Latihan Dasar Kepemimpinan Calon Pengurus XXVI (LDKCP-XXVI) “Path to Leadership: Strengthening Commitment, Inspiring Unity” 通往领导之路:坚定承诺,激发团结

Pada tanggal 18 Mei 2025, BINUS Mandarin Club (BNMC) telah menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan Calon Pengurus XXVI (LDKCP-XXVI), dengan tema “Path to Leadership: Strengthening Commitment, Inspiring Unity” (通往领导之路:坚定承诺,激发团结).  LDKCP-XXVI hadir sebagai langkah awal bagi calon pengurus dalam langkah perjalanan kepemimpinan mereka. Tema ini menekankan pentingnya membangun komitmen yang kuat dan menumbuhkan rasa persatuan di antara anggota, dua hal yang menjadi fondasi utama dalam membentuk kepemimpinan yang berdaya dan berdampak. Acara ini bertujuan membekali peserta dengan nilai dasar kepemimpinan, memperkuat komitmen, serta menumbuhkan semangat kebersamaan. Melalui analisis kasus nyata dalam organisasi, calon pengurus BNMC diharapkan dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan, dedikasi, dan kemampuan kolaboratif, sehingga siap berkontribusi sebagai pengurus yang bertanggung jawab dan selaras dalam memajukan BNMC ke arah yang lebih baik. 

LDKCP-XXVI dilaksanakan di BINUS University @Syahdan dari pukul 08.30 WIB pagi hingga pukul 16.30 WIB sore, dimana peserta diberikan pembekalan materi oleh Dewan Pengurus Inti BNMC 2025, ice breaking, serta diskusi dan penyelesaian studi kasus oleh peserta. Pelatihan diawali dengan pengerjaan pre-test, diikuti dengan penjelasan acara oleh Viorentina Gonzales selaku MC. Viorentina kemudian memimpin doa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne BINUS, serta pembacaan aturan kegiatan LDKCP-XXVI. Kata sambutan disampaikan oleh Steafanny Konardi selaku Project Manager LDKCP-XXVI dan Ketua Umum BNMC 2025 Alfredo Fanko, yang menekankan pentingnya komitmen dan semangat kolaboratif dalam menjalankan kepengurusan. 

Setelah sesi sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama yang berjudul “Strategic Management”. Materi ini dibawakan oleh Alfredo Fanko selaku Ketua Umum BNMC 2025 dan Teddy Anantama Wijaya selaku Ketua Regional Kemanggisan. Dalam sesi ini, peserta diperkenalkan pada kerangka berpikir strategis yang menjadi landasan utama dalam menjalankan organisasi. Pemahaman terhadap visi dan misi BNMC menjadi titik awal pembahasan, di mana peserta diajak untuk melihat bagaimana arah dan tujuan organisasi dapat tercapai melalui perencanaan yang matang dan pelaksanaan program kerja yang terstruktur. Alfredo dan Teddy memaparkan bagaimana menyusun program kerja yang tidak hanya selaras dengan visi dan misi, tetapi juga realistis dan berdampak bagi internal maupun eksternal organisasi. Selain itu, peserta juga mendapatkan wawasan mengenai pentingnya melakukan evaluasi secara berkala terhadap capaian organisasi sebagai bentuk refleksi dan peningkatan berkelanjutan. Evaluasi ini mencakup pencapaian target kerja, efektivitas kegiatan, serta perbaikan strategi berdasarkan kondisi lapangan yang dinamis. Tidak hanya fokus pada rencana kerja, materi ini juga menekankan pentingnya strategi dalam proses regenerasi organisasi, khususnya dalam hal rekrutmen aktivis. Para pemateri menjelaskan pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam menarik calon anggota yang potensial serta mempertahankan semangat dan loyalitas para aktivis selama masa kepengurusan. Peserta diajak untuk memahami bahwa keberhasilan sebuah organisasi bukan hanya ditentukan oleh program-program besar, tetapi juga oleh kekuatan sumber daya manusia yang solid dan terarah. Melalui sesi ini, diharapkan calon pengurus memiliki sudut pandang strategis dalam menyusun langkah kepemimpinan yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif dan berorientasi jangka panjang.

