Penggunaan Lambang Bunga Krisan di Kehidupan Masyarakat Jepang
Pernahkah kalian mendengar bunga krisan sebelumnya? Jika tidak, bagaimana dengan bunga seruni, serunai, teluki, atau krisantemum? Semua nama bunga ini hanya merujuk pada satu bunga. Bunga krisan memiliki banyak nama, tergantung dari kalian masing-masing yang ingin menyebutnya dengan nama apa. Bunga krisan adalah sejenis tumbuhan berbunga yang sering ditanam sebagai tanaman hias atau bunga petik. Di Jepang, bunga krisan disebut kiku (菊). Selain bunga sakura yang identik dengan Jepang, bunga krisan merupakan bunga nasional Jepang loh! Hal ini dibuktikan dengan bunga krisan sebagai lambang kekaisaran Jepang. Jika kalian memiliki paspor Jepang, bunga krisan juga muncul sebagai cover depannya. Bunga krisan juga dianggap bunga yang melambangkan Jepang karena bentuknya yang menyerupai matahari. Namun, bagaimana dengan sejarah penggunaan bunga krisan di Jepang?
Sejarah
Bunga krisan (Chrysanthemum sp) pertama kali diperkenalkan dari daratan Tiongkok ke Jepang pada periode Nara. Di Tiongkok, bunga krisan sudah dibudidayakan sekitar 3000 tahun yang lalu. Pada zaman kuno di Tiongkok, bunga krisan adalah lambang kelembutan. Bunga krisan tidak disebut dalam antologi puisi tertua Jepang, Manyoshu, tetapi terdapat di dalam Kokin Wakashu dan Hikayat Genji. Di periode Heian, bulan September di kalender Jepang disebut bulan krisan (kikuzuki), tanggal 9 bulan September disebut choyo no sekku atau kiku no sekku. Kalangan bangsawan Jepang juga melakukan acara apresiasi terhadap bunga krisan. Mereka meminum sake rendaman bunga krisan sambil membaca puisi, sekaligus mendoakan agar panjang umur. Bunga krisan adalah bunga elit lambang bangsawan terhormat, sehingga minum sake bunga krisan dipercaya membuat peminumnya panjang umur serta dijauhi kedengkian. Motif bunga krisan disukai orang Jepang karena dianggap sebagai motif pembawa keuntungan sehingga sering dipakai sebagai ornamen kimono di zaman Heian.
Di periode Kamakura, Kaisar Go-Toba terkenal sangat menyukai bunga krisan dan menggunakan gambar bunga krisan sebagai stempel kekaisaran. Tradisi menggunakan stempel ini diteruskan oleh Kaisar Go-Fukakusa, Kaisar Kameyama, dan kemudian Kaisar Go-Uda. Lambang bunga krisan sangat melekat sebagai lambang istana kekaisaran, khususnya tampak depan bunga krisan yang tersusun atas 16 daun mahkota. Pada periode Edo, bunga krisan kehilangan pengaruhnya sebagai lambang kekaisaran Jepang dikarenakan Keshogunan Tokugawa menggunakan bunga mitsuba aoi sebagai lambang pemerintahannya. Pada akhirnya, penggunaan lambang bunga krisan meluas ke kalangan orang biasa. Motif bunga krisan lalu banyak digunakan sebagai lambang keluarga aktor kabuki, merek dagang toko, motif wagashi dan ornamen untuk sembahyang. Di zaman Meiji, lambang bunga krisan kembali dihormati rakyat Jepang setelah kekuasaan pemerintahan kembali ke tangan kaisar.
Lambang bunga krisan 16 daun mahkota merupakan lambang khusus istana kekaisaran yang dilarang digunakan di luar daerah kekaisaran. Sedangkan untuk rakyat biasa, motif bunga krisan yang populer adalah motif bunga seruni 10 daun mahkota (十菊, juukiku) dan 12 daun mahkota (十二菊, juuni kiku). Variasi motif bunga seruni lain yang juga populer adalah bunga seruni tampak bawah (裏菊, uragiku), siluet bunga seruni (影菊, kagekiku), dan setengah bunga seruni (半菊, hankiku). Terdapat juga motif bunga seruni dengan air mengalir dibawahnya yang disebut sebagai Kikusui (菊水).
Festival Bunga Krisan
Bunga krisan memiliki banyak warna yang sangat memanjakan mata. Warna yang paling sering ditemui adalah putih, kuning, merah, dan ungu. Namun, warna asli dari bunga krisan adalah keemasan. Semakin berkembangnya zaman, ilmu rekayasa genetik pada makhluk hidup juga ditemukan. Karena adanya rekayasa genetik ini, warna bunga krisan menjadi semakin bervariasi, mulai dari merah yang memiliki arti cinta, putih yang memiliki arti kejujuran, kuning yang memiliki arti cinta yang bertepuk sebelah tangan, dan ungu yang memiliki arti keinginan kuat untuk tetap hidup.
Di kuil Yushima Tenmangu, Tokyo, terdapat festival bunga krisan yang diadakan setiap tahun pada musim gugur sekitar bulan Oktober sampai pertengahan bulan November. Festival ini memajang bunga krisan dalam berbagai macam rangkaian dan jenis. Setiap tahunnya, festival bunga krisan ini dikunjungi oleh 100.000 orang.
Di Indonesia sendiri, bunga krisan terkenal sebagai obat herbal yang dipercaya dapat merawat kesehatan jantung, melindungi dari infeksi bakteri, memelihara kesehatan mata dan telinga, meningkatkan fungsi otak, menyeimbangkan kadar kolesterol, serta detoksifikasi racun dalam hati. Bagi kalian yang ingin merawat bunga krisan, sayangnya bunga ini merupakan tumbuhan subtropis, sehingga lebih cocok ditanam di dataran tinggi (21—25° C ) atau negara yang memiliki 4 musim.
Sheriany Chandra – 2440007730
Referensi :
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22767/130708009.pdf?sequence=1&isAllowed=y