Berbagai Filosofi dalam Arsitektur Tradisional Bali

Oleh    : Selvi Nelin – 2540118662

Gambar 1. Mengenal Keunikan Arsitektur Rumah Adat Bali (Arsitag.com,2020)

Arsitektur tradisional Bali merupakan arsitektur yang menjadi wadah ruang kehidupan bagi masyarakat Bali yang diwariskan secara turun-temurun dengan penerapan berbagai aturan yang berkembang sejak zaman dahulu. Arsitektur Bali merupakan jenis arsitektur vernakular yang dikenal dengan ciri khas dalam menggunakan bahan lokal alami dalam mewujudkan bangunannya, seperti atap jerami, bambu, kayu, batu, batu bata, dan lainnya.

Dalam perancangan Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya masyarakat Bali terhadap tradisi Hindu Bali. Hal tersebut dikarenakan kepercayaan dan ketaatan masyarakat Bali terhadap budaya dan kepercayaan mereka dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam melakukan perancangan Arsitektur Bali harus dapat mengenal dan memahami konsep serta makna esensial dari Arsitektur Bali itu sendiri terlebih dahulu untuk mewujudkan nilai Arsitektur Bali yang baik dan benar. Arsitektur Bali sangat mengenal dekat dengan filosofi-filosofi yang terkandung dalam perancangannya sehingga dapat menjadi nilai dan makna yang merepresentasikan kultural dari masyarakat Bali itu sendiri terhadap tempat hunian mereka.

Berikut terdapat beberapa filosofi Arsitektur Bali yang diterapkan oleh ahli arsitektur tradisional Bali atau yang disebut Undagi dalam perancangan mereka terhadap bangunan-bangunan di Bali, yaitu :

  1. Tri Hita Karana

Gambar 2. History and Meaning of Tri Hita Karana in Bali (Egod.eu,2021)

Filosofi Tri Hita Karana diartikan sebagai tiga penyebab kesejahteraan dalam kehidupan. Hal ini disebabkan oleh filosofi Tri Hita Karana yang mengandung unsur paduan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya (Khaya), manusia dengan lingkungan alamnya (Angga), dan manusia dengan sesamanya (Atma). Unsur-unsur yang terdapat dalam Tri Hita Karana, yang meliputi Sanghyang Jagatkarana, Bhuana, dan Manusia.

2. Tri Mandala

Gambar 3. Traditional Balinese Architecture: From Cosmic to Modern (Researchgate.net,2020)

Gambar 4. Struktur Pura yang Benar (Hindualukta.blogspot.com,2015)

Filosofi Tri Mandala merupakan peraturan yang membagi ruang dan zonasi, yaitu berupa konsepsi tiga area yang menjadi pedoman dalam pembagian area menjadi tiga zona berdasarkan tingkat kesuciannya. Ketiga area atau tingkatan tersebut terdiri dari :

  1. Nista Mandala (jaba sisi), yaitu area terluar yang berarti area paling kurang sakral.
  2. Madya Mandala (jaba tengah), yaitu area peralihan atau area tengah yang memiliki tingkat kesakralan menengah.
  3. Utama Mandala (jeroan), yaitu area terakhir atau terdalam yang berarti area paling disakralkan.

Pada ketiga area tersebut, massa-massa bangunan dirancangkan sesuai dengan tingkat kesuciannya. Arca dewata ataupun bangunan dengan fungsi sakral tinggi ditempatkan pada Utama Mandala, bangunan dengan fungsi sakral menengah ditempatkan pada Madya Mandala, dan bangunan dengan sakral terendah ditempatkan pada Nista Mandala.

3. Sanga Mandala

Gambar 5. Traditional Balinese Architecture: From Cosmic to Modern (Researchgate.net,2020)

Gambar 6. Pura Berorientasi Kangin-Kauh

Gambar 7. Detail Konsep Desain Rumah Koleksi Nomer 0 (Kibrispdr.org,2020)

Filosofi Sanga Mandala merupakan peraturan yang membagi ruang dan zonasi berdasarkan arah, yaitu berupa konsepsi Kaja-Kelod (gunung-laut) dan Kangin-Kauh (matahari terbit-matahari terbenam). Konsepsi tersebut merupakan konsepsi arah sakral dan arah profan bagi budaya masyarakat Bali. Kedua pasangan arah tersebut mempunyai makna nilai sakral yang membentuk sumbu imajiner, yaitu sumbu orientasi ritual Kangin-Kauh (sumbu Timur-Barat) dan sumbu orientasi natural Kaja-Kelod yang berbeda pada setiap daerah di Bali.

