National Cyber Week 2021

1. Capture The Flag

Capture The Flag (CTF) adalah salah satu jenis dari kompetisi hacking yang dimana mengharuskan seorang / tim untuk mengambil sebuah file / string yang sudah disembunyikan sistem yang dimana disebut dengan istilah “Flag”. Pada National Cyberweek 2021, Capture The Flag dibagi menjadi dua babak, yaitu babak kualifikasi dan babak final. Peserta CTF  wajib menyelesaikan challenge dalam batas waktu yang telah ditentukan.

Capture The Flag National Cyber Week ini diikuti oleh 32 tim dari berbagai universitas. Kualifikasi diadakan pada tanggal 27 Juni 2021, pada tahap kualifikasi Top 5 tim dengan skor tertinggi adalah:

Babak selanjutnya, yaitu babak final diadakan pada 10 Juli 2021. Babak final diikuti oleh 11 tim yang telah lolos tahap kualifikasi. Penilaian dilakukan dengan melihat jumlah challenges yang diselesaikan dan write up yang di-submit. Pada babak final, top 3 tim dengan skor tertinggi sekaligus menjadi pemenang National Cyber Week 2021: Capture The Flag diraih oleh:

  • Jangan Lupa Daftar COMPFEST (skor: 2464)
  • BoboBois (skor: 1900)
  • Average kuliah online enjoyer (skor: 1220)

Pada babak final, persentase kategori soal yang diselesaikan terbagi rata menjadi 3, yaitu binary exploitation, reverse engineering, dan web exploitation

Setelah babak final selesai, malam penghargaan (Awarding Night) diadakan pada 11 Juli 2021

 

2. Workshop: Using OSINT and GeoInt For Digital Tracing

Workshop “Using OSINT and GeoInt For Digital Tracing” dibawakan oleh Aan Wahyu. Pak Aan menyampaikan bahwa saat ini dI internet semua sudah public dan mudah diakses. Siapapun dapat mendapatkan informasi tersebut. OSINT adalah disiplin ilmu dimana informasi yang dikumpulkan digunakan untuk kebutuhan intelijen khusus. Pak Aan juga menjelaskan mengapa OSINT menjadi pilihan yang tepat jika ingin mengumpulkan data, diantaranya adalah karena OSINT tidak menggunakan sensitive data, memiliki jangkauan yang luas, proses dilakukan secara passive (tanpa interaksi langsung dengan orang lain), dan sebagainya. 

Selanjutnya Pak Aan menyampaikan di OSINT, kita tidak bisa bergantung pada satu data, tetapi beberapa data yang dikumpulkan dan digabungkan serta diproses sehingga menjadi informasi yang berguna. Menurutnya, memiliki data saja tidak cukup. Kita harus tahu cara memprosesnya agar data tersebut dapat diubah menjadi informasi yang berguna. Informasi pun dapat didapatkan melalui media, internet, data pemerintahan, publikasi, serta data komersil.

Adapun proses OSINT yang dapat dilakukan adalah:

  1. Source Identification – identifikasi sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan data
  2. Data Harvesting – mengumpulkan data yang dibutuhkan sebanyak mungkin
  3. Processing Data & Integrity Check – data yang dikumpulkan diproses untuk menghilangkan noise pada data. Setelah itu, dilakukan pengecekan integritas data sehingga data dapat dipercaya dan akuntabel.
  4. Analyzing Data – data dianalisis dengan OSINT analysis tools.
  5. Delivery Report – data disampaikan dalam sebuah laporan untuk memudahkan dalam membaca hasil OSINT.

 

3. Seminar: Crypto-Nite

Seminar “Crypto-Nite” dibawakan oleh Steven Suhadi, Co-Founder dari Indonesia Crypto Network dan Supvervisory Board di Asosiasi Blockchain Indonesia. Di awal acara, Pak Steven menjelaskan konsep blockchain dengan konsep catatan. Ia menjelaskan jika kita berada di suatu kelas dan mencatat A B C dari guru, maka murid di kelas akan memiliki catatannya masing-masing. Catatan sendiri dan catatan bersama akan  menimbulkan kesepakatan (consensus) dengan syarat 50% + 1. Sehingga catatan yang benar merupakan catatan yang ditulis oleh 50%+1 murid di kelas. Pak Steven berpendapat bahwa blockchain adalah the next internet karena blockchain dapat memotong orang tengah yang biasanya dibangun dengan kepercayaan (trust) dan blockchain dapat menggantikan trust tersebut dengan matematika (proses pada blockchain mengandalkan matematika) sehingga membuat beberapa hal menjadi lebih mudah dan mendukung tujuan dari teknologi yaitu “to make human lives easier”

Pak Steven selanjutnya menjelaskan Three Stages of Financial Disruption yang terjadi:

  1. Digital Banking Centralised Finance (Authoritative)
  2. Banking Redefined: Hybrid Finance (Value Driven)Approach banking dengan filosofi yang berbeda dengan bank. FIlosofi yang berbeda adalah karena bank memiliki pola pikir secara bank. Sementra hybrid finance menawarkan value kepada pengguna (contoh: Perusahaan Hybrid finance memberikan diskon kepada user) sehingga memiliki prinsip value driven.
  3. New Age Banking: Decentralized Finance (Inclusive Value)

Acara diakhiri dengan QnA dari peserta seminar dan dilanjutkan foto bersama