Wayang Ental: Perpaduan Budaya Indonesia-Jepang dalam Seni Pewayangan
Wayang, sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, telah mengalami berbagai inovasi dan adaptasi, termasuk interaksi dengan budaya Jepang. Salah satu contoh paling menarik adalah wayang ental, sebuah bentuk wayang kontemporer dari Bali.
Wayang ental lahir dari pemikiran I Gusti Made Dharma Putra melalui sebuah konsep kreatif pada tahun 2016. Proyek ini pertama kali muncul sebagai bagian dari tugas akhirnya di Institut Seni Indonesia Bali. Awalnya, wayang ental dibuat dalam dimensi dua, sebelum akhirnya mengalami perkembangan menjadi bentuk tiga dimensi pada tahun 2018.
Menurut I Gusti Made Dharma Putra, inspirasi dalam pembuatan wayang ental datang dari teknik pertunjukan Bunraku yang berasal dari Jepang. Ia kemudian menggabungkan teknik tersebut dengan gaya tradisional wayang Bali, Tetikesan. Dalam segi desain, wayang ental dibentuk menyerupai manusia, dengan penggunaan teknik ulatan sumpe dan ulatan Jepang yang disatukan. Ulatan, atau ekspresi wajah, menjadi bagian penting dalam proses pembuatannya.
Perbedaan utama antara Bunraku dan wayang ental terletak pada bahan yang digunakan. Sementara Bunraku menggunakan tiga helai daun lontar, wayang ental hanya membutuhkan dua helai saja.
Wayang ental, yang dibuat dari daun lontar dan berbentuk tiga dimensi, menampilkan badan wayang secara utuh. Dalam proses pembuatannya, wayang ental menggabungkan teknik ulatan sumpe dan ulatan Jepang.
Inspirasi untuk wayang ental berasal dari Bunraku, seni pewayangan Jepang yang menggunakan boneka dan memiliki kesamaan dengan wayang golek di Indonesia. Teknik Bunraku kemudian diadaptasi ke dalam gaya wayang tradisional Bali, Tetikesan.
Dalam pertunjukan, wayang ental membutuhkan dua orang dalang, satu menggerakkan bagian kaki dan yang lainnya menggerakkan bagian kepala dan tangan wayang ental. Dengan durasi 45 menit, pertunjukan wayang ental menampilkan 8 tokoh wayang, termasuk Sutasoma, Purusdha, Dasabahu, Mredah, Delem, Sangut, Tualen, dan satu buah kayonan.
Wayang ental menunjukkan bagaimana budaya wayang Indonesia dan budaya Jepang dapat berkolaborasi, menciptakan inovasi baru dalam dunia seni pewayangan. Ini adalah bukti bahwa budaya dapat saling mempengaruhi dan berkembang bersama. Ini juga menunjukkan bahwa seni dan budaya tidak terbatas oleh batas geografis atau tradisi, tetapi dapat berkembang dan beradaptasi dengan cara-cara baru dan menarik. Dengan demikian, wayang ental menjadi simbol dari sinergi antara budaya Indonesia dan Jepang, membawa kedua budaya ini bersama-sama dalam bentuk seni yang unik dan menarik. Ini adalah contoh bagus tentang bagaimana budaya dapat saling mempengaruhi dan memperkaya satu sama lain, menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari apa yang ada sebelumnya. Dengan cara ini, wayang ental membantu untuk menjaga kehidupan dan relevansi wayang dalam masyarakat modern, sambil juga membuka jalan untuk inovasi dan eksplorasi lebih lanjut dalam seni dan budaya.
Referensi:
https://www.denpasarkota.go.id/berita/wayang-ental-ide-orang-orangan-dari-daun-ental
Penulis :
Muhammad Azzam Al Khalifah (2702335660)