7 Days of Architecture: Day 2

Oleh : Vanes Suryadi

Liburan minggu ini terasa sangat penuh sekali, masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Dova Sentari merupakan masalah yang besar, Dova mendapat masalah Ketika dia terlambat mengumpulkan tugas, sekarang ia diberikan tantangan oleh dosennya untuk mencari 5 foto arsitektur yang baik, Dova sebenarnya agak bingung di awal, tapi sekarang, dia tau apa yang harus dia lakukan, yaitu mengunjungi rumah dengan prinsip arsitektur yang baik, malamnya di hari senin, dia mengumpulkan data-data rumah yang memiliki kriteria tersebut dan menulisnya di buku catatannya, besoknya dia akan mengunjungi rumah itu dan semoga, pemilik rumahnya dapat mengizinkan dia masuk dan membiarkan dia mengambil foto dari rumah tersebut.

Tujuan pertama: Arsya House yang berlokasi di kebon Jeruk, Dova Sentari mulai bergerak, mengambil tiket elektronik yang dia punya dan bergerak menuju ke stasiun kereta. Peron stasiun masih sepi, Dova melihat jam tangan, nampaknya keretanya terlambat sedikit, tapi itu bukan maslah besar, karena hari ini sampai Senin depan nanti, kampus libur, jadi bukan masalah besar.

“Ini Dova tak?” Seorang perempuan berhenti di depan Dova, nampaknya dia kenal dengan Dova Sentari, Dova sedikit terkejut dan seraya mengangkat kepalanya, kebetulan Dova sedang bersandar di kursi stasiun. Sika Nermansyah, seorang mahasiswi semester 2 juga seperti Dova, kebetulan dia sedang menunggu kereta yang searah dengan Dova.

“Eh, ini Sika? Yang semester 1 sekelas?” Dova berdiri, sepatunya menekan tanah untuk keseimbangan.

“Iya, ngapain lu?” Tanya Sika

“Mau ngerjain Amanah dari dosen.” Dova menunduk sejenak ke jamnya.

“Amanah? Emang lu manajer atau perwira?” Sika bercanda kecil.

“Kalau lu mau tau, mending ikut gue, gue sebenarnya agak butuh bantuan orang.” Tawar Dova.

“Hmmmmm, boleh, mau kemana emangnya?” Sika membenarkan rambut ke belakang.

“Kebon Jeruk.” Jawab Dova singkat.

“Yaudah, kebetulan gue emang agak gabut juga sih.” Dan Ketika percakapan mereka selesai, lengkingan Panjang klakson terdengar, kereta Dova dan Sika sudah datang, petualangan Kembali dimulai.

Arsya House, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Dova dan Sika sampai di muka depan Arsya House, setelah menumpang angkutan umum dan memesan taksi online mereka sampai di tujuan pertama di minggu yang produktif ini. Ketika sampai, Dova agak termangu melihat rumah mungil dengan fasad yang sangat asik, Arsya House ini memiliki kesan sederhana dari luar, dengan cat putih pada finishingnya, membuat tampak rumah ini, sederhana sekali.

“Ini kita ngapain di depan rumah orang?” Sika bertanya kebingungan.

“Ini bukan rumah orang doang, ini rumah pernah masuk nominasi loh.” Dova membantah pernyataan Sika.

“Ha?” Tanya Sika, bingung. “Ini rumah yang di desain oleh 2 arsitek hebat, Riri Yakub dan Ren Katili, yang gue baca sih, rumah ini masuk nominasi dunia loh.” Dova menjawab, matanya tertegun kepada rumah yang terlihat lumayan megah, tapi mungil.

Tanpa memakan waktu, dia mengetuk pagar rumah itu, memanggil penghuni rumah itu, penghuni rumah itu keluar, dan bertanya “Ada apa ya?” Pemilik rumah bertanya. “Saya ke sini mau izin untuk menganalisa rumah Bapak, saya ada tugas kampus untuk meneliti arsitektur yang baik, kebetulan rumah Bapak masuk ke daftar yang harus saya analisa.” Dova menjelaskan Panjang.

