MRT berada di bawah tanah. Pasalnya, di fase lanjutan ini lahan di darat lebih sulit, belum lagi ada kali yang menjadi hambatan di daerah Harmoni.
“Fase II 100% di bawah tanah, kenapa? Karena lahan akan lebih sulit dan daerah Harmoni itu kan ada kali maka kita lewat bawah kali sana,” kata William di Le Meridien Hotel, Jakarta, Rabu (19/6/2019). Bahkan lebih dalam dari fase 1 karena lewat bawah kali ini, sekitar 30 m dalamnya,” tambahnya.
William menjelaskan nantinya ada 7 stasiun sepanjang Bundaran HI-Kota. Mulai dari Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan diakhiri di Kota dengan panjang lintasan 8,3 km.”Ada 7 ya, 8 termasuk depo nantinya. Lokasi udah ada, mulai dari Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, panjangnya 8,3 km,” kata William.
MRT Jakarta Fase II akan melanjutkan proyek MRT yang sudah beroperasi dari Lebak Bulus ke Bundaran HI menuju Kota. Pembangunannya dimulai sejak 24 Maret 2019 yang ditandai dengan groundbreaking yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Animo masyarakat untuk menggunakan moda transportasi Mass Rapid Transit (MRT) cukup tinggi. Kendati telah dikenai tarif mulai Mei 2019, namun rata-rata jumlah penumpang harian pada tanggal 1-24 Juli saja mencapai 94.824 orang per hari. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, capaian ini meningkat 15 persen dari bulan sebelumnya. Adapun jumlah penumpang paling banyak terjadi pada Jumat yakni sekitar 95.000-100.000 penumpang. Dia menambahkan, saat pertama kali pengguna transportasi ini dikenakan tarif, lonjakan penumpang tercatat sebesar 130 persen.
Ia merinci, pada Bulan Mei rata-rata pengguna MRT sebanyak 72.000 per hari. Saat ini, jumlahnya melonjak menjadi sekitar 94.000 per hari. “Saat pertama kali kita memberlakukan tarif 100 persen pada Mei, penumpang rata-rata 72.000 per hari,” ujar William kepada Kompas.com, Kamis (25/7/2019) Adapun jika dibandingkan dengan target penumpang tahun ini sebesar 65.000 per hari, maka pertumbuhan telah mencapai 145 persen. Kenaikan rata-rata jumlah penumpang pada bulan ini, menurut William, karena ketepatan waktu dan kenyamanan. Dengan begitu, masyarakat lebih memilih MRT ketimbang moda transportasi lain. “Ketepatan waktu bulan Juli adalah 100 persen,” ucap dia.
Sementara ketepatan waktu pada bulan sebelumnya, mencapai 99,95 persen. “Kami selalu berusaha memberikan layanan terbaik untuk seluruh penumpang MRT, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keamanan,” ujar William. Dia melanjutkan, sejauh ini, tingkat kepuasan pengguna sangat tinggi. Menurutnya harga tiket Rp 3.000-Rp 14.000 sesuai dengan survei kerelaan membayar atau willingness to pay dilakukan sebelum moda transportasi ini mulai beroperasi.
Daftar Pustaka :
https://www.cermati.com/artikel/hore-jakarta-punya-mrt-ini-tarif-dan-cara-membeli-tiketnya
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4592747/jalur-mrt-jakarta-fase-ii-dibangun-di-bawah-tanah