Animisme dalam Budaya Jepang

Terkadang di anime maupun film-film dari Jepang, kita pasti pernah menjumpai hewan maupun benda yang dapat berbicara, berpikir, dan bahkan berperilaku seperti manusia. Seperti contohnya karakter Hermes, si sepeda motor antik dari anime/manga “Kino no Tabi”. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh paham animisme yang banyak dipercayai oleh banyak umat Shinto di Jepang. Namun, tahukah kalian apakah animisme itu?

Animisme adalah suatu kepercayaan, di mana setiap benda hidup maupun mati, fenomena natural, dan alam semesta sendiri memiliki jiwa, terlepas dari tubuh fisiknya. Sehingga menurut kepercayaan ini, pohon, bunga, dan benda-benda apapun yang kita temui di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya memiliki jiwa. Di Jepang, ajaran Shinto sendiri cukup berputar pada animisme. Dari hal ini, lahirlah beberapa budaya dan kisah rakyat yang berhubungan dengan animisme, contohnya Tsukumogami dan ritual Hari-Kuyō.

Tsukumogami (付喪神) adalah alat-alat yang telah mendapatkan jiwa. Berdasarkan kisah Tsukumogami Emaki, suatu alat akan mendapatkan jiwa setelah ia mencapai umur 100 tahun. Ketika seseorang membuang alat tua sebelum alat tersebut mencapai umur 100 tahun, alat tersebut tidak akan dapat menjadi tsukumogami. Pembuangan alat sebelum mereka berubah menjadi tsukumogami ini juga dilakukan secara sengaja untuk mencegah alat tersebut mendapatkan jiwa, yang dapat menyebabkan kerusuhan terhadap penduduk sekitar bila mereka berubah menjadi yōkai yang marah.

Di Jepang, kaligrafer, guru chado, koki, dll. biasanya menaruh penghormatan terakhir pada alat-alat (seperti kuas, pisau, dll.) rusak/tua yang dulu sering mereka gunakan melalui ritual Kuyō (供養), di mana alat-alat tersebut dikumpulkan dan dibakar ke dalam api membara, sehingga asapnya dapat naik ke surga. Namun jarum jahit mendapatkan “upacara kematian” yang sedikit berbeda melalui Hari-Kuyō (針供養). Jarum yang secara keseluruhan terbuat dari bahan metal tidak dapat dibakar pada suhu api yang normal, sehingga pada ritual ini, jarum-jarum yang sudah tua maupun rusak ditusukkan ke permukaan sepotong besar tofu atau konnyaku (semacam jelly).

Orang-orang yang mengikuti ritual ini kerap kali berpakaian secara elegan dan bahkan beberapa juga memakai kimono. Mereka berterima kasih kepada jarum jahit yang telah membantu mereka dalam bekerja dan juga berdoa untuk meminta ketangkasan tangan yang diperlukan dalam pekerjaan mereka.

Namun apakah kepercayaan animisme masih dianut oleh generasi muda Jepang hingga sekarang? Berdasarkan wawancara kecil yang dilakukan oleh penulis terhadap sejumlah kecil orang Jepang yang masih berumur 20 tahun-an, hampir seluruhnya percaya terhadap kepercayaan ini. Beberapa dari mereka memiliki “ritual kematian” tersendiri untuk barang-barang yang sudah mereka pakai dalam jangka waktu yang lama, contohnya laptop dan HP. Dan salah satu dari mereka bahkan menamai dan merayakan “ulang tahun” barang penting yang mereka miliki. Tidak seluruh barang mereka yang telah rusak akan dibuang, namun mereka menyimpannya untuk kenang-kenangan. Hal-hal tersebut dilakukan, karena mereka sangat menghargai jasa yang telah dilakukan barang-barang tersebut untuk mereka, serta benda tersebut menyimpan kenangan dan perasaan pemiliknya.

Kita tidaklah harus mempercayai paham animisme untuk menghargai suatu barang yang berguna untuk kita, namun alangkah baiknya bila kita memperlakukan benda-benda dan hal apapun di sekitar kita dengan hormat, seperti yang dilakukan oleh orang Jepang terhadap sekitarnya untuk menciptakan harmoni, karena sifat asli kita juga akan tercermin dengan bagaimana kira memperlakukan hal-hal di sekitar kita.

Faustina Patria – 2440069155

Sumber:

https://www.dictionary.com/browse/animism

https://theconversation.com/in-japan-supernatural-beliefs-connect-the-spiritual-realm-with-the-earthly-objects-around-us-125726

https://slife.org/tsukumogami/

https://www.japan-experience.com/city-tokyo/hari-kuyo