“Boleh, silahkan masuk.” gerbang pintu dibuka, Dova dan Sika masuk ke pekarangan rumah yang juga mungil tanpa teras, pemilik rumah masuk ke dalam ruangan yang dikelilingi semacam “jeruji” kotak-kotak yang terbuat dari besi, Dova dan Sika ikut masuk, ternyata di bawah rumah ini merupakan dapur dan juga dapur untuk memasak, sungguh tidak habis piker, rumah ini dibuat panggung dan bagian bawahnya tidak dibiarkan kosong, melainkan menjadi tempat untuk bersantai dan juga membuat makanan.

Dova mengeluarkan ponselnya dan mulai mengabadikan bagian bawah dari rumah itu, sisi kreatif yang dapat ditiru apabila lahan yang dimiliki kecil. “Lahan rumah ini kecil, makanya di bawah ini ditaruh dapur, caranya juga agak unik, jadi tanahnya ditinggikan 70 cm, lalu digali bagian dalamnya untuk berjalan dan dibuat ruangan.” Tutur sang pemilik rumah, Dova mengangguk perlahan, mengerti. 

(Source: archdaily.com)

“Kalian kalau mau ke atas?” Tawar sang pemilik.

“Boleh Pak.” Pemilik rumah bergerak menuju ke tangga melingkar yang langsung menuju ke lantai 2, diikuti oleh Dova, sedangkan Sika memilih untuk menunggu di bawah.

Di lantai 2 ini rumah ini tidak terasa kecil, bukaannya banyak sekali menghiasi dinding yang ada di lantai 2 ini, Dova tentunya langsung mengabadikan lantai 2 itu dari salah satu pojok ruangan, unutnk mendapat kesan luas dan “terbukanya.” 

“Rumah ini banyak bolongannya di dinding, supaya cahaya matahari yang masuk banyak, jadi gak perlu pakai lampu deh kalau siang.” Pemilik rumah melihat ke arah luar dari lubang-lubang bukaan di rumah itu, meskipun bukaanya banyak, sekali, rumah ini tidak terlalu panas, itu dapat dicapai karena ada penghalau sinar mathari yang menjadi overstek dari atap tersebut.

(Source: archdaily.com)

Dova paham apa yang ingin dicapai rumah ini, setelah mendapat beberapa foto dan informasi, dia berpamitan kepada pemilik rumah dan pulang Bersama Sika.

Matahari sudah mulai merendah di ufuk sebelah barat, di sebuah warung kopi dekat stasiun, Dova melihat-lihat Kembali hasil foto yang dia telah ambil, senyum yang tipis menghiasi wajah Dova yang agak jemawa, dia puas dengan hasil foto yang telah dia ambil.

“Seru juga ya datang ke rumah orang, foto-foto, terus? ngapain” Sika bertanya, gelas kopinya dia aduk-aduk dengan sedotan plastik berwarna hitam.

“Bikin analisa dikit, terus kirim deh.” Dova masih terpaku kepada foto yang dia telah ambil. “Besok lu masih kayak gini?” Sika bertanya, kopi di gelasnya hanya sisa es batu yang ternodai kopi.

“Iya, lu mau ikut lagi?” Dova menawarkan Sika untuk ikut lagi ke petualangannya yang kedua besok.

“Gas.” Jawab Sika, singkat.

“Ok, besok di Stasiun yang sama, jam 10 pagi.” Dova menyeruput sisa-sisa kopi yang ia pesan lalu beranjak berdiri. Hari sudah sore, stasiun ramai, kereta juga penuh, namun kedua pelajar ini berhasil masuk ke dalam kereta dan pulang.

Rumah Dova

Setelah berjalan seharian, akhirnya tiba juga di rumah, dova langsung mengirmkan foto-foto itu kepada dosennya, dan menuliskan sedikit kata-kata di email itu.

“Kesimpulan dari Arsya House adalah: Batasan yang dimiliki pada sebuah lahan tidak akan menghentikan seorang arsitek untuk membuat sebuah rumah yang berfungsi, sehat dan juga indah di mata orang, -Dova Sentari 24xxxxxxxx.” Email itu dikirim ke dosennya pada pukul 19.33.

Referensi: