Kabuki Teater Tradisional Jepang

Jepang merupakan negara yang maju, dengan segala kecanggihan teknologinya. Namun Jepang juga memiliki seni teater tradisional yang sampai saat ini masih sangat digemari oleh masyarakat disana. Salah satu seni teater yang terkenal adalah Kabuki.

Kabuki adalah teater tradisional jepang yang terkenal akan pertunjukkannya yang dipenuhi dengan nyanyian dan tarian yang indah dan memukau. Alam bahasa Jepang modern, kata “Kabuki” ditulis dengan karakter “Ka” yang mengartikan lagu, “bu” yaitu tarian, dan “ki” yang mengartikan tarian. Biasanya pemain Kabuki akan mementaskan drama dengan bernyanyi dan menari, juga memakai make-up yang tebal dan para pemain akan memakai tepung beras di wajah agar mendapatkan warna putih yang nyata dan mendapatkan kesan “porselen”.

Pertunjukkan Kabuki biasanya lebih dikenal di kalangan masyarakat menengah. Pada awalnya, pertunjukan ini diperankan baik oleh laki – laki maupun perempuan. Akan tetapi, para pemain kabuki perempuan banyak yang mengalami pelecehan dan menjadi lebih populer dengan prostitusi dan tarian – tarian yang sensual. Hal ini lah yang pada akhirnya menyebabkan adanya larangan bagi perempuan untuk bermain seni peran tersebut. Ketika pertama kali dilakukan, ia cukup mengguncang dunia pertunjukan dan teater. Hari ini, ia terkenal karena dipentaskan secara eksklusif oleh aktor pria akan tetapi satu-satunya orang yang dikaitkan dengan penciptaan kabuki sebenarnya adalah seorang wanita. Namanya “Izumo no Okuni” dan dia diyakini sebagai seorang gadis suci dari kuil Izumo. Dengan demikian, salah satu tugasnya adalah untuk mementaskan tarian dan ritual kuno untuk menghormati dewa Buddha tapi melalui adaptasinya sendiri dari pertunjukan ini, telah membuatnya terkenal dan pada akhirnya melahirkan kabuki. Melepaskan tradisi yang kaku, Okuni tidak hanya membawa sedikit sindiran ke dalam tariannya, tapi juga tema pertikaian cinta dan cerita-cerita lain tentang kehidupan sehari-hari orang biasa. Penampilannya begitu populer, sehingga tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk melatih perempuan lain untuk dapat menari sepertinya, beberapa mencontek gaya pentasnya dan dengan segera, berbagai kelompok kabuki yang terdiri dari hanya perempuan itu mulai bermunculan, menyebarkan gaya ini keseluruh Jepang.

Pada 1603, Okuni mementaskan kabuki pertamanya dengan sekelompok wanita. Hanya sekitar 30 tahun kemudian, kontroversi sekitar bentuk seni baru ini ahkirnya membesar sehingga Keshogunan mengambil tindakan, melarang keras aktris wanita dari seni pertunjukan karena kekhawatiran umum tentang moral dan ketidaksenonohan. Mereka ahkirnya digantikan dengan aktor pria muda, tapi bahkan merekapun tidak lama lagi menghadapi masalah yang sama, dan ini mengarah ke kabuki yang ahkirnya hanya dipentaskan oleh pria yang lebih tua, standar yang ahkirnya ditegakkan bahkan diteater saat ini. Selama periode Edo, Kabuki benar-benar mulai berkembang. Dalam budaya yang dibentuk oleh rakyat biasa di Jepang ini, aktor kabuki pada dasarnya adalah popstars dari Jepang lama, yang sangat digemari dan dicari. Banyak drama yang ditulis dan banyak karakteristik yang kita kenal sekarang terbentuk pada saat itu.

Seiring dengan waktu, pertunjukan teater kabuki semakin berkualitas. Apresiasi dari pemerintah dan kalangan kelas atas yang semakin meningkat, teater ini menjadi semakin populer di Jepang. Selama Perang Dunia II, teater ini mengalami kerugian yang luar biasa besar dan kehilangan banyak pemainnya. Butuh waktu beberapa dekade untuk memulihkan dan me   latih jumlah aktor yang memadai untuk menggantikan mereka yang menjadi korban perang. Pada saat ini, seni teater Kabuki masih cukup terkenal dan cukup sering dipentaskan di Jepang. Para aktor – aktor Kabuki masih terus memainkan dan mementaskan seni drama ini untuk menjaga kelestarian budaya mereka.

Mega Kristiyawati

2201824204

http://www.akibanation.com/wp-content/uploads/2016/03/kabuki.jpg

https://www.akibanation.com/mengenal-lebih-dekat-sejarah-kabuki/

https://livejapan.com/id/article-a0000299/