Bermain Sambil Menjaga Keseimbangan dengan Egrang
Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat beranekaragam, tidak terkecuali permainan olahraga tradisional. Biasanya, olahraga tradisional dipertunjukkan pada event-event besar tahunan, seperti lomba 17 Agustus dan Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (Potradnas) yang diadakan setiap dua tahun sekali. Dari sekian banyak olahraga tradisional yang dilombakan, egrang adalah salah satu permainan yang menarik untuk disaksikan. Egrang atau yang biasa disebut juga jangkungan, adalah olahraga tradisional dengan menggunakan dua tongkat panjang sebagai peralatan utama. Tongkat tersebut terbuat dari bambu, dilengkapi oleh tangga sebagai tempat pijakan pemain, kemudian pemain berjalan atau berlari dalam jarak atau waktu tertentu. Bambu yang digunakan sebagai pijakan adalah bambu yang berukuran tinggi sekitar 2,75 meter dan ber diameter antara 6-9 cm. Pada hitungan 50 cm dari bawah, dibuat tempat untuk berpijak yang rata.
Asal usul permainan egrang masih belum diketahui sampai saat ini, tetapi beberapa peneliti mengatakan bahwa permainan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan mendapat pengaruh dari budaya Tiongkok. Kata ‘Egrang’ sendiri berasal dari Bahasa Lampung yang secara harfiah berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.
Cara bermain egrang ini terbilang cukup unik dan menguras tenaga, karena membutuhkan waktu untuk mempelajari teknik keseimbangan. Pemain harus terampil dalam mempertahankan keseimbangan tubuh dan berjalan atau berlari dengan stabil di atas tangga galah bambu. Selain itu, kecepatan dan ketepatan juga menjadi kunci utama dalam olahraga tradisional ini. Egrang mulai berkembang dan menjadi cukup populer di Indonesia pada tahun 1900-an.
Penyebutan untuk permainan egrang ini berbeda-beda di setiap daerahnya. Di Kalimantan disebut Batungkau, di Jawa Tengah disebut Jangkungan, di Sulawesi Tengah disebut Tilako, di Bali disebut Tajog, di daerah Danau Toba disebut Marjalengkat, sementara di Bengkulu disebut dengan Ingkau, dan di Sumatra Barat disebut dengan Tengkak-Tengkak.
Permainan egrang harus dilakukan dengan niat yang kuat dan tidak boleh ragu-ragu, agar tidak terjatuh. Ada banyak manfaat positif yang bisa didapatkan dengan bermain egrang. Di antaranya adalah kita diajarkan untuk bekerja keras, berani, tekun, sabar, pantang menyerah, hingga melatih kekuatan fisik. Bermain egrang juga dapat mengasah keterampilan keseimbangan tubuh serta koordinasi yang tepat antara tangan dan kaki. Nilai sportivitas dan keuletan juga kental dalam olahraga tradisional ini.
Sayangnya, egrang sudah mulai punah termakan zaman. Hanya di daerah-daerah terpencil saja yang masih membudidayakan egrang. Bagi yang ingin melihat olahraga tradisional ini, mungkin hanya bisa menemuinya di daerah dan pada waktu tertentu saja. Permainan tradisional dan olahraga tradisional harus tetap dijaga dan dipertahankan, karena merupakan bagian dari sejarah olahraga dengan kearifan lokal. Jangan sampai permainan dan olahraga tradisional Indonesia menjadi punah karena tuntutan zaman.
Sheriany Chandra – 2440007730
Referensi :
https://bobo.grid.id/read/08679681/main-egrang-berjalan-di-atas-bilah-bambu
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkma/egrang-permainan-rakyat-banyak-manfaat/
https://www.liputan6.com/bola/read/4096454/serunya-menjajal-olahraga-tradisional-indonesia-egrang