Batombe, Tradisi Berpantun dari Sumatera
Berpantun adalah suatu hal yang kadang kala dapat kita jumpai di kehidupan sehari hari, terutama di dunia maya. Pantun kerap kali dibuat untuk bercanda mengenai suatu hal dan dapat kita temui dalam berbagai bahasa. Namun di Indonesia, pantun sebenarnya juga merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Nagari Abai di daerah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat; yang lalu berkembang luas di antara masyarakat Minangkabau. Tradisi ini bernama Batombe.
Batombe merupakan tradisi berbalas pantun yang dilakukan pada event-event lokal tertentu. Kata Batombe sendiri berasal dari kata “ba” yang merupakan kata imbuhan awalan dalam Bahasa Minangkabau, serta “Tombe” yang berarti pantun; yang bila digabungkan akan memiliki arti “berpantun”. Batombe dilakukan sambil diiringi musik yang berasal dari alat musik tradisional rabab atau gitar, tergantung dari jenisnya.
Pada mulanya, Batombe dilakukan untuk memberi semangat kepada orang-orang pencari kayu di hutan untuk pembangunan rumah gadang pertama di Nagari Abai. Rumah gadang tersebut saat ini dikenal sebagai rumah gadang terpanjang di Sumatra Barat dan memiliki sebutan Rumah Gadang 21 Ruang. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi pembangunan rumah gadang baru sejak tahun 1960an, sehingga tradisi Batombe yang dilakukan saat membangun rumah gadang akhirnya terhenti.
Namun, tradisi Batombe tetap dilestarikan dengan cara menjadikannya sebagai hiburan dalam pesta pernikahan, pembangunan rumah, dan upacara adat lainnya. Seekor sapi biasanya akan disembelih terlebih dahulu sebelum melakukan tradisi ini. Pada pesta pernikahan, Batombe dilakukan selama 7 hari. Pantun yang dilantunkan biasanya mengandung ungkapan perasaan cinta, kesedihan, kebahagiaan, serta berbagai macam emosi manusia lainnya, sambil menggunakan kata kiasan.
Faustina Patria – 2440069155
Sumber: