Asal-usul May Day dan 8 Jam Kerja
Penulis: Eric Fernando Johan
NIM : 2001596194
May Day merupakan hari yang diselenggarakan oleh kaum buruh internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei. Pada tahun ini pun kaum buruh di Indonesia akan turun lagi ke jalan untuk menuntut hak kaum buruh, walaupun harus menghadapi ejekan dari pekerja lain yang tak menganggap diri sebagai kaum buruh. Tapi apakah kalian tahu, bahwa jam kerja di masa sekarang yang dibatasi 8 jam per hari dicapai melalui demonstrasi massal kaum buruh? Untuk itu kita perlu kembali ke abad 19 di Amerika.
Di penghujung abad 19, para pekerja memiliki jam kerja dari 10 jam sampai 16 jam, dan lingkungan kerja yang buruk membuat kecelakaan dan kematian menjadi lazim di masa itu. Para pekerja sudah menuntut untuk mengurangi jam kerja menjadi 8 jam sejak tahun 1860, tapi baru pada tahun 1880-an, kaum pekerja memiliki cukup kekuatan untuk mengubah jam kerja tersebut. Di tahun tersebut ideologi sosialisme menjadi populer karena memihak kaum buruh, tetapi para Sosialis yang masuk ke dalam pemerintahan berbalik memihak kaum pemodal dan mengkhianati kaum buruh. Kaum buruh pun berpaling ke ideologi anarkisme yang bertujuan menghancurkan sistem hierarki termasuk pemerintahan.
Pada tahun 1884 dalam konvensiya, organisasi yang berpengaruh Federasi Perdagangan Terorganisir dan Serikat Buruh (yang kemudian menjadi Federasi Buruh Amerika) mendeklarasikan dan mendukung tuntutan 8 jam kerja.
Puncaknya, pada 1 Mei 1886, sekitar 300.000 buruh di seluruh Amerika melakukan mogok kerja, menandakan aksi pertama 1 Mei di dunia. Pada awalnya, demonstrasi ini berjalan damai, sampai pada tanggal 3 Mei di mana polisi menyerang buruh pengrajin besi di pabrik McCormick, Setelah itu bentrok terus terjadi antara polisi dan kaum buruh, Encyclopedia of Chicago mencatat “bentrok polisi dengan pemogok setidaknya terjadi 12 kali, dengan tiga kali diantaranya dengan melakukan penembakan.”
Lalu pada 4 Mei 1886, terjadi peristiwa yang dikenal sebagai “Tragedi Haymarket” di mana para polisi menembaki massa yang berkumpul setelah barisan polisi dilempari sebuah bom yang menewaskan satu personil polisi, sampai sekarang masih belum diketahui pelaku yang melempar bom tersebut, ada spekulasi bahwa kaum anarkis yang melempar bom ada juga yang beranggapan pelakunya adalah provokator dari pihak polisi sendiri. Peristiwa ini menewaskan 7-8 demonstran, dan melukai setidaknya 40 orang.
Setelah peristiwa tersebut, polisi masih melakukan penggerebekan, penyerangan, dan penangkapan aktivis sosialis dan anarkis. Pada 11 November 1887, 4 tokoh buruh anarkis divonis hukum gantung dan media koran arus utama memberitakan gerakan tersebut dengan konotasi negatif, anarkisme sinonim dengan pelemparan bom, dan sosialisme dianggap tidak berkarakter Amerika. Ironisnya 1 Mei di Amerika diperingati sebagai hari “Hukum dan Ketertiban”, dengan kata lain May Day justru tidak diperingati di negara asalnya.
Memperingati May Day berarti memperingati perjuangan untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik. Tanpa pengorbanan dari massa yang menuntut 8 jam kerja di Amerika, mungkin kita tidak bisa menikmati waktu luang dengan teman dan keluarga. Bagi kita yang merasa terganggu dengan kemacetan jalan karena demonstrasi buruh di jalan menandakan bahwa buruh mempunyai kekuatan untuk melakukan disrupsi atau hambatan pada kegiatan normal sehari-hari bila kondisi kerja yang lebih baik atau upah yang layak tidak diberikan. Pekerja kerah putih, pekerja kreatif, dan pekerja domestik pun sebenarnya juga buruh karena menerima upah kerja dan memiliki hak untuk menuntut kondisi kerja dan upah yang lebih baik.
Jadi, kalau anda masih mengejek para demonstran di hari May Day yang menuntut perbaikan kondisi kerja dan upah layak, anda sebaiknya bertanya apakah anda hidup untuk bekerja atau bekerja untuk hidup?
Sumber:
https://www.iww.org/history/library/misc/origins_of_mayday