Hyakunin Isshu Si Seratus Puisi dari Heian

Hyakunin Isshu adalah kumpulan antalogi yang berisi seratus puisi tanka yang berasal dari seratus penyair yang berbeda dan disusun oleh Fujiwara no Teika pada zaman Heian. Pada zaman itu, puisi menjadi seni sastra yang disukai oleh kalangan bangsawan karena pengaruh seni sastra dari Tiongkok. Banyaknya yang tertarik dengan tanka menjadi asal mula para bangsawan mulai menulis tanka mereka sendiri, walaupun tidak jarang ada pendeta atau biksu juga menulis tanka untuk menyampaikan pesan kehidupan. Oleh karena itu, lahirlah banyak penulis tanka di zaman itu dan menciptakan tanka yang awalnya dinikmati untuk kalangan bangsawan saja perlahan menjadi masyarakat pada umumnya.

Kartu Karuta berdasarkan dari Hyakunin Isshu

Ketertarikan ini tidak hanya pada laki-laki, tetapi perempuan juga. Banyak penulis perempuan yang terkenal pada masa itu, salah satunya adalah Ono no Komachi. Salah satu puisinya di Hyakunin Isshu, yaitu:

花の色は

うつりにけりな

いたづらに

 

わが身世にふる

ながめせしまに

Hana no iro wa

Utsuri ni keri na

Itazura ni

 

Waga mi yo ni furu

Nagame seshi ma ni

Color of the flower

Has already faded away,

While in idle thoughts

 

My life passes vainly by,

As I watch the long rains fall.

Sumber: http://jti.lib.virginia.edu/japanese/hyakunin/frames/hyakuframes.html

Puisi dalam Hyakunin Isshu selalu membawa keindahan alam yang dijadikan sebagai bentuk metafora dari kehidupan manusia atau situasi sosial pada zaman itu. Puisi yang awalnya sebagai penyampaian rasa cinta seseorang terhadap pasangannya, perlahan melebar menjadi  penyampaian pendapat atau pandangan seseorang melalui kata-kata kiasan.

Hyakunin Isshu dianggap sebagai langkah awal dalam mengembangkan dunia seni sastra kepada masyarakat Jepang. Puisi-puisi ini menjadi pengaruh untuk para penyair di zaman modern dan menulis puisi mereka sendiri dengan gaya lebih modern serta sesuai dengan situasi sosial pada zaman itu.

Suasana Permainan Karuta

Hyakunin Isshu dikenal melalui permainan kartu yang dimainkan pada tahun baru, yaitu karuta. Permainan ini menjadi media untuk mengenal puisi tradisional Jepang di kalangan generasi muda dan mulai banyak komunitas karuta di Jepang maupun luar Jepang. Sekarang, karuta menjadi salah satu permainan yang banyak ditandingkan di kalangan komunitas karuta.

 

 

Sumber: Yoshino, Tomomi. The Cambridge History of Japanese Literature. 2016. Cambridge University Press. Hal. 256-258.

 

Feiren Dina Junita

201892156