Konsep Sanga Mandala membagi area menjadi sembilan bagian zona berdasarkan nilai kesakral-profannya masing-masing. Konsepsi ini menambahkan posisi area terbuka di bagian tengah yang disebut Natah. Dari sumbu orientasi Kangin-Kauh terbagi lagi menjadi tiga zona, yaitu Utama (sakral), Madya, dan Nista (profan). Begitu juga dengan pembagian dari sumbu orientasi Kaja-Kelod sehingga terbentuklah sembilan zona yang memiliki nilai kesakralan dan keprofonannya masing-masing.

Kesembilan zona tersebut terbagi dalam urutan yang paling sakral hingga yang paling profan, yaitu (1) utama ning utama (UU), (2) utama ning madya (UM), (3) utama ning nista (UN), (4) madya ning utama (MU), (5) madya ning madya (MM), (6) madya ning nista (MN), (7) nista ning utama (NU), (8) nista ning madya (NM), dan (9) nista ning nista (NN).

4. Tri Angga dan Tri Loka

Gambar 8. All About Architecture: Indonesia Architectural Practicing Concepts : Tri Angga

Filosofi Tri Angga merupakan konsepsi yang mengatur hirarki antara alam yang berbeda. Konsep ini merupakan konsep hirarki mengenai mikrokosmos, wilayah tengah, dan makrokosmos. Tri Angga berkaitan dengan Tri Loka. Tri Angga lebih menekankan pada tiga nilai badan fisik, yaitu :

  1. Utama Angga
  2. Madya Angga
  3. Nista Angga

Berdasarkan Tri Loka yang secara vertikal, Bhuwana Agung (alam semesta) terbagi menjadi :

  1. Swah Loka (Dewa), berupa nilai utama berada pada posisi teratas/sakral.
  2. Bwah Loka (Manusia), berupa nilai madya berada pada posisi tengah.
  3. Bhur Loka (Hewan dan makhluk jahat), berupa nilai nista berada pada posisi terendah/kotor.

Tri Angga dan Tri Loka ini berlaku dari Bhuwana Alit hingga Bhuwana Agung yang artinya berlaku dalam skala wilayah di bumi berupa :

  1. Gunung yang memiliki nilai utama.
  2. Dataran yang memiliki nilai madya.
  3. Lautan yang memiliki nilai nista.

5. Asta Kosala Kosali

Gambar 9. Detail Ukuran Pekarangan Rumah Bali Koleksi Nomer 1 (Kibrispdr.org)

Filosofi Asta Kosala Kosali merupakan pengetahuan arsitektur tradisional masyarakat Bali yang membahas mengenai tata cara penataan lahan dalam perancangan tempat hunian dan bangunan suci. Berdasarkan konsep Asta Kosala Kosali, pedoman dalam penataan terhadap bangunan menggunakan anatomi tubuh manusia, yaitu pemilik/penghuninya. Terdapat beberapa ukuran yang digunakan berdasarkan Asta Kosala Kosali, yaitu :

  1. Acengkang/alengkat : pengukuran dari ujung telunjuk sampai ujung ibu jari tangan yang direntangkan.
  2. Agemel : pengukuran keliling dengan tangan yang dikepalkan.
  3. Aguli : pengukuran ruas tengah jari telunjuk.
  4. Akacing : pengukuran dari pangkal hingga ujung jari kelingking tangan kanan.
  5. Alek : pengukuran pangkal sampai ujung jari tengah tangan kanan.
  6. Amusti : pengukuran ujung ibu jari sampai pangkal telapak tangan yang dikepalkan.
  7. Atapak batis : pengukuran sepanjang telapak kaki.
  8. Atapak batis ngandang : pengukuran selebar telapak kaki.
  9. Atengen Depa Agung : pengukuran dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan yang direntangkan.
  10. Atengen Depa Alit : pengukuran dari pangkal lengan sampai ujung tangan yang dikepalkan.
  11. Auseran : pengukuran dari pangkal ujung jari telunjuk yang ditempatkan pada suatu permukaan.
  12. Duang jeriji : pengukuran lingkar dua jari (jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan).
  13. Petang jeriji : pengukuran lebar empat jari (telunjuk, jari tengah, jari manis, kelingking) yang dirapatkan.
  14. Sahasta : pengukuran dari siku sampai pangkal telapak tangan yang dikepal.
  15. Atampak lima : pengukuran selebar telapak tangan yang dibuka dengan jari rapat.

Terdapat 8 pedoman perancangan arsitektur dalam Asta Kosala Kosali yang meliputi bentuk niyasa (simbol) dalam pelinggih (kuil), pepalih (tahapan), unit pengukuran, bentuk dan ukurannya, juga menentukan dekorasi yang sesuai dan memiliki makna filosofis yang merupakan konsep tata ruang tradisional Bali, yaitu :

  1. Konsep keseimbangan kosmologis, yaitu Tri Hita Karana berupa Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
  2. Hirarki tata nilai, yaitu Tri Angga berupa Utama Angga, Madya Angga, Nista Angga.
  3. Orientasi kosmologis, yaitu Sanga Mandala berupa sumbu orientasi Kangin-Kauh dan sumbu Kaja-Kelod.
  4. Ruang terbuka bagian tengah, yaitu Natah.
  5. Proporsional dan skala sesuai anatomi tubuh manusia (pemilik hunian)
  6. Kronologis dan prosesi pembangunan.
  7. Kejujuran struktur.
  8. Kejujuran pemakaian material.