Materi berikutnya disampaikan oleh Wilson selaku Head of Division Support yang membawakan topik mengenai Regenerasi. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk memahami pentingnya regenerasi sebagai salah satu aspek penting dalam menjaga keberlanjutan sebuah organisasi. Regenerasi bukan sekadar proses pergantian pengurus, tetapi juga proses pembinaan dan pembekalan calon pemimpin baru yang siap melanjutkan kepemimpinan dengan visi yang relevan dan semangat yang segar. Wilson menjelaskan secara mendalam mengenai definisi regenerasi, dilanjutkan dengan tujuan utamanya dalam membangun kesinambungan antara satu periode kepengurusan dengan periode berikutnya. Ia juga memaparkan syarat dan fungsi dari regenerasi dalam konteks organisasi, termasuk bagaimana proses ini membantu menciptakan sistem yang terstruktur dan dinamis, serta menjamin bahwa nilai-nilai organisasi tetap hidup dalam diri setiap generasi penerus. Peserta diberi pemahaman bahwa regenerasi yang baik adalah hasil dari perencanaan yang matang dan pembinaan yang konsisten. Tidak hanya teori, sesi ini juga memberikan gambaran nyata mengenai proses menjadi pengurus BNMC. Wilson menjelaskan tahapan dan kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi bagian dari kepengurusan. Melalui sesi ini, peserta diharapkan memiliki gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang perlu mereka tempuh untuk mengambil peran lebih besar dalam organisasi. Dengan pemahaman tersebut, regenerasi bukan lagi sekadar proses formal, tetapi menjadi perjalanan yang bermakna menuju kepemimpinan yang lebih matang dan berkelanjutan.

Sesi ketiga disampaikan oleh Viorentina Gonzales selaku Ketua Regional Alam Sutera yang membawakan materi berjudul “Professionalism”. Berbeda dari sesi sebelumnya, penyampaian materi kali ini dilakukan secara interaktif, sehingga suasana menjadi lebih hidup dan partisipatif. Melalui pendekatan tersebut, peserta tidak hanya menerima informasi secara satu arah, tetapi juga diajak untuk berpikir kritis, berbagi pandangan, serta merefleksikan pengalaman pribadi mereka terkait sikap profesional dalam kehidupan organisasi. Dalam pemaparannya, Viorentina menekankan pentingnya membentuk pribadi yang profesional sebagai bagian dari proses kepemimpinan. Profesionalisme tidak hanya tercermin dari cara seseorang bekerja, tetapi juga dari sikap, etika, dan karakter yang ditunjukkan dalam menghadapi berbagai situasi. Peserta diberikan wawasan mengenai bagaimana menjadi individu yang mampu menjaga komitmen, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, serta dapat dipercaya dalam menjalankan peran organisasi. Selain membahas profesionalisme, Viorentina juga memaparkan materi mengenai kualitas seorang pemimpin melalui subtopik “Good Quality Leader”. Peserta diajak untuk memahami apa yang dimaksud dengan pemimpin yang berkualitas, karakteristik yang harus dimiliki, serta faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kepemimpinan yang efektif. Hal ini meliputi kemampuan berkomunikasi dengan baik, bersikap adil, memiliki visi yang jelas, mampu mengambil keputusan, serta menjadi teladan bagi anggota lainnya. Diharapkan melalui sesi ini, peserta tidak hanya mengerti pentingnya bersikap profesional, tetapi juga terdorong untuk terus mengembangkan diri menjadi pemimpin yang memiliki kualitas unggul. 

Setelah penyampaian materi dari keempat pembicara, suasana kegiatan kembali disegarkan melalui sesi ice breaking yang bertujuan untuk mencairkan suasana dan membangun kedekatan antar peserta. Dalam sesi ini, peserta diajak bermain game interaktif “Take a Stand”. Sesi ice breaking ini juga menjadi momen penyegaran setelah rangkaian materi yang padat. Selama kurang lebih lima belas menit, peserta diberi waktu untuk beristirahat, bersantai, dan berinteraksi lebih bebas dengan sesama calon pengurus. Selain sebagai waktu refreshing, sesi ini juga berfungsi sebagai ajang bonding untuk mempererat hubungan di antara peserta LDKCP, menciptakan suasana yang lebih akrab dan kondusif dalam sesi-sesi berikutnya. 

Setelah sesi ice breaking, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Marshanda Angelica selaku Head of Division Education yang membawakan topik “Branding Your Organization”. Dalam sesi ini, peserta dibekali pemahaman mengenai pentingnya membangun citra organisasi yang kuat, konsisten, dan bernilai. Marshanda memulai dengan menjelaskan definisi dasar dari branding dan berbagai jenis branding. Setiap jenis branding dijelaskan dengan contoh konkret agar peserta dapat membayangkan implementasinya di BNMC. Sesi ini juga membahas langkah-langkah dalam membangun citra yang baik. Melalui materi ini, peserta diharapkan mampu menginternalisasi pentingnya menjaga nama baik organisasi, sekaligus terinspirasi untuk berkontribusi dalam menciptakan identitas BNMC yang positif dan profesional,

