Kali ini, HIMARS berkesempatan mewawancarai salah satu finalis 6 besar Sayembara Arsitektur Nasional AYDA. Ia adalah mahasiswa arsitektur BINUS semester 7 yang dikenal dengan panggilan Louis, mahasiswa yang mendalami jurusan arsitektur ini memberikan pengalamannya dalam studi arsitektur terhadap kompetisi-kompetisi arsitektur. Salah satunya AYDA. Yuk simak obrolan singkat HIMARS bersama Louis!
- Alasan dibalik ikut sayembara Ayda?
Ikut Asia Young Designer Award 2017 ini secara pribadi karena mau menguji sudah sejauh mana kemampuan diri dalam persaingan di luar kampus. Di sisi lain karena object design dan site benar-benar dibebaskan, muncul keinginan untuk menawarkan sebuah ide arsitektur yang segar yang diharapkan mampu menjawab keresahan, permasalahan dan tantangan di masa depan.
- Kenapa memilih untuk ikut sayembara secara individu dan gak team?
Kebetulan memang persyaratan sayembara ini untuk individu bukan kelompok.
- Apa konsep yang diusung dari proyek sayembara ini?
Konsep dari desain yang saya buat ini adalah bagaimana bangunan ini bekerja dengan sistem yang terintegrasi dan komprehensif, menyediakan ruang bagi alam untuk menjadi bagian dari subject perancangan, mengusung berkelanjutan dan kemampuan mengontrol energinya sendiri, serta memanusiakan manusia. Oleh karena itu desain ini bukan sekadar bentukan semata, karena bahkan dalam desain ini saya tidak mengolah kulit bangunan karena desain ini benar-benar hanya sebuah gambaran dan ide besar bagaimana sebuah bangunan harus bekerja dan berusaha menjawab tantangan di masa depan. Caranya? Dengan mengembalikan arsitektur dan pembangunan kepada esensinya dan menempatkan jiwa arsitektur nusantara kedalam arsitektur yang kekinian.
- Apa tantangan yang ditemuin dan dihadapin dalam proyek sayembara ini?
Tantangan yang dihadapi adalah tentu karena semua dilakukan sendiri jadi harus cari cara mengatur waktu dan membatasi diri untuk tidak terlalu “liar”, di samping tentu saja pengerjaan sayembara ini sangat meletihkan karena cakupan desain yang sangat besar sedangkan waktu menyelesaikan hanya kurang dari 3 minggu.
- Sebagai mahasiswa, pembagian waktu untuk kuliah, tugas, dan sayembara itu gimana? (bisa dijawab porsi waktunya)
Karena kemarin pengerjaannya pada waktu libur setelah selesai magang 3+1, praktis bisa fokus sepenuhnya ke sayembara ini.
- Dihubungkan dengan mata kuliah, apa aja mata kuliah yang sangat berhubungan atau membantu dalam sayembara ini?
Stupa, Interior Design, Vernacular Architecture, Modern Architecture, Human Behavior, dan Site Planning.
- Sejauh ini udah ada berapa jumlah sayembara yang diikutin dan perbandingan kerumitannya lebih sulit yang mana? Alasan?
Sejauh ini sudah ikut dalam 6 sayembara dan secara perbandingan AYDA ini yang paling rumit, melelahkan, menguras energi dan otak. Sayembara ini yang paling terasa intens seperti Stupa hanya saja dikerjakan dengan singkat dalam 3 minggu. Alasannya? Karena sayembara ini dikerjakan sendiri dan cakupan desainnya yang paling besar, ukuran site yang digunakan kurang lebih 4 hektar.
- Adakah hubungan desain yang diterapin dari proyek ini dengan tokoh Arsitek yang jadi insprirasi? Jelasin kenapa menjadikan dia inspirasi seorang Louis
Tentu ada karena bagaimanapun setiap desain yang dibuat pasti “mencuri” ide dari idola sebagai inspirasinya. Saya mengidolakan Zaha hadid, Bjarke Ingels, Frank Gehry, dan Frank Lloyd Wright bukan semata karena karya mereka namun lebih karena bagi saya mereka menunjukan dedikasi tinggi terhadap arsitektur, sangat kuat dan kritis dalam memahami permasalahan dan mencetuskan sebuah pemikiran; keras namun konsisten. Mereka adalah orang-orang yang menyadarkan saya bahwa arsitektur bukan semata seni dan teknik, namun jauh lebih dari itu, arsitektur adalah tentang bagaimana bermimpi, memahami realita dan melawan ego. Persepektif itulah yang coba saya terapkan kedalam desain untuk sayembara ini.
- Sebagai salah satu peserta yang masuk posisi 6 besar, kesan mendalam dari ikut sayembara Ayda ini apa?
Tentu senang dan bangga apa lagi masih berkesempatan (kalau juara 1) untuk bertarung dalam AYDA 2017 Platinum Award, bersaing dengan juara dari 15 negara lainnya.
Secara pribadi ada kebanggan karena bisa menunjukan kepada diri sendiri seberapa jauh bisa melangkah; menunjukkan kepada orang lain bahwa dibalik “keras dan galaknya”, ada ambisi, standar dan mimpi yang ingin saya capai; dan terakhir menunjukkan kepada orang tua kalau bayaran (yang terus-terusan) dan mahalnya kehidupan di arsitektur ini ga sia-sia.
- Pesan buat junior atau teman-teman mahasiswa dalam lingkup sayembara
Perjuangkan apa yang kalian yakini. Lawan rasa takut dan temukan jalan perjuangan kalian sendiri. Jangan sungkan ikut sayembara dan jangan minder dengan kemampuan sendiri. Tidak ada kata gagal, you win or you learn. Terus berusaha karena Man Jadda Wajada; Gusti Ora Sare.