Karoshi: Kesetiaan yang Membunuh

Penulis: Aditya Ekadima Hermawan
NIM: 2001591842


Halo, minasan! Bagaimana kabar kalian semua? Nah, seperti yang kita ketahui, Jepang merupakan Negara dimana rakyatnya terkenal dengan kedisiplinannya. Hal ini dapat dilihat dari bersihnya Jepang dari sampah, rendahnya angka kriminal, bahkan sampai kereta yang tidak pernah telat sekalipun. Rasa nasionalisme yang tinggi juga berkontribusi pada kedisiplinan masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang terkenal akan budaya kerja kerasnya sebagai salah satu bentuk rasa nasionalisme yang tinggi. Tapi tahukah kalian bahwa budaya kerja keras tersebut juga menimbulkan dampak negatif? Ya, bahkan hal ini sampai menimbulkan kematian, lho! Fenomena ini disebut dengan istilah karoshi.

Kenapa sih karoshi ini bisa terjadi? Sebelumnya mari kita telaah sedikit sejarah Jepang. Kita tentu tahu bahwa Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Sebagai konsekuensinya, Jepang harus membayar biaya kerugian perang oleh Pasukan Sekutu. Hal ini membuat perekonomian Jepang merosot serta negara menjadi miskin. Namun perlahan-lahan Jepang kembali bangkit dari keadaan terpuruk ini. Banyak perusahaan-perusahaan elektronik dan otomotif Jepang yang mengekspor produk-produk mereka keluar negeri. Mitsubishi, Toyota, Sharp, Sony, dan Panasonic merupakan contoh-contoh peusahaan ternama Jepang. Jepang pun secara otomatis menjelma menjadi raksaksa ekonomi Asia.


Namun, tepat disinilah dampak samping negatif yang tak bisa dihindari itu muncul. Ya, Berkembang pesatnya perekonomian Jepang dalam waktu relatif singkat itu tidak terlepas dari orang-orang yang “menggerakkannya”. Untuk perusahaan-perusahaan yang berkembang pesat itu tentunya membutuhkan pekerja yang unggul, disiplin, dan berkualitas tinggi dengan jam kerja yang tinggi pula. Ini menyebabkan kaum pekerja Jepang pada masa itu, sekitar periode 1950-1970-an “terpaksa” untuk meningkatkan kinerja mereka agar mampu bersaing dalam dunia kerja. Apalagi ditambah dengan semangat nasionalisme dan budaya setia terhadap perusahaan yang merupakan sifat khas orang Jepang. Hal ini menciptakan persaingan yang ketat dan standar hidup yang tinggi terutama di kota-kota besar. Lambat laun kebiasaan workaholic ini pun dipandang sebagai kebudayaan yang normal oleh orang Jepang.

Matsuri Takahashi

Sampai sekarang, sudah banyak sekali kasus kematian yang berhubungan dengan kelelahan bekerja (karoshi) di Jepang. Penyebab kematian itu bervariasi mulai dari sakit jantung atau stroke secara tiba-tiba sampai bunuh diri karena putus asa dengan situasi pekerjaan. Salah satu contohnya ialah kematian Matsuri Takahashi pada tahun 2015 lalu. Ia bekerja pada perusahaan periklanan Dentsu. Ia bunuh diri pada umur 24 tahun akibat tekanan pekerjaan yang berat serta jam kerja yang tinggi, yaitu mencapai 105 jam kerja lembur tiap bulannya. Pemerintah dan berbagai perusahaan Jepang tentu sudah berupaya untuk menanggulangi fenomena karoshi ini dengan menerapkan kebijakan-kebijakan terkait. Namun ironisnya, masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa kejadian karoshi ini hanya fenomena biasa saja dan merupakan siklus lumrah dalam dunia kerja. Budaya workaholic yang sudah mengakar di Jepang selama berpuluh-puluh tahun  tidak dapat dipungkiri memberikan kontribusi yang besar dalam anggapan tersebut.

Jepang memang negara maju. Kemajuan ini tidak terlepas dari perusahaan-perusahaan yang mewujudkan mimpi ini. Namun, dibaliknya terdapat harga mahal yang harus dibayar dimana ratusan pekerja meninggal akibat jam kerja yang tinggi dari zaman ke zaman. Apakah Indonesia akan meniru Jepang dalam hal ini? Sebagai orang yang bijaksana mari kita petik pelajaran yang dapat diambil dalam fenomena Karoshi. Sekian dan sampai jumpa!

 

Sumber:
https://www.businessinsider.sg/what-is-karoshi-japanese-word-for-death-by-overwork-2017-10/?r=US&IR=T
https://www.bbc.com/news/business-39981997
https://www.japantimes.co.jp/tag/karoshi/

At trial, Dentsu chief admits ad giant guilty of ignoring illegal levels of overtime

Dentsu president apologises for death of Matsuri Takahashi and illegal levels of overtime