Sesi materi selanjutnya disampaikan oleh Sherry Chew selaku Head of Division Education yang membawakan topik “Meeting, Briefing, and Evaluation Techniques”. Materi ini bertujuan membekali peserta dengan keterampilan teknis yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan kepengurusan, khususnya dalam mengelola dinamika rapat, menyampaikan arahan, dan melakukan evaluasi secara efektif. Sherry mengawali sesi dengan menjelaskan peran dan kriteria penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin rapat. Lebih jauh, Sherry menjelaskan sikap dan etika yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin rapat. Peserta juga dikenalkan dengan konsep briefing sebagai sarana menyampaikan arahan sebelum pelaksanaan kegiatan, serta tujuannya dalam membangun pemahaman yang selaras di antara anggota tim. Materi ditutup dengan penjelasan mengenai tahapan evaluasi, baik setelah kegiatan maupun setelah proses kerja dalam organisasi. Sherry menekankan pentingnya bersikap terbuka, objektif, dan konstruktif dalam menghadapi evaluasi. Sikap ini diperlukan agar evaluasi tidak menjadi ajang menyalahkan, melainkan menjadi sarana refleksi dan perbaikan bersama. Melalui sesi ini, peserta diharapkan mampu memimpin rapat, menyampaikan arahan, dan melakukan evaluasi dengan cara yang profesional dan membangun, sesuai dengan nilai-nilai BNMC.

Materi berikutnya disampaikan oleh Cyndi Lim selaku Bendahara Umum BNMC 2025 yang membawakan topik seputar pengelolaan keuangan organisasi. Dalam sesi ini, peserta dibekali pemahaman dasar mengenai pentingnya sistem keuangan yang tertib dan transparan dalam menjalankan organisasi. Cyndi menjelaskan bahwa manajemen keuangan yang baik merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga kredibilitas dan keberlanjutan kegiatan organisasi. Cyndi memulai pemaparannya dengan menjelaskan cara mengelola keuangan organisasi secara efektif, mulai dari pencatatan pemasukan dan pengeluaran, pembuatan anggaran kegiatan, hingga pelaporan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Peserta diajak untuk memahami bahwa setiap transaksi keuangan harus dicatat secara rinci dan disimpan dengan bukti yang valid sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas. Selanjutnya, Cyndi juga menjelaskan berbagai sumber pemasukan dana yang umum dimiliki oleh organisasi mahasiswa. Tak kalah penting, peserta juga diberikan pemahaman mengenai prinsip pengalokasian dana organisasi, yakni bagaimana membagi dan memprioritaskan anggaran sesuai dengan kebutuhan dan urgensi setiap program kerja, serta menjaga agar alokasi dana tetap proporsional dan efisien. Melalui sesi ini, peserta diharapkan tidak hanya memahami fungsi teknis seorang bendahara, tetapi juga menyadari bahwa pengelolaan keuangan adalah bentuk tanggung jawab bersama yang mencerminkan kedewasaan dan profesionalisme sebuah organisasi.

Setelah seluruh sesi penyampaian materi oleh para Dewan Pengurus Inti selesai, peserta diarahkan untuk mengumpulkan catatan mereka sebagai bentuk dokumentasi pembelajaran dan refleksi individu terhadap materi yang telah disampaikan. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi istirahat, ibadah, dan makan (ISHOMA), memberi waktu bagi peserta untuk menyegarkan kembali fokus dan energi sebelum memasuki sesi berikutnya. Memasuki paruh akhir kegiatan, peserta mengerjakan studi kasus kepengurusan yang dirancang sebagai simulasi nyata dalam menghadapi permasalahan organisasi. Peserta dibagi ke dalam kelompok dan diberikan studi kasus untuk dianalisis dan diselesaikan bersama. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir kritis, kerja sama tim, serta penerapan langsung materi yang telah dipelajari sepanjang hari. Setelah proses diskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan solusi yang mereka rumuskan di hadapan seluruh peserta dan Dewan Pengurus Inti. Presentasi ini menjadi ajang untuk menguji pemahaman serta kemampuan komunikasi dan argumentasi para calon pengurus. Alfredo Fanko, Teddy Anantama Wijaya, dan Viorentina Gonzales kemudian memberikan komentar, tanggapan, serta masukan konstruktif atas hasil diskusi tiap kelompok. Melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya mendapatkan wawasan praktis dalam menyelesaikan konflik organisasi, tetapi juga belajar untuk menerima kritik sebagai bagian dari proses tumbuh dan berkembang dalam dunia kepemimpinan.

Setelah sesi studi kasus berakhir, acara dilanjutkan dengan pengerjaan post-test sebagai salah satu bentuk evaluasi awal untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi yang telah disampaikan. Peserta juga diberikan waktu untuk mengisi formulir bakal calon ketua umum kepengurusan BNMC selanjutnya. Sebagai penutup seluruh rangkaian kegiatan hari pertama, doa dipimpin oleh Viorentina selaku MC, diikuti oleh seluruh peserta dan panitia yang hadir. Kegiatan LDKCP-XXVI kemudian resmi ditutup dengan sesi dokumentasi untuk mengabadikan momen kebersamaan dan semangat awal para calon pengurus dalam perjalanan kepemimpinan mereka di BNMC.

Viorentina Gonzales