Psikologi Warna Dalam Aspek Arsitektur

Pernahkah Anda berpikir tentang mengapa warna tertentu digunakan dan apa yang disampaikannya? Warna memiliki dampak yang luar biasa terhadap cara kita memandang suatu ruang, dan ini lebih dari sekadar estetika. Mereka membangkitkan emosi, bercerita, dan berakar kuat pada konteks budaya dan sejarah, mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi. 

Penggunaan Warna

Sebagai aspek pertama, warna dapat menentukan identitas suatu lingkungan. Rumah-rumah tradisional Skandinavia menonjolkan warna merah dan kuning yang berani untuk melawan musim dingin yang panjang dan gelap.

  1. Warna Biru

Misalnya, di India, rumah-rumah di “Kota Biru” Jodhpur dicat dengan nuansa biru, masing-masing memiliki kisah uniknya sendiri, sedangkan warna biru dan kuning cerah dalam arsitektur Mediterania mencerminkan esensi desa-desa di tepi pantai. Selain itu, tidak boleh lupa bahwa warna sering kali memiliki makna unik di berbagai budaya dan terkadang satu warna dapat memiliki makna positif di suatu negara, namun sangat berlawanan di negara lain.

2. Warna Putih

Meskipun warna putih melambangkan kemurnian dan kesederhanaan dalam budaya Barat, warna putih melambangkan duka di beberapa budaya Asia. Memahami nuansa budaya ini sangat penting ketika merancang ruang untuk komunitas yang beragam. Kita semua menyadari bagaimana warna dapat menimbulkan respons emosional yang kuat. 

 

3. Warna Cerah dan Hangat

Warna-warna cerah dan hangat seperti merah dan oranye dapat memberi energi dan menstimulasi, sedangkan warna biru dan hijau yang sejuk menciptakan lingkungan yang tenang dan tenteram.  Sementara warna kuning sering kali digunakan dalam rendering ruang kreatif. 

 

 

4. Warna Hijau

Warna hijau sering digunakan dalam visualisasi arsitektur untuk membangkitkan perasaan kesegaran dan keberlanjutan. Bayangkan sebuah taman hijau subur yang mengelilingi bangunan modern ramah lingkungan.

Gaya arsitektur yang berbeda sering kali mendukung palet warna tertentu. Desain modernis condong ke arah minimalis dengan corak netral, sedangkan Art Deco menganut warna-warna berani dan mewah. Pilihan ini mencerminkan era dan gerakan artistik yang menginspirasi desain tersebut.

Teori warna dalam Arsitektur dan Psikologi

Moses Harris, penulis “Natural System of Color,” menggambarkan tatanan dan penataan yang teratur dan indah yang timbul dari tiga warna primer, merah, biru, dan kuning; cara setiap warna terbentuk, dan komposisinya; ketergantungan mereka satu sama lain, dan melalui hubungan harmonis mereka menghasilkan rona, atau warna, dari setiap objek dalam ciptaan. Dan warna-warna itu, meskipun berjumlah 660, semuanya terbentuk dalam tiga puluh tiga bentuk.

Masing-masing dari warna tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Dari mata manusia, warna-warna ini dapat memunculkan emosi dan ekspresi yang berbeda.

  1. Merah


    Efek
    : Menstimulasi
    Asosiasi : Positif: antusias, bersemangat, aktif, kuat, hangat
    Negatif : Intens, agresif, mengamuk, galak, berdarah
    Karakter : Merah merupakan warna yang paling dominan dan dinamis.
    Dinding : Agresif, maju

     

 

 

2. Biru

Berbanding terbalik dengan warna merah, warna biru memiliki karakteristik :
Efek: pensiun, bersantai
Asosiasi: Positif: tenang, sadar, aman, nyaman, mulia
Negatif: menakutkan, menyedihkan, melankolis, dingin
Karakter: Biru tampak transparan, basah, sejuk, dan menenangkan.
Dinding: sejuk dan jauh (jika terang), memberi semangat dan memperdalam ruang (jika gelap)

 

 

 

Analoguous: Merangkul Hubungan Warna yang Bertetangga

Sering terlihat di alam, skema warna analog dikenal karena menggabungkan warna-warna yang bersebelahan dalam roda warna. Sama seperti palet warna lanskap alam, yang terdiri dari warna serupa, skema ini biasanya mengintegrasikan tiga hingga lima warna yang berdekatan. Dimulai dengan warna dominan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi warna yang berdekatan, diikuti dengan satu atau lebih warna untuk memberi aksen pada ruang. Seperti namanya, analogi mengacu pada analogi, atau berhubungan dengan sesuatu yang khusus, dalam hal ini, dengan warna-warna yang bersebelahan.

Dalam penciptaan skema warna analog, menggabungkan berbagai corak dan corak warna yang dipilih adalah kunci untuk menambah kedalaman dan menciptakan desain dinamis. Rona hitam, putih, dan abu-abu juga dapat hadir untuk melengkapi peran warna analog. Meski tetap menawarkan beragam corak, skema warna analog bertujuan untuk gaya seimbang yang memungkinkan rasa kesatuan dan harmoni visual.

Warna cerah untuk lingkungan ramah anak. Tempat anak-anak sering menggunakan warna cerah dalam arsitektur dan psikologi karena warna-warna tersebut dapat merangsang perasaan kegembiraan, kreativitas, dan semangat pada anak-anak. Selain itu, warna-warna cerah juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mengundang bagi anak-anak untuk bermain dan belajar.
Memancarkan nuansa megah untuk teater dan ruang pertunjukan. Teater sering menggunakan warna yang megah dalam arsitektur dan psikologi karena ingin menciptakan suasana yang mewah, dramatis, dan mengesankan bagi para penonton. Penggunaan warna yang megah juga dapat meningkatkan antusiasme penonton dan menciptakan kesan yang berkesan, sesuai dengan suasana yang diinginkan dalam sebuah pertunjukan teater.

Complementary : Warna Kontras Untuk Ruang Dinamis dan Energik

Saat memutuskan warna mana yang paling cocok untuk dipadukan satu sama lain, memilih lokasi berlawanan pada roda warna adalah keputusan yang tepat. Dalam warna-warna berlawanan ini, skema warna komplementer menciptakan kombinasi warna kontras tinggi, biasanya melibatkan warna-warna hangat dan sejuk. Contoh pasangan komplementer antara lain merah dan hijau, kuning dan ungu, serta oranye dan biru. 

Tergantung pada proporsi warna-warna ini, skema ini dapat memiliki efek yang berbeda-beda. Mereka dapat digunakan dalam proporsi yang sama atau dibagi berdasarkan warna dominan dengan warna aksen. Meskipun konsep dasarnya berkisar pada dua warna, skema ini dapat diperluas dengan menambahkan corak dengan saturasi dan intensitas yang bervariasi.

Dengan bermain-main dengan kontras dan keseimbangan, penggunaan warna komplementer memungkinkan terciptanya highlight yang menarik perhatian pada area atau detail arsitektur tertentu. Arsitektur juga memiliki kekuatan untuk mengintegrasikan pendekatan material, memungkinkan penggunaan tidak hanya warna polos tetapi juga material berbeda dalam rona tersebut untuk memperkaya tekstur ruang.

 

Bioskop penuh warna untuk pengalaman mendalam. Dalam psikologi dan arsitektur, warna komplementer dalam sebuah bioskop dapat membangkitkan berbagai emosi, termasuk kegembiraan, intensitas, dan keseimbangan. Kontras antara warna-warna pelengkap dapat menciptakan rasa harmoni dan ketertarikan visual, yang dapat meningkatkan pengalaman penonton bioskop secara keseluruhan.

Kesimpulan
Warna dalam arsitektur mempengaruhi psikologi karena dapat membangkitkan emosi, menciptakan suasana, dan mempengaruhi persepsi. Misalnya, warna-warna hangat seperti merah dan oranye dapat menstimulasi energi dan kegembiraan, sedangkan warna-warna sejuk seperti biru dan hijau dapat meningkatkan ketenangan dan relaksasi.

Penggunaan warna juga dapat mempengaruhi persepsi spasial, membuat ruangan terasa lebih besar atau lebih kecil, dan dapat meningkatkan pencarian jalan dengan memandu orang melewati suatu ruang. Warna ini dapat diatur menggunakan teori warna. Terdapat banyak cara perpaduan warna seperti analogous dan kontemporer. Perpaduan ini memiliki karakteristik dan penggunaannya masing-masing sesuai dengan tujuan arsitek tersebut dalam memicu reaksi emosional. Secara keseluruhan, warna memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman dan suasana lingkungan arsitektur.

 

 

 

Anisa Shimizu