Big Mac Index: Alat Ukur Mahal-Murahnya Mata Uang

Apa itu Big Mac Index?

Big Mac Index adalah cara sederhana atau alat ilustratif untuk mengukur kekuatan daya beli (purchasing power parity / PPP) antar negara, yang diperkenalkan oleh majalah The Economist pada tahun 1986.

Terjadi pada saat satu produk yang sama dijual di banyak negara, maka perbedaan harganya bisa menunjukkan seberapa “mahal” atau “murah” nilai tukar mata uang suatu negara.

Mengapa menggunakan Big Mac?”

  • Dijual di banyak negara.
  • Komposisi diberbagai negara relatif seragam (roti, daging, keju, sayur, saus).
  • Representatif terhadap barang dan jasa lokal (ada biaya tenaga kerja, bahan baku, sewa, dll).

Contoh Perhitungan 

Rumus : Big Mac PPP = Harga Big Mac di Indonesia (Rp)/ Harga Big Mac di AS ($)

Di AS, harga 1 Big Mac = $5,50

Di Indonesia, harga 1 Big Mac = Rp 40.000

Kurs aktual USD ke IDR = 1 USD = Rp 16.000

Perhitungan nilai tukar berdasarkan Big Mac 

Big Mac PPP = Rp 40.000 ÷ $5,50 = Rp 7.273

Jadi, menurut Big Mac Index, kurs “seimbang” yang seharusnya adalah Rp 7.273 per 1 USD, tapi kenyataannya adalah Rp 16.000 per 1 USD.

Artinya: Rupiah undervalued (terlalu murah) dibandingkan dolar AS menurut indeks ini.

Keterbatasan dan Kelebihan Big Mac Index

Big Mac Index bukanlah tolak ukur resmi, namun Big Mac Index menjadi cara sederhana untuk melihat nilai tukar “wajar” antar negara.

Menunjukkan apakah suatu mata uang terlalu mahal (overvalued) atau terlalu murah (undervalued). Sehingga, Big Mac Index bisa digunakan sebagai alat edukasi ekonomi.

Apakah Penting untuk Kita?

Ya, karena ini menunjukkan:

  • Kekuatan ekonomi negara kita.
  • Seberapa kuat atau lemahnya Rupiah dibanding mata uang asing.
  • Indikasi tentang biaya hidup lokal vs global.