Simak Sektor Emiten yang Berpotensi Untung di tengah Kenaikan Harga BBM

Pada 3 September 2022 lalu pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM subsidi pertalite yang dibanderol dengan harga Rp10.000 per liternya dari yang sebelumnya Rp7.650 per liter, kemudian ditambah dengan adanya kenaikan harga BBM pada perusahaan swasta seperti PT Vivo Energy Indonesia, yang sebelumnya menjadi pilihan alternatif masyarakat, telah menggerek potensi kenaikan inflasi Indonesia lebih tinggi dari perkiraan BI.

Menurut Institute for Development of Economics and Finance kenaikan perkiraan inflasi secara tahunan akibat kenaikan harga BBM dapat menyentuh hingga angka 7,7 persen. Hal ini tentunya akan berdampak pada perlambatan di berbagai sektor ekonomi, namun di satu sisi, nyatanya masih ada beberapa sektor yang justru diuntungkan di tengah kenaikan BBM yaitu:

  • Sektor Energi

    Di tengah kondisi inflasi tinggi dengan kecenderungan nilai tukar rupiah untuk melemah, sektor yang membidik pasar asing sebagai pangsanya justru menerima dampak positif seperti sektor batu bara dengan bisnis ekspor yang memiliki pendapatan dalam valuta asing.

    Berikut empat saham batu bara dengan pergerakan tertinggi setelah pengumuman kenaikan harga BBM:

Nama Emiten Persentase Kenaikan
PT Bumi Resources Tbk 21,34%
PT Harum Energy Tbk 10,08%
PT Indo Tambangraya Megah Tbk 9,14%
PT Adaro Energy Indonesia Tbk 6,87%
  • Sektor Perbankan

    Menjadi salah satu sektor yang paling sensitif dengan perubahan suku bunga, kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25% menjadikan sektor ini berpotensi untung lewat peningkatan penerimaan bunga hutang akibat kenaikan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,00%.

  • Sektor Consumer Non Cyclical

    Dengan proyeksi akan tejadinya penurunan daya beli akibat kenaikan harga, perubahan pola konsumsi masyarakat akibat kenaikan inflasi dengan mengutamakan kebutuhan primer terlebih dahulu dapat menjadi katalis bagi investor untuk menyimak sektor ini sebagai pilihan investasi andalan dalam mengatasi tren kenaikan suku bunga.

Referensi :

Michelle Kartawinata