Tari Kabasaran, Tarian Perang Dari Minahasa

Sumber gambar: https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tarian-kabasaran/

Ketika kita membayangkan tarian tradisional, biasanya yang terbayang adalah tarian lemah gemulai dan indah yang pada umumnya diperankan oleh wanita dalam pakaian tradisional yang tak kalah megahnya dengan penampilan sang penari. Namun, sebenarnya tidak semua tarian tradisional menyuguhkan keindahan yang seperti itu. Contohnya adalah Tari Kabasaran yang diperankan oleh laki-laki sambil membawa senjata, karena tarian tersebut adalah tarian perang dari Minahasa, Sulawesi Utara.

Nama dari Tari Kabasaran berasal dari kata “kawasaran” yang diambil dari kata dasar “wasar” yang berarti ayam jantan petarung yang jenggernya dipotong, sehingga ia menjadi lebih garang ketika ditarungkan. Gerak Tari Kabasaran memang juga terinspirasi dari pergerakan ayam jantan petarung.

Tari Kabasaran sudah dilakukan sejak kira-kira abad ke-16. Tarian ini menggambarkan keheroikan dan semangat para prajurit yang berperang yang ditarikan sambil mengikuti irama musik yang berasal dari alat musik tradisional Indonesia seperti kolintang, gong, tambur, dan lain sebagainya.

Uniknya, Tari Kabasaran terdiri atas tiga babak. Babak pertama disebut Cakalele, yang berasal dari kata “caka” yang berarti bertarung dan “lele” yang berarti mengejar. Pada babak ini, para penari melakukan gerakan bertarung, seakan-akan menebas musuhnya menggunakan senjata pedang dan tombak mereka sambil bergerak sesuai irama lagu. Babak kedua, yaitu Kumoyak, berasal dari kata “koyak” yang berarti mengayunkan senjata atau menenangkan jiwa musuh yang gugur dalam peperangan agar dapat beristirahat dengan tenang. Pada babak ini, para penari melakukan permainan senjata dengan gerakan mendorong diiringi dengan lantunan puisi oleh sang pemimpin tari yang disambut dengan sorakan para prajurit. Babak yang terakhir yaitu Lalaya’an. Para penari akhirnya menurunkan senjata mereka sambil melakukan gerakan lionida. Lionida berarti meletakkan tangan di pinggang sambil berdiri dengan salah satu kaki yang terangkat. Mereka juga menunjukkan wajah yang tersenyum dan tidak serius seperti pada babak-babak sebelumnya sebagai tanda bahwa mereka telah melepaskan armarah mereka setelah berperang.

Orang-orang yang melakukan Tari Kabasaran biasanya adalah keturunan dari sesepuh penari Kabasaran. Senjata yang digunakan dalam tarian, yaitu santi (pedang) dan wengko (tombak) juga diturunkan oleh para sesepuh kepada penari yang baru.

Penari Kabasaran biasanya menari menggunakan pakaian berupa kemeja dan celana bewarna merah, kokerah, pasolongan, tinoton, patola (kain tenun Minahasa), serta mengenakan topi yang diberi hiasan paruh burung Uwak. Penari Kabasaran juga menggunakan aksesoris lainnya berupa kalung dan gelang. Secara keseluruha, pakaian yang dikenakan oleh penari Kabasaran disebut Pakeyan Nuak.

Faustina Patria – 2440069155

Sumber:

https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tarian-kabasaran/

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/02/181500069/tari-kabasaran-tarian-perang-khas-minahasa?page=all