7 Days of Architecture: Day 6 Part 1

Oleh: Vanes Suryadi (Binusian 2024)

Suasana rumah sangat sibuk sekali, Dova sedang bersiap untuk mengabadikan bangunan terakhir, tapi bangunan yang ingin diabadikan tidak berada di Jakarta, melainkan bangunan ini berada di Bogor, jauh sekali, Dova mempersiapkan banyak hal termasuk botol air, buku sketsa, dan beberapa makanan ringan untuk perjalanan, seperti biasa petualangan kali ini ditemani oleh Sika.

Dova bergerak, mengucap salam pada orang tuanya dan pergi menuju ke stasiun terdekat.

“Oke, gue udah deket nih.” Dova mempercepat gerakannya.

Stasiun kereta cukup ramai, karena jam tujuh masih merupakan jam sibuk, banyak penumpang yang berlalu Lalang membawa tas dan juga membawa kartu elektronik, Dova terlihat hanya membawa sebuah ransel. Dova melihat Sika yang sedang merapikan jam tangan. “Beneran ke Bogor nih?” Sika membuka pertanyaan.

“Iya, ada bangunan pusat kreatifitas gitu, bentuknya bagus, dan mungkin kita bisa ke sana buat lihat-lihat.” Dova terhenti sebentar dia mengamati barang bawaan, di antara mereka berdua, hanya Sika yang membawa tabung gambar.

“Lu bawa tabung gambar, isinya payung kan?” Dova menerka-nerka.

“Ha? Ngga kali ini gue bawa….” Sika membuka tabung gambar dan mengeluarkan botol mineral raksasa, 2 botol mineral raksasa.

“Tabung ini kegunaannya banyak ya.” Dova menggaruk kepala yang tidak gatal.

“Makanya kalau dapat barang, manfaatin yang bener, siapa tau fungsinya bukan 1 arah doang.” Sika menutup Kembali tabungnya.

Suara lengkingan nyaring klakson kereta terdengar dari arah kanan, menandakan petualangan akan segera dimulai.

_________________________________________________________________________________________________

Kereta 1778, Jakarta Kota – Bogor.

Suara rel kereta berderu dengan kencang dan mengganggu telinga, Dova tidak bisa tertidur, dia melihat jam dan jam masih menunjukkan pukul 1 siang, kereta mereka baru meninggalkan stasiun Depok Baru sekitar 3 menit yang lalu.

Awan hitam semakin menyelimuti langit, dan kilat perlahan menyerga keluar dari awan-awan hitam, Dova melihat kaca kusam kereta dan mulai berpikir, bahwa Dosen yang memberikan dia tantangan seperti ini bukan membuat Dova menjadi kesal ataupun menjadi dendam dengan dosen itu, melainkan itu untuk memberikan pandangan pada Dova, ap aitu arsitektru yang baik dan juga bagimana cara mengidentifikasinya. Dova tersenyum tipis, mungkin sebuah tugas yang dia kumpul kemarin, tidak sebanding ilmunya dengan apa yang dia lakukan beberapa hari ini.

_________________________________________________________________________________________________

Bogor Creative Center, Bogor.

Udara dingin menusuk tulang, langit mendung masih menghiasi siang hari di Bogor, Dova dan Sika tiba di sebuah tempat menarik, bangunan putih meliuk dan memiliki sebuah tempat terbuka di tengah, Dova seperti biasa terkagum dan mulai melihat-lihat, kebetulan tempat itu sedang ramai oleh pengunjung. 

Sumber: archdaily.com

Dova tertegun melihat bangunan itu dia langsung mengeluarkan ponselnya dan langusng mengambil beberapa gambar-gambar dari bangunan itu. Karena Mendung efek yang diciptakan dalam foto-foto itu menjadi sangat dramatis sekali dan membuat bangunannya seketika menjadi jauh lebih indah lagi, baik dari fisik mau pun suasana bangunan itu.

Bangunan ini melengkung, memungkinkan Dova dan Sika melihat seluruh ruangan yang ada di ruangan itu, bangunan itu memliki karakteristik yang hangat, walau suasan Bogor yang sangat dingin sekali.

Sumber: archdaily.com

“Aduh berat banget” Keluh Sika, pundaknya terasa sakit setelah membawa tabung gambar yang berisi 2 air mineral yang satu liter.

“Lagi sok tau, ngebawa botol segede gambreng, dua lagi yang dibawa.” Jawab Dova, jengkel.

“Biarin, siapa tau kalau ada yang macem-macem bis ague gebok pake tabung.” Sika menjawab dengan nada jengkel.

“Yaudah sini gue bawa, ribet banget sih.” Dova mengambil tali tabung gambar itu, tangan Dova agak gemetar, ternyata isi dari tabung itu memang sangat berat.

Lanjut keliling dengan beban di Pundak, Dova melihat-lihat ruangan yang ada dan mengambil gambar-gambar. Dapat terlihat oleh Dova bahwa ruangannya ditutupi oleh kaca-kaca raksasa yang bening, membuat orang semakin terhubung dengan ruangan yang mestinya tertutup sekali.

Sumber: archdaily.com

Setelah berkeliling selama kurang lebih setengah Jam, Dova dan Sika Duduk. Dova duduk dan mengibasi Peluh yang beruccuran entah kenapa.

“Dov, perasaan ini di Bogor, kok lu keringetan gitu?” Sika dengan ekspresi menahan tawa.

“Habis main bola.” Dova menjawab dengan jengkel namun dengan nafas yang agak tergesa-gesa karena cukup Lelah membawa tabung gambar yang berisi dua liter air mineral. 

“Hahahahaha, maaf-maaf, abis gue orangnya suka haus, makanya gue bawa air minum.” Sika tertawa.

“2 liter? Dah gila.” Dova memutar pundaknya yang pegal.

“Ya kagak 2 liter juga lah, gue pikir lu juga mau minum, makanya gue bawain.” Sika menyandarkan badannya ke belakang.

“Hahahahaha.” Dova tertawa, seiring dengan gemuruh petir yang terdengar seantero Bogor.

Plok! Secarik kertas menabrak wajah Dova, Dengan cepat Dova menyingkarkan kertas itu karena agak lembap dan agak kotor.

“Apaan ni?!” Dova menyikapi kertas itu dan melihat tulisan yang ada di dalamnya.

“Sebuah kesempatan besar menunggumu! Pergilah ke lokasi-lokasi berikut untuk menemukannya, dan jangan lupa ikuti petunjuk yang telah disediakan, ketika kau sudah sampai janganlah berteriak, berjalanlah mengendap, petunjuk yang diberikan hanya satu bacalah sebaik mungkin: ‘Ketinggian Genap dari dasar laut, alunan besi yang berirama menghiasi langit-langit dan keramaian merupakan makanan sehari-hariku.’ Ikutilah petunjuk itu untuk menemukan petunjuk selanjutnya.”

“Apaan tuh Dov? Harta karun?” Sika meletakan botol raksasanya di samping tubuhnya.

“Entahlah, aneh banget.” Dova mengomentari kertas itu.

“Tapi penasaran juga.” Sika menimpali

“Halah, palingan juga iseng-isengan anak kecil. Mana ada zaman sekarang main teka teki kayak beginian.” Dova mengeluh Panjang.

“Tapi emang lu gak mau coba dulu gitu?” Sika masih membujuk Dova.

“Tidak.” 

Bersambung