6. Arga Segara (Kaja-Kelod)

Gambar 10. Bab 5 Landasan Teori (Unika Repository)

Gambar 11. Figure 3 from Parametric Balinese rumah : Procedural modeling of traditional Balinese architecture (Semanticscolar.org)

Arga Segara berupa filosofi yang membahas mengenai sumbu orientasi sakral antara arga atau kaja yang berupa gunung, dan segara atau kelod yang berupa laut. Wilayah gunung dianggap sebagai parahyangan, yaitu tempat tinggal hyang atau dewa, wilayah dataran sebagai dunia manusia, dan wilayah laut sebagai dunia monster laut dan makhluk jahat.

 

 

Referensi :

Alfari, S. (2022, January 22). Mengenal Keunikan Arsitektur Rumah Adat Bali. Arsitag. https://www.arsitag.com/article/mengenal-keunikan-arsitektur-bali

Arsimedia. (2022, September 24). Arsitektur Tradisional Bali, Konsep Dasar, Filosofi, dan Cirinya. Retrieved October 28, 2022, from https://www.arsimedia.com/2021/03/arsitektur-tradisional-bali-konsep.html

Chairunnisa, S. (2020, June 16). Mengenal Keunikan dan Filosofi Menarik di Balik Arsitektur Bali. Gak Nyangka! 99 Berita Properti. Retrieved October 28, 2022, from  https://www.99.co/blog/indonesia/filosofi-arsitektur-bali/

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bali. (2021, April 7). Tri Angga –. Tata Ruang Provinsi Bali. Retrieved October 28, 2022, from  https://tarubali.baliprov.go.id/tri-angga/

Ditwdb, D. (2019, October 30). Asta Kosala Kosali, Pengetauhan arsitektur tradisional Bali. Direktorat Warisan Dan Diplomasi Budaya. Retrieved October 28, 2022, from https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/asta-kosala-kosali-pengetauhan-arsitektur-tradisional-bali/

Filosofi Arsitektur Bali | AGORA DESIGN BALI. (n.d.). Retrieved October 28, 2022, from https://www.agoradesignbali.com/artikel/filosofi-arsitektur-bali.html

Project, N. (2019a, July 14). Langgam Arsitektur Tradisional Bali. Arsitur Studio. Retrieved October 28, 2022, from https://www.arsitur.com/2015/11/langgam-arsitektur-tradisional-bali.html

Rys, R. (2019, March 24). Mengenal Asta Kosala Kosali Arsitektur Tradisional Bangunan Bali Lengkap. Rekreartive. Retrieved October 28, 2022, from https://rekreartive.com/mengenal-asta-kosala-kosali-arsitektur-bangunan-bali-lengkap/

Sabrina, M., Pribadi, O. S., & Rosnarti, D. (2019). PENGARUH PENERAPAN KONSEP SANGA MANDALA PADA BANGUNAN ARSITEKTUR BALI TERHADAP LINGKUNGAN. PDF. Retrieved October 28, 2022, from http://www.karyailmiah.trisakti.ac.id/uploads/kilmiah/dosen/6640-19566-1-SM.pdf

Sitindjak, Ronald & Kusuma Wardani, Laksmi & Nilasari, Poppy. (2020). Traditional Balinese Architecture: From Cosmic to Modern. SHS Web of Conferences. 76. 01047. 10.1051/shsconf/20207601047. Retrieved October 28, 2022, from https://www.researchgate.net/publication/341011195_Traditional_Balinese_Architecture_From_Cosmic_to_Modern

Suryada, I. G. A. B. (2022). KONSEPSI TRI MANDALA DAN SANGAMANDALA DALAM TATANAN ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI. PDF. Retrieved October 28, 2022, from https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/3d34586bfb9a13b1aa4c78e3bbe785e4.pdf

Susanta, N., & Wiryawan, W. (2016). Konsep Dan Makna Arsitektur Tradisional Bali Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Bali. PDF. Retrieved October 28, 2022, from https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/96acde4e5d638d5f0c76d5bb24c64208.pdf

TRI HITA KARANA DAN RELEVANSINYA DALAM PENGENDALIAN PANDEMI COVID-19 | Bagian Kesejahteraan Rakyat. (n.d.). Retrieved October 28, 2022, from https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/tri-hita-karana-dan-relevansinya-dalam-pengendalian-pandemi-covid-19-71