Lontong Balap, Menu Lezat dari Area Surabaya
sumber foto: jatim.genpi.co
“Semanggi Suroboyo, lontong balap Wonokromo…”
Penggalan lagu daerah di atas mungkin sudah tidak asing bagi kita. Namun bagi kalian yang tidak tinggal di daerah Jawa Timur, terutama di dekat Kota Surabaya, pernahkah kalian mencicipi lontong balap? Dan apakah kisah dibalik kata “balap” pada lontong balap?
Sebenarnya pada awal tahun 1900an, lontong balap belum memiliki kata “balap” seperti saat ini. Pada masa lalu, ketika kendaraan bermotor masih menjadi barang yang sangat mewah, para penjual lontong balap harus mengendarai sepeda maupun berjalan kaki sambil memikul kemaron (semacam wadah tanah liat besar) untuk menjajakan dagangannya. Ketika para pedagang ini pergi menjajakan dagangannya, mereka berjalan dan mengendarai sepeda dengan cepat seperti orang yang sedang balapan. Oleh karena itu, masyarakat sekeliling akhirnya menyebut lontong ini sebagai “lontong balap”.
Lontong balap terdiri atas lontong, toge yang direbus, tahu goreng yang dipotong-potong, lentho, dan kuah lontong dengan bumbu sambal petis. Kuah petis lalu disiramkan pada lontong balap. Lentho sendiri merupakan kacang tolo yang direndam semalaman lalu dibersihkan, ditumbuk, dan dibumbui menggunakan garam, kencur, daun jeruk, bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Lontong balap memiliki rasa yang segar karena kuahnya juga tidak menggunakan santan.
Walaupun pada masa kini lontong balap tidak lagi dijual dengan menggunakan wadah kemaron, melainkan wadah aluminuim; serta dijajakan di warung-warung dan tidak secara berkeliling lagi, rasa lontong balap tetaplah tidak berubah dari zaman dulu.
Jika kalian mendapatkan kesempatan untuk mengicipi lontong balap, apakah kalian akan tertarik untuk mengicipinya?
Sumber:
https://surabaya.liputan6.com/read/4090919/alasan-makanan-khas-surabaya-ini-dikenal-lontong-balap
https://www.kompas.com/food/read/2020/09/03/141538375/sejarah-lontong-balap-khas-surabaya?page=all
Faustina Patria – 